'Si Profesor lukisan' tunggu uluran tangan Jusuf Kalla
Merdeka.com - Sebuah kebanggaan bagi seorang seniman bila karyanya tidak biasa dan bisa melanglang buana. Apalagi hasil buah tangannya sampai diapresiasi orang besar. Tentu menjadi semangat untuk membuat lebih baik lagi.
Begitulah curahan hati Zainal Beta, pelukis asal Makassar, Sulawesi Selatan. Hasrat melukisnya tidak pernah surut meski usianya semakin dimakan zaman. Dia tetap melakukan banyak karya meski caranya tidak biasa.
Zainal dikenal sebagai pelukis dengan material di luar nalar. Dia memakai tanah liat sebagai pengganti cat. Bahkan kanvas biasa dipakai pelukis, digantinya dengan kertas glossy.
-
Siapa yang membuat lukisan dari pelepah pisang? Lembaran pelepah pisang mampu disulap menjadi karya lukis yang bernilai seni tinggi oleh pria asal Tangerang bernama Wahyu Paroji.
-
Siapa Bapak Seni Lukis Modern Indonesia? Berkat hasil karya dari buah pemikirannya yang begitu memukau, Nashar pun dinobatkan sebagai Bapak Seni Lukis Modern Indonesia.
-
Siapa santri pelukis dari Tangerang? Seorang santri biasanya tak lepas dari kemampuannya di bidang Agama Islam. Namun sosok pelajar di Ponpes Daarul Barkah, Tangerang, berhasil membuktikan diri mampu menjadi seniman lukis.
-
Siapa yang membuat lukisan untuk Prabowo? 'Kemarin saya baru melukis selama 5 jam, dengan harapan masih ada dua hari, ternyata dipercepat. Tadi, habis subuh, habis sahur habis salat saya langsung menuju studio selama 5 jam saya tuntaskan ini 10 jam Pak Prabowo untuk bapak tercinta,' kata SBY.
-
Bagaimana cara Fatah Hasan membuat kerajinan lukisan? Menurut Fatah Hasan, pembuatan yang paling sulit adalah kerajinan lukisan, karena pelepah pisang harus ditempel terlebih dahulu lalu dipotong untuk jadi sketsa gambar. "Saat sketsa sudah jadi, pelepah pisang selanjutnya dibakar dan untuk pembakaran harus hati-hati, kalo kelamaan pelepah pisang bisa terbakar atau gosong," katanya menjelaskan.
-
Raden Saleh melukis apa? Tahun 1857, selesailah lukisan fenomenal tersebut. Penangkapan Diponegoro, disebut sebagai salah satu mahakarya yang dihasilkan Sang maestro.
Kuas pun tidak dipakai. Zainal lebih memilih memakai tangan dicelupkan ke air dan tanah liat, lalu mengusap bagian kertas. Ada serutan bambu dan sobekan kertas koran untuk membuat sebuah bentuk pada olesan tanah liat.
"Tidak perlu waktu lama membuat lukisan dengan tanah liat, hanya lima menit untuk belajar," kata Zainal.
Ketika itu, dia tengah mengajar puluhan peserta Datsun Risers Expedition (DRE) jilid 2 di Benteng Fort Rotterdam, Makassar, Senin kemarin. Para peserta (DRE) disaring dari pelbagai profesi. Mereka juga berkeliling beberapa kota di Sulawesi Selatan guna mencicipi ketangguhan Datsun GO dan GO+.
Benar saja, tidak perlu waktu lama para peserta hanya diberi penjelasan sebentar dan langsung memahami. Bahkan karya salah seorang Risers mendapat apresiasi langsung Zainal Beta.
Namun, bagi Zainal justru merasa kurang dapat apresiasi selama berkarya sejak tahun 1980 silam. Dukungan diharapkan Zainal, salah satunya dari Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Dikenal sebagai pengusaha sukses, JK justru belum memiliki sebuah karya milik Zainal.
Bukan berarti Zainal meyalahkan orang nomor dua di Indonesia itu. Dia tetap berpikir positif, sebab belakangan ini belum pernah bertemu dengan JK. Meski begitu, harapan besarnya adanya uluran tangan dari JK untuk membantunya pameran di luar negeri.
"Saya harapkan Pak JK, bisa pameran saya di luar negeri buat bawa budaya di Indonesia. minimal dia bisa apresiasi karya saya," ujarnya.
Padahal selama berkarir sebagai pelukis, pria kelahiran 19 April 1960 silam, itu sudah dianggap sebagai profesor. Pangkat itu diberikan langsung Affandi Koesoema. Dia merupakan seorang pelukis dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia.
Pemberian gelar itu berlangsung pada 1986 silam. Menurut Zainal, Affandi menyematkan itu lantaran dia kagum. Sebab, Zainal dianggap penemu oleh Affandi, lantaran tidak ada di dunia melukis memakai tanah liat.
Wujud apresiasi lainnya dari Affandi, memberikan nama studio milik Zainal, yakni Tanah Air Indonesia. Pemberian nama itu dikarenakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu dianggap bisa mempersatukan Tanah Air.
"Dia mengangkat saya. Dia kan doktor. Nah, profesornya pelukis indonesia Anda (Zainal), kata Affandi," ungkap Zainal. "Affandi juga mengatakan tanah air Indonesia ditangan Anda. Benar juga, karena saya pakai tanah dan air dalam menggambar."
Sudah ribuan karya lukisan tanah liat dibuat dari tangannya. Banyak pembeli karyanya dari pelbagai profesi. Untuk di Indonesia, dia sangat ingat ada Setiawan Djodi dan putra Presiden pertama Soekarno sekaligus seniman kawakan dan anggota DPR, Guruh Soekarnoputra.
Setiawan Djodi, kata dia, membeli lukisan bergambar pemain gendang. Sedangkan Guruh meminta Zainal menggambarkan soal nelayan. Keduanya membeli karya Zainal seharga Rp 5 juta.
Justru pembeli karyanya dengan harga selangit berasal dari Jerman. Kala itu, karya lukisannya bergambar kapal Pinisi berukuran 1 meter x 80 cm. Gambar itu dia buat selama 30 menit saja.
"Yang beri harga Rp 25 juta, dia (orang Jerman) bukan saya. Proses nego, saya kasih harga Rp 10 juta, dia tawar Rp 25 juta. Bingung saya, kenapa tawarnya lari ke atas," cerita Zainal.
Meski umur tak lagi muda, semangat untuk terus berkarya tetap membara. Bahkan dia bercita-cita melukis dengan memakai tanah liat dari banyak wilayah di Indonesia. Sehingga dia bisa menyatukan tanah air Indonesia.
Awal mula melukis pakai tanah liat
Zainak sejak kecil memang gemar berkesenian, teruta melukis. Bahkan dia mengaku sempat berdebat dengan guru sekolahnya. Kala itu dia menanyakan soal kredibilitas pelukis bila menggambar tidak memakai cat.
Selang waktu berganti, hal bakal membawanya terjerumus ke dalam dunia seni lukis akhirnya datang. Penemuan lukisan tanah liat berawal dari ketidaksengajaan.
Kala itu, Zainal mengaku kertas dibawanya jatuh ke kubangan tanah. Lalu kertas miliknya itu dilap. Ketidaksengajaan itu justru memunculkan sebuah karya seni dan menjadi cara Zainal buat berkesenian.
"Kertas jatuh di lumpur, saya bersihkan ternyata ada objek Rumah Bugis Makassar, dan Rumah Toraja. Nah, dari situ sampai sekarang saya melukis pakai tanah liat," terangnya.
Karyanya kini telah hingga dilihat mata dunia internasional. Pengakuan bahwa cara dilakukannya satu-satu didunia juga banyak berasal dari negara Amerika, Belanda hingga Australia. Terus berkarya Sang Profesor lukis Indonesia.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ddi tangan santri ini daun jati jadi sumber cuan. Ia membuat lukisan dari daun jati bernilai seni tinggi.
Baca SelengkapnyaSejumlah karya Wahyu merupakan visualisasi dari para tokoh terkenal, mulai dari mantan Presiden RI ke-4, K.H Abdurahman Wahid (Gusdur).
Baca SelengkapnyaIa banyak terinspirasi dari objek kehidupan sehari-hari dan banyak belajar dari pelukis-pelukis besar lainnya.
Baca SelengkapnyaKarena mempertahankan identitas Cirebon, lukisan kaca milik Kusdono berhasil menarik minat Presiden RI Joko Widodo hingga konsumen mancanegara.
Baca SelengkapnyaPerajin asal Medan membuat inovasi kreatif, yaitu membuat kerajinan boneka dari limbah kertas koran.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan kertas ini sudah berkembang di era pra-Islam
Baca SelengkapnyaKakek ini menghampiri calon pembelinya satu per satu. Namun, tak ada yang membeli.
Baca SelengkapnyaSBY kembali menghebohkan panggung di gelaran festival musik Pestapora 2024 dengan melukis ditemani oleh Vincent Rompies dan Desta
Baca SelengkapnyaJenderal TNI bintang 2, Mayjen Totok Imam Santoso tiba-tiba keluar rumah dengan memakai kaos dan celana pendek sambil membawa golok dan celurit.
Baca Selengkapnya