Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ciptakan Suasana Tentram Usai Pilpres 2019

Ciptakan Suasana Tentram Usai Pilpres 2019 Debat kedua Pilpres 2019. ©Liputan6.com/Faizal Fanani

Merdeka.com - Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 telah usai. Ajang tersebut telah menciptakan ruang perbedaan dan terkadang perselisihan di antara kontestan dan para pendukungnya. Tak hanya di dunia nyata, mereka juga sengit di dunia maya.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan presiden dan wapres terpilih. Kini saatnya membangun gerakan rekonsiliasi agar suasana kembali tenang. Untuk itu peran para tokoh sangat penting untuk mewujudkan itu.

Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Oman Fathurrahman meminta kepada para tokoh bangsa untuk bisa bersama-sama menciptakan rasa tentram saat berbicara di media sosial demi menjaga persatuan bangsa.

"Saya kira para tokoh ini semangatnya harus bisa menciptakan rasa tentram. Para tokoh ini ketika bermain di media sosial itu juga jangan terbawa perasaan (baper) saat dikritik. Jangan terlalu diambil hati atau bersikap emosional kalau ada masyarakat yang mengomentari dengan kata-kata yang agak sinis dan sebagainya akibat dari ucapannya," ujar Oman dalam keterangannya, Minggu (7/7).

Dia mengingatkan kepada siapa pun jangan menyampaikan pendapat di media sosial yang justru memprovokasi. Menurutnya, ini harus dihindari para tokoh agar tensi di tengah masyarakat tak memanas lagi.

"Apalagi usai pilpres ini sangat penting sekali bagi para tokoh untuk bisa mendinginkan dan menentramkan suasana yang kemarin sempat membuat masyarakat kita terpecah," tuturnya.

Menurutnya, dalam menyampaikan kebenaran itu sejatinya banyak cara dengan cara yang keras, tidak bijak, dan bisa dengan cara yang bijak. Untuk itu dirinya menitipkan tiga kunci pokok yang harus dipahami para tokoh untuk menyampaikan sesuatu yang dianggap benar, yakni berilmu, berbudi dan berhati-hati

"Pertama, berilmu. Sampaikan sesuatu itu dengan berilmu, dengan pengetahuan sesuai kapasitasnya sehingga tidak miss-leading. Kedua, berbudi yaitu ketika menyampaikannya juga dengan arif, santun dan bijaksana, tidak dengan provokatif. Ketiga, berhati-hati. Siapa tahu ketika sampai suatu informasi ke kita, ternyata setelah buru-buru kita posting, karena kita tidak hati-hati dan ternyata itu keliru bisa membuat suasana menjadi tidak baik dan memanas," jelasnya.

Pasca-Pilpres, lanjutnya, sebagai warga negara tentunya perlu mengembalikan lagi cara pandang kita yang substantif dalam hal keagamaan. Menurutnya, masyarakat jangan hanya terpaku pada keadaan yang ada di dunia maya saja yang dapat membuat situasi menjadi panas.

"Sebetulnya di media sosial itu juga sama di alam yang menyatakan bahwa kita ini satu kesatuan bangsa Indonesia. Saya kira itu yang harus kita junjung bersama," kata Oman.

Diakuinya meski sudah ada putusan MK terkait sengketa Pilpres dan ketetapan pemenang Pilpres namun di media sosial masih saja timbul ujaran kebencian dan provokasi.

"Dalam konteks Pilpres musuh bersama kita itu bukan lagi 01 atau 02. Musuh bersama kita sekarang ini adalah intoleransi, ujaran kebencian dan juga sikap fanatik yang berlebihan. Tentunya itu yang harus kita lawan bersama guna membangun kebersamaan dan persatuan," tandasnya.

(mdk/did)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Perbedaan Pilihan Jangan Timbulkan Perpecahan Pasca-Pemilu, Perkuat Kembali Persaudaraan

Perbedaan Pilihan Jangan Timbulkan Perpecahan Pasca-Pemilu, Perkuat Kembali Persaudaraan

Perbedaan pilihan saat Pemilu lalu seharusnya bisa disikapi dengan bijak. Sudah saatnya semua pihak ikut menjaga situasi tetap tenang terlebih di bulan Ramadan.

Baca Selengkapnya
Guru Besar-Dosen ITB Minta Pemerintah Netral dan Beri Perlakuan Sama Bagi Setiap Kontestan Pilpres

Guru Besar-Dosen ITB Minta Pemerintah Netral dan Beri Perlakuan Sama Bagi Setiap Kontestan Pilpres

Guru Besar-Dosen ITB Mendukung pilpres yang jujur, adil, dan damai, serta menjunjung hak asasi setiap pemilih.

Baca Selengkapnya
Pelaksanaan Pemilu 1955 Bertujuan untuk Dua Hal, Simak Penjelasannya

Pelaksanaan Pemilu 1955 Bertujuan untuk Dua Hal, Simak Penjelasannya

Pemilu 1955 merupakan pemilu pertama yang diselenggarakan di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Temui Buruh, Cak Imin Janji Tidak Ada Undang-Undang Simsalabim Jika Menang Pilpres 2024

Temui Buruh, Cak Imin Janji Tidak Ada Undang-Undang Simsalabim Jika Menang Pilpres 2024

Kebijakan diputuskan sesuai dengan aspirasi publik.

Baca Selengkapnya
Syarat Pemilu di Indonesia, Lengkap Beserta Kategori Pemilih

Syarat Pemilu di Indonesia, Lengkap Beserta Kategori Pemilih

Syarat menjadi pemilih dalam Pemilu penting diketahui setiap warga negara Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sebutkan Asas Pemilu di Indonesia, Inilah Penjelasannya

Sebutkan Asas Pemilu di Indonesia, Inilah Penjelasannya

Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 2017 memaparkan bahwa asas pemilu adalah langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Baca Selengkapnya
15 Pertanyaan Tentang Pemilu dan Jawabannya, Edukasi Penting untuk Calon Pemilih Pintar

15 Pertanyaan Tentang Pemilu dan Jawabannya, Edukasi Penting untuk Calon Pemilih Pintar

Berikut kumpulan pertanyaan tentang pemilu dan jawabannya.

Baca Selengkapnya
Ini 6 Syarat Pemilih dalam Pemilu 2024 Sesuai Undang-Undang, Ketahui Batas Waktu Memilih di TPS

Ini 6 Syarat Pemilih dalam Pemilu 2024 Sesuai Undang-Undang, Ketahui Batas Waktu Memilih di TPS

Berikut enam syarat pemilih dalam Pemilu 2024 sesuai dengan Undang-Undang berlaku.

Baca Selengkapnya
Persaudaraan Jangan Sampai Memudar karena Tidak Bisa Menerima Hasil Pemilu

Persaudaraan Jangan Sampai Memudar karena Tidak Bisa Menerima Hasil Pemilu

Masyarakat Indonesia patut bersyukur dan bersuka cita karena telah melewati proses Pemilu 2024

Baca Selengkapnya