Perjuangan Abdurrahman Baswedan Pasca Kemerdekaan Indonesia, Bawa Surat dari Mesir
Perjuangan Abdurrahman (AR) Baswedan bersama dengan Menteri Luar Negri H Agus Salim dalam mencari pengakuan dari negara lain atas kedaulatan negara Indonesia


Perjuangan Abdurrahman Baswedan Pasca Kemerdekaan Indonesia, Bawa Surat dari Mesir
Pasca kemerdekaan, Menteri Penerangan Abdurrahman Baswedan berjuang keras mencari pengakuan ke negara lain atas kedaulatan Republik Indonesia
Abdurrahman (AR) Baswedan melakukan perjalanan ke luar negeri bersama Menteri Muda H Agus Salim serta delegasi lainnya. Mereka berangkat dengan kondisi yang "sederhana".

Kunjungi Negara Mesir
Tujuan pertama Aburrahman (AR) Baswedan bersama delegasi mendatangi negara Timur Tengah yaitu Mesir. Pada 10 Juni 1947, Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia dalam surat "Pengakuan Mesir Terhadap Kedaulatan Republik Indonesia".


Terancam Bahaya
Kabar pengakuan Mesir atas kemerdekaan Indonesia menjadi senjata mematikan bagi Abdurrahman (AR) Baswedan. Saat kepulangannya ke tanah air, ia menjadi orang yang paling dicari oleh pihak Belanda.
Penuh Kesederhanaan
Selama AR Baswedan melakukan perjalanan ke luar negeri, semua biaya yang ditanggung berasa dari mahasiswa Indonesia yang ada di Mesir. Ketika ia transit perjalanan di India, di sanalah biaya didapat dari hasil patungan mahasiswa untuk membelikan tiket pesawat.
Dengan kondisi yang "sederhana" perjalanan AR Baswedan dari Mesir ke Indonesia dalam membawa surat penting tidak berjalan mudah. Ia harus transit dibeberapa negara seperti Bahrain, Karachi, Kalkuta, Rangon, hingga Singapura.

"Tinggalnya juga numpang. Kumpulin uang untuk beli tiket supaya bisa terbang sampai ke Kemayoran. Jadi untuk masuk ada checkpoint, pemeriksaan, dan sebagainya,"
Anies Baswedan
merdeka.com
Tak Hilang Akal
Saat AR Baswedan tiba di tanah air, ia tak luput dari pengecekan dari pihak Belanda. Cerdik, ia melipat-lipat surat penting itu lalu dimasukkan ke dalam kaos kaki.
Alhasil, ia lolos dari pemeriksaan, kemudian mencari kendaraan umum menuju rumah Amir Sjarifuddin pengganti Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri. Akhirnya, ia berhasil ketemu Soekarno di Yogyakarta dan menyerahkan surat penting itu kepadanya.
