Tradisi Kebo-Keboan, Bentuk Wujud Syukur Petani akan Hasil Bumi
Merdeka.com - Ribuan masyarakat tampak rela memadati jalan di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi untuk melihat jalannya tradisi adat Kebo-keboan, Minggu (15/9).
Tradisi ini menjadi simbol rasa syukur para petani kepada Tuhan atas hasil yang melimpah lewat simbol aktivitas pertanian, berupa manusia berdandan serupa kerbau yang membajak tanah, menata beragam hasil pertanian, hingga mengarak Dewi Sri, sebagai dewi kesuburan.
"Kebo-keboan ini merupakan tradisi bersih desa alas malang, yang notabene masyarakat agraris, petani, sebagai wujud syukur atas hasil panen yang melimpah sekaligus memohon, agar musim panen yang ke depan bisa semakin meningkat," ujar Ketua Adat Tradisi Kebo-keboan Alasmalang, Indra Gunawan.
Mulanya, saat memasuki Desa Alasmalang, puluhan tanaman pertanian tampak ditata berjajar di tengah sepanjang jalan desa pusat kegiatan, mulai dari cabe, padi, pisang, pepaya, lengkap dengan aneka buah-buahan.
©2019 Merdeka.comMenurut Gunawan hasil bumi yang ditaruh di tengah jalan dan digantung di berbagai pagar petanda empat penjuru, merupakan simbol harapan keberkahan. Terutama untuk menyambut arak-arakan puluhan kebo-keboan bersama Dewi Sri.
"Buah buahan, itu simbol keberkahan yang telah didapat di bumi Alas Malang, kalau tanaman di sepanjang jalan itu ngalap berkahe selamatan desa, mendapat pemberkatan Dewi Sri. Itu tanaman yang ditanam masyarakat petani Alas Malang, mereka inisiatif sendiri ambil tanaman cabainya di taruh di tengah jalan itu, kalau sudah diinjak kebo, dan dilewati Dewi Sri berharap bisa mendapatkan keberkahannya," katanya.
Usai puluhan pemeran kebo-keboan dan Dewi Sri yang ditandu keliling desa untuk melakukan ider bumi, selanjutnya melakukan proses aktivitas bercocok tanam. Kebo-keboan yang diperankan masyarakat Desa Alas malang dengan melumuri tubuhnya dengan bubuk oker berwarna hitam, lengkap dengan rambut buatan dan tanduk, masuk ke dalam kubangan sawah.
©2019 Merdeka.comSebuah alat bajak konvensional yang biasa digunakan petani membajak menggunakan hewan kerbau, kali ini dipakai oleh pemeran kebo-keboan untuk membajak sawah.
Kemudian puluhan Anak-anak yang berlarian ke kubangan, ditangkap oleh keboan diusir (sebagai simbol melawan hama). Selanjutnya ada prosesi penanaman benih padi, dan diperebutkan untuk keberkahan.
"Itu rebutan malai padi yang bertuah, malai padi yang diarak Dewi Sri. Satu malai kemudian di bawa ke rumah di campur bibit padi yang ada di rumah Isya Allah berkah," katanya.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas yang hadir menyaksikan tradisi Kebo-keboan mengatakan, pemerintah daerah menjadikan tradisi tersebut masuk dalam agenda Banyuwangi Festival sebagai wujud dukungan untuk melestarikan budaya lokal.
"Festival kami gelar tidak hanya di kota, tapi juga di kampung kampung, di mana di situ dilahirkan kebudayaan itu, termasuk di Alasmalang, ini akan menjadi penguatan kita untuk mengangkat kebudayaan lokal, sekaligus melestarikannya," kata Anas.
Menurut Anas, pemerintah daerah yang tidak bersedia memberi panggung dan mendukung kelestarian budaya lokal, maka akan terancam tergerus budaya asing.
"Daerah yang tidak memberi panggung pada budayanya tidak nguri nguri (melestarikan), maka terancam tergerus budaya asing, bahkan budaya yang tidak ramah pada kebhinekaan. Ini menjadi benteng kita," katanya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serunya Kerapan Kerbau Tradisi Petani di Lumajang Jelang Masa Tanam
Selain sebagai hiburan, menyaksikan keseruan kerbau beradu kecepatan, kultur ini juga sebagai simbol rasa syukur dan doa para petani,
Baca SelengkapnyaUniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita
Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaKeseruan Tradisi Praonan di Pasuruan, Warga Ramai-Ramai Naik Perahu Nelayan Rayakan Lebaran Ketupat
Ribuan masyarakat datang memenuhi pelabuhan demi merasakan sensasi naik perahu bersama-sama.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa
Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.
Baca SelengkapnyaMengulik Tradisi Ruwatan, Ritual Buang Sial dan Penyucian Diri ala Masyarakat Jawa
Masyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri.
Baca SelengkapnyaMengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Bodho Kupat, Satu Kampung di Lumajang Kompak Jadi Pedagang Janur dan Ketupat
Bodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaSerunya Tradisi Rumpak-rumpakan dari Palembang, Kunjungi Rumah Tetangga saat Lebaran sambil Diiringi Rebana
Tradisi ini juga dibarengi dengan sajian kuliner khas Palembang, seperti tekwan hingga aneka macam kue yang disajikan oleh tuan rumah.
Baca SelengkapnyaPerahu Bidar, Tradisi Lomba Perahu di Sungai Musi yang Sudah Ada sejak 1898
Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca Selengkapnya