Santri yang tewas di Ogan Ilir diduga dibunuh teman satu Pesantren
Merdeka.com - Penyebab kematian santri Pondok Pesantren Raudhatul Ulum, Sakatiga, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Finanda Juni Harta (14), akhirnya terjawab sudah. Polisi meringkus seorang terduga pelaku penganiaya korban hingga tewas.
Terduga pelaku berinisial AM (14), santri yang bermukim di pondok itu dan berasal dari Kecamatan BPR Ranau Tengah, Ogan Komering Ulu Selatan. Penangkapan AM berdasarkan pemeriksaan terhadap beberapa orang saksi di TKP secara maraton hingga dini hari tadi.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumsel Kombes Pol Budi Suryanto membenarkan, penyidik telah membawa terduga pelaku AM ke Mapolda Sumsel. Statusnya masih sebagai saksi, belum ditingkatkan menjadi tersangka.
"Anggota kita mendatangi ponpes itu setelah dapat laporan. Subuh ini kami mengamankan satu orang, masih kita periksa," ungkap Budi, Rabu (24/10).
Hanya saja, Budi belum menjelaskan motifnya dan dengan cara apa pelaku melakukan penganiayaan itu. Jika terbukti, AM dikenakan Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan dengan ancaman di atas sepuluh tahun penjara.
"Masih kita lakukan pemeriksaan mendalam dulu, nanti kita jelaskan motifnya seperti apa dan bagaimana kejadiannya," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, seorang santri kelas dua Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Raudhatul Ulum di Desa Sakatiga, Ogan Ilir, Sumsel, bernama Finanda Juni Harta (14), ditemukan tewas di asrama, Selasa (23/10).
Merasa ada kejanggalan, keluarga pun meminta jenazah korban dilakukan autopsi.Tak hanya autopsi, orangtua korban Soharudin (40) melaporkan kasus ini ke polisi.
Dia berharap, penyebab kematian anaknya dapat terbongkar dengan jelas.Soharudin mengatakan, keluarga menemukan banyak kejanggalan terkait kematian anaknya.
Kejadian berawal saat pengurus pondok menghubungi keluarga bahwa korban tengah sakit keras.
Keluarga pun datang untuk membawanya ke rumah sakit. Begitu tiba di pondok, korban sudah terbujur kaku. Ternyata dia tewas sebelum keluarganya datang.
"Kami disuruh minta datang, anak saya sakit keras. Tapi ternyata sudah meninggal di asrama," ungkap Soharudin saat melapor ke SPKT Polda Sumsel, Selasa (23/10).
Jasad korban pun dibawa ke rumah duka di Desa Muara Kunjung, Kecamatan Babat Toman, Musi Banyuasin. Saat korban dimandikan, keluarga menemukan kejanggalan kedua.
Di tubuhnya terdapat banyak luka lebam. Seperti di punggung, lengan, dan kepala bagian belakang. Keluarga menduga luka itu akibat benda tumpul.
"Kalau melihat kondisi seperti itu kematiannya tidak wajar, ada apa-apa," kata dia.
Keluarga pun meminta kejelasan dari pengurus pondok. Namun, jawaban yang diterima tidak jelas dan disinyalir menutupi sesuatu.
"Mereka jawab anak saya sakit, tapi tidak dijelaskan sakit apa, kapan dia sakitnya, diobati apa tidak, tidak jelas semua, cuma ngotot bilang sakit. Lagi pula anak saya tak pernah ada riwayat sakit parah," kata dia.
Oleh karena itu, keluarga meminta Rumah Sakit Bhayangkara melakukan autopsi terhadap jenazah korban. Dengan demikian, penyebab kematian anaknya dapat terungkap secara jelas.
"Kami ingin tahu penyebabnya. Kalau karena sakit, sakit apa, tapi kalau ada kekerasan kami minta diusut tuntas," harap dia.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pihak pondok pesantren mengantarkan jenazah korban ke rumahnya, tanpa lapor polisi.
Baca SelengkapnyaSedangkan, keempat pelaku masih masih ditahan di Mapolres Kediri Kota.
Baca SelengkapnyaPolisi ungkap detik-detik peristiwa tewasnya eks calon siswa Bintara Iwan oleh anggota TNI AL Serda Adan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Keluarga yakin Santri AH tewas dianiaya. Sementara pengakuan pesantren korban tewas tersentrum.
Baca SelengkapnyaPolda Jambi masih berupaya mengungkap kematian tidak wajar santri berinisial AH di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin, Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo.
Baca SelengkapnyaPengeroyokan yang berujung pada kematian ini pun sudah dilaporkan pihak orang tua ke Polsek Lodoyo Timur.
Baca SelengkapnyaDitetapkan sebagai Tersangka Pengeroyokan Teman hingga Tewas, 17 Santi di Blitar Tidak Ditahan
Baca SelengkapnyaHP kemudian membawa korban ke sungai di Desa Tanah Merah yang berdekatan dengan pondok pesantren.
Baca SelengkapnyaAksi pelaku itu diduga disebabkan emosi dan tidak terima ditegur pengurus pesantren karena merokok saat jam puasa.
Baca Selengkapnya