Romo Magnis: Razia Buku Marxisme Bentuk Kebodohan & Ketinggalan Zaman

Merdeka.com - Franz Magnis Suseno atau Romo Magnis prihatin bukunya yang dianggap berbau komunisme dirazia sekelompok orang di Makassar. Menurut Romo, buku itu sudah sejak lama ada dan bukan menyebarkan ajaran komunis.
"Itu saya berpendapat tanda kebodohan dan ketinggalan zaman satu dari buku itu 20 tahun ada di pasar dan 2001 juga pernah dibakar oleh kelompok aneh-aneh dan latar belakang politik yang satu itu udah 17 tahun ada," kata dia ditemui di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (7/8).
Romo menyebut, orang yang merazia hanya melihat sampul buku. Isi buku itu sendiri, kata dia, justru mengkritik paham komunisme terutama ajaran Karl Marx dan Leninisme. Romo berpendapat, sekelompok orang yang merazia ingin memberi kesan bahwa komunisme meluas di Indonesia.
-
Kenapa komunisme muncul? Komunisme lahir sebagai tanggapan terhadap ketidaksetaraan sosial dan ekonomi pada abad ke-19.
-
Kenapa Karl Marx menentang ideologi kapitalisme? Ideologi marxisme lahir berkat anggapan ideologi kapitalisme yang dianggap sebagai kesalahan yang besar karena akan semakin memperkaya pemilik modal dengan mengorbankan nasib kaum buruh yang menyedihkan.
-
Siapa yang menginspirasi ide Komunisme? Terinspirasi oleh karya-karya Karl Marx dan Friedrich Engels, konsep dasar komunisme adalah menciptakan masyarakat di mana sumber daya dan produksi dimiliki bersama oleh seluruh masyarakat.
-
Siapa yang mengkritik karya Yos Suprapto? Suwarno, dosen pascasarjana di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, menyatakan, 'Yos Suprapto sebagai perupa selalu membawa ledakan pemikiran yang menarik. Ekspresi pada karya Yos memiliki keberagaman kesan dan pesan yang langsung dan lantang, tetapi juga terdapat (bagian) yang lembut dan simbolis.'
-
Kapan "The Communist Manifesto" diterbitkan? The Communist Manifesto, sebuah karya kolosal oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, membongkar kompleksitas perjuangan kelas di dalam masyarakat dan mengupas akar sejarahnya.
-
Siapa yang menulis buku tentang Soekarno? Mengutip cerita Soekarno pada Cindy Adams, penulis buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, sang proklamator kemerdekaan RI itu menghabiskan masa kecil dan awal remajanya di Kota Mojokerto.
"Jadi saya juga agak benci dengan cara ini orang bodoh-bodoh dan tetapi memaksa ancaman dan kekerasan, apa ini bawa kita kemana, terus terang saja mau mengatakan itu jangan-jangan mereka ditunggangi mengapa, karena ada cara untuk memfitnah Presiden Jokowi sebagai orang yang lunak komunisme," ujarnya.
Romo menegaskan, dalam bukunya ia sangat mengkritik keras dan menunjukkan bahwa paham Leninisme harus ditolak.
"Karena Lenin lah yang memaksa kekerasan, memakai kekerasan dan teror untuk mempertahankan kekuasaan dan itu menjadi dasar Uni Soviet mengapa menjadi negara penuh teror yang akhirnya ambruk," tegas dia.
Kemudian, di dalam TAP MPRS tahun 1966, kata dia, membaca buku-buku Marxisme untuk kepentingan penelitian justru dibenarkan. Menurutnya, pemikiran Marx sangat berpengaruh dan perlu dianalisa.
"Jadi sekarang kalau ada masalah silakan bawa ke pengadilan, bawa ke jaksa, bikin tuntutan bisa saja bila orang merasa menyebarkan komunisme bisa bawa ke polisi periksa itu oke, tapi jangan tindak sendiri kekerasan lagi," imbuhnya.
Romo mempersilakan, masyarakat membaca untuk membuktikan bila bukunya tidak menyebarkan paham komunis. Dia tak ingin masyarakat menjustifikasi dari gambar luar buku.
"Jangan bikin malu orang orang Makassar dengan kejadian seperti itu," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, berdalih bebaskan Makassar dari paham Marxisme dan Lenismisme, empat orang yang mengatasnamakan Brigade Muslim Indonesia (BMI) Sulawesi Selatan menggerebek gerai Gramedia Trans Mall, Sabtu (3/8) pukul 16.00 wita.
Mereka mengumpulkan kurang lebih 20 buku yang berhubungan dengan paham komunis yang dilarang di Indonesia berdasarkan Tap MPRS No 25 tahun 1966 itu. Buku-buku itu kemudian diserahkan ke pihak Gramedia untuk dikembalikan ke penerbitnya. Selanjutnya mereka memviralkan lewat media sosial kegiatan yang disebutnya sweeping.
Ketua Brigade Muslim Indonesia (BMI) Sulsel, Muhammad Zulkifli yang dikonfirmasi, Minggu (4/8) mengatakan, mereka melakukan aksinya setelah berkoordinasi dengan Pihak Polda Sulsel melalui direktorat intelkam dan pihak Kodam XIV/Hasanuddin. Namun karena digelar tiba-tiba, tak satu anggota dari dua institusi yang bergabung saat datangi gerai Gramedia itu.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Kodam dan AKBP Parenrengi dari direktorat Intelkam Polda tapi karena tiba-tiba, tidak ada yang bergabung," ujar Muhammad Zulkifli.
Dia menuturkan, selama dua pekan terakhir mereka melakukan pemantauan di beberapa titik dan dieksekusi. Ada beberapa tempat yang akan jadi target tapi akan diselesaikan secara bergilir.
"Kami datang dan tunjukkan buku-buku itu sekaligus dasarnya kenapa lakukan sweeping itu. Kami tunjukkan tap MPRS No 25 tahun 1966 itu. Kami ditemui supervisor Gramedia dan sepakat mengembalikan buku-buku itu ke penerbitnya," kata Muhammad Zulkifli.
Mereka tak menggubris jika ada pihak yang tak sependapat dengan aksinya. Dia berdalih, semua dilakukan demi NKRI. Selain gerai-gerai buku, ada sejumlah titik yang akan didatangi. Termasuk kelompok-kelompok yang berdiskusi dengan mengandalkan buku-buku paham marxisme dan lenimisme.
Menurutnya, sepanjang tidak melakukan tindak pidana, maka aksi semacam ini akan terus jalan. Mereka mengaku melakukan sweeping untuk sekadar memberi imbauan, tidak menyita buku-buku dan tidak merusak.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Masyarakat diimbau agar tidak perlu khawatir untuk bersikap kritis.
Baca Selengkapnya
Dekan FIB UGM Setiadi mengatakan tim Ad Hoc telah bekerja melakukan fakta dan bukti soal tuduhan plagiasi tersebut.
Baca Selengkapnya
Penasihat Hukum Hasto Kristiyanto, Rony Talapesy melaporkan penyidik KPK ke Dewan Pengawas terkait tindakan penyidik yang tidak profesional.
Baca Selengkapnya
Mahfud mengaku hukum di Indonesia belum sepenuhnya betul.
Baca Selengkapnya
Kuasa hukum kubu Hasto, Ronny Talapessy menyebut, buku catatan tersebut tidak ada kaitannya dengan kasus Harun Masiku.
Baca Selengkapnya
Dalam konteks HAM, yang menjadi pijakan dijelaskannya yakni yang pertama memori kolektif korban dan kedua adanya kesamaan kronologis peristiwa.
Baca Selengkapnya
514 DPC PDIP melayangkan gugatan terhadap penyidik KPK AKBP Rossa Purbo Bekti
Baca Selengkapnya
Sosok Mohammad Nasroen, cendekiawan filsafat dari Sumatra yang pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatra Tengah.
Baca Selengkapnya
Mahfud menegaskan saat ini banyak penegak hukum tidak bagus.
Baca Selengkapnya
Acara bedah buku itu juga dihadiri Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
Baca Selengkapnya
Buku diterbitkan bertepatan gerakan melawan lupa 17 tahun aksi Kamisan terhadap 13 korban aktivis 97-98
Baca Selengkapnya
Dia menyakini belum ada yang bisa menandingi pemikiran Bung Karno dalam pleidoi Indonesia Menggungat tersebut.
Baca Selengkapnya