Merdeka.com - Presiden Joko Widodo mengingatkan agar semua warga menjaga kerukunan, perdamaian dan persaudaraan. Imbauan itu disampaikan setelah Jokowi bertemu dan mendapat cerita dari istri Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Rula Ghani.

Menurut Jokowi, saat pertemuan itu Rula menceritakan bahwa Afghanistan hancur karena perang yang telah sejak puluhan tahun terjadi. Perang membuat peradaban Afghanistan mundur dibanding negara-negara lain.

"Presiden Jokowi 40 tahun yang lalu sebelum perang negara kita ini dibandingkan negara tetangga levelnya sedikit lebih tinggi. Dan perang yang berkecamuk sudah lebih 40 tahun ini menyebabkan peradaban di Afghanistan mundur jauh ke belakang," kata Jokowi mengulangi pesan Rula di Istana Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/2).

Jokowi mengatakan, perang tak hanya merusak peradaban, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan di Afghanistan. Nilai-nilai kemanusiaan, kata dia, diabaikan hanya demi bertahan hidup dan menang dari konflik.

Belum lagi, lanjut dia, luka psikologis dari warga Afghanistan karena konflik itu memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun untuk menghilangkannya.

"Beliau bercerita, karena yang ada bagaimana kelompok itu bisa survive kalau sudah perang konflik. Bagaimana bisa survive, tidak peduli lagi nilai nilai, nilai benar dan salah tidak perlu yang paling survive yang menang kalau situasinya sudah perang dan konflik seperti itu," tegas dia.

"Betapa sangat mengerikan sekali. Di sinilah nilai-nilai kemanusiaan hancur, sudah tidak ada nilai yang benar, nilai yang salah, yang penting survive menang," imbuhnya.

Mantan Gubernur DKI ini mengingat kembali kunjungannya ke Afghanistan. Jokowi terkejut melihat banyak kota hancur buntut dari perang. Bahkan, hampir di setiap sudut kota terparkir tank-tank.

"Kehidupan kesehariannya betul-betul dapat dikatakan, enggak bisa disampaikan dalam kata-kata. Di setiap jalan ada tank, di setiap gang ada tank. Di setiap tempat ada tank," tambahnya.

Untuk itu, Jokowi menyebut, Indonesia harus membantu menyelesaikan konflik di Afghanistan sebagai komitmen untuk mewujudkan perdamaian dunia. Peran pemerintah membantu menyelesaikan konflik juga tak lepas dari permintaan dari Presiden Ashraf.

Presiden Ashraf menilai Indonesia di posisi netral dan tidak memiliki kepentingan dalam konflik di Afghanistan.