Terjadi 4 Pembunuhan Sadis, Ini Analisa Kapolda Sumsel
Merdeka.com - Dalam sebulan ini terjadi empat kasus pembunuhan terbilang sadis. Bahkan, dua korban di antaranya diperkosa baik sebelum maupun setelah dibunuh.
Kapolda Sumsel Irjen Zulkarnain Adinegara menilai latarbelakang terjadi empat kasus tersebut bukan karena faktor ekonomi, melainkan parameter emosional pelaku meningkat. Emosi tinggi itu menyebabkan pelaku tak lagi berpikir positif.
"Tidak ada kaitannya dengan ekonomi, dari empat kasus pembunuhan yang terjadi sebulan ini cenderung kepada emosional," ungkap Zulkarnain, Senin (4/2).
Dia mengakui ekonomi juga kerap menjadi alasan terjadinya tindak pidana. Hanya saja, faktor emosional lebih dominan dan mudah seseorang melakukan sesuatu.
"Kalau ekonomi bisa bersabar, bisa dikontrol. Tapi kalau emosi sudah naik, ada masalah sedikit maunya lewat kekerasan," ujarnya.
Dia mencontohkan, kasus perkosaan, pembunuhan disertai pembakaran mayat korban Inah Antimurti (20) adalah bukti kuat seseorang mengesampingkan akal sehatnya sehingga nekat berbuat kejam. Di sinilah masyarakat semestinya dapat belajar menekan emosional jika menghadapi suatu masalah.
"Jaga emosi, jangan mudah terpancing, gunakan akal sehat," kata dia.
Diketahui, selama satu bulan ini ada empat kasus pembunuhan menonjol terjadi di wilayah Sumsel. Awal Januari lalu, ibu dan anak, Ponia (39) dan Selfia (13) tewas di tangan seorang mantan bhayangkari, Tika Herli (31).
Pembunuhan itu dilatarbelakangi pelaku tak terima korban kerap menagih utangnya sebesar Rp 45 juta. Dia akhirnya memakai jasa dua pembunuh bayaran, Riko Apriadi (20) dan M Jefri Ilto Saputra (17) dengan upah uang Rp 5 juta dan janji dipekerjakan di luar negeri.
Kemudian, publik dihebohkan dengan kasus pembunuhan Inah Antimurti (20) oleh lima pelaku yang diotaki Asri (30). Korban diperkosa terlebih dahulu, lalu dibunuh dan setelah tewas kembali disetubuhi salah satu pelaku. Untuk menghilangkan barang bukti, para pelaku membakar jasad korban di semak-semak.
Lagi-lagi, pembunuhan janda satu anak itu dikarenakan utang. Ironisnya, utang yang dimaksud berkaitan dengan peredaran narkoba.
Beberapa hari kemudian, anggota Pusat Latihan Temput (Puslatpur) TNI AD, Kopda Zeni Erwanta tewas setelah menjadi korban pembunuhan. Pelaku, Sumarlin (30) akhirnya menyerahkan diri ke polisi usai menjadi buronan. Sama halnya dengan dua kasus sebelumnya, pembunuhan ini juga dilatarbelakangi utang korban kepada pelaku sebesar Rp 150 juta.
Terbaru, perkosaan dan pembunuhan mahasiswi UIN Raden Fatah Palembang, Fatmi Rohanayanti (20) yang ditemukan di semak-semak tak jauh dari rumahnya di Desa Menanti, Kecamatan Kelekar, Muara Enim.
Kasus ini berawal dari tindak perampokan yang dilakukan Upuzun alias Sairun (40). Lantaran dikenali korban, pelaku akhirnya memperkosa lalu membunuhnya dan kembali meniduri jenazah korban.
Sairun ternyata pernah mendekam di Lapas Nusakambangan selama 15 tahun dalam kasus yang sama. Dia keluar penjara belum genap dua tahun lalu.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kuasa hukum menegaskan korban tidak memiliki motivasi lain seperti yang disebut jenderal bintang dua itu.
Baca Selengkapnya"Kondisi luka bakar jenazah 90-100 persen, dalam kondisi hangus,” kata Kabid Dokkes Polda Jawa Barat Kombes Nariyan
Baca SelengkapnyaKorban tiba-tiba oleng lalu ambruk ke tanah. Korban pun meninggal dunia di lokasi kejadian
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jasad korban ditemukan terbungkus selimut oleh seorang pesepeda pada Minggu (25/2) lalu.
Baca SelengkapnyaPemeriksaan diperlukan untuk melengkapi berkas perkara sesuai petunjuk jaksa penuntut umum.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaKorban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Wahidin Makassar usai kejadian.
Baca SelengkapnyaKarena sering dibully dan dilontarkan kata-kata kasar yang bikin kedua tersangka tersinggung.
Baca SelengkapnyaTerduga pemerkosa gadis keterbelakangan mental hingga hamil enam bulan asal Banyuasin, Sumatera Selatan, IN (23), bertambah menjadi 10 orang.
Baca Selengkapnya