Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Romo Magnis: Razia Buku Marxisme Bentuk Kebodohan & Ketinggalan Zaman

Romo Magnis: Razia Buku Marxisme Bentuk Kebodohan & Ketinggalan Zaman Franz Magnis Suseno. ©2019 Liputan6.com/Faizal Fanani

Merdeka.com - Franz Magnis Suseno atau Romo Magnis prihatin bukunya yang dianggap berbau komunisme dirazia sekelompok orang di Makassar. Menurut Romo, buku itu sudah sejak lama ada dan bukan menyebarkan ajaran komunis.

"Itu saya berpendapat tanda kebodohan dan ketinggalan zaman satu dari buku itu 20 tahun ada di pasar dan 2001 juga pernah dibakar oleh kelompok aneh-aneh dan latar belakang politik yang satu itu udah 17 tahun ada," kata dia ditemui di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (7/8).

Romo menyebut, orang yang merazia hanya melihat sampul buku. Isi buku itu sendiri, kata dia, justru mengkritik paham komunisme terutama ajaran Karl Marx dan Leninisme. Romo berpendapat, sekelompok orang yang merazia ingin memberi kesan bahwa komunisme meluas di Indonesia.

"Jadi saya juga agak benci dengan cara ini orang bodoh-bodoh dan tetapi memaksa ancaman dan kekerasan, apa ini bawa kita kemana, terus terang saja mau mengatakan itu jangan-jangan mereka ditunggangi mengapa, karena ada cara untuk memfitnah Presiden Jokowi sebagai orang yang lunak komunisme," ujarnya.

Romo menegaskan, dalam bukunya ia sangat mengkritik keras dan menunjukkan bahwa paham Leninisme harus ditolak.

"Karena Lenin lah yang memaksa kekerasan, memakai kekerasan dan teror untuk mempertahankan kekuasaan dan itu menjadi dasar Uni Soviet mengapa menjadi negara penuh teror yang akhirnya ambruk," tegas dia.

Kemudian, di dalam TAP MPRS tahun 1966, kata dia, membaca buku-buku Marxisme untuk kepentingan penelitian justru dibenarkan. Menurutnya, pemikiran Marx sangat berpengaruh dan perlu dianalisa.

"Jadi sekarang kalau ada masalah silakan bawa ke pengadilan, bawa ke jaksa, bikin tuntutan bisa saja bila orang merasa menyebarkan komunisme bisa bawa ke polisi periksa itu oke, tapi jangan tindak sendiri kekerasan lagi," imbuhnya.

Romo mempersilakan, masyarakat membaca untuk membuktikan bila bukunya tidak menyebarkan paham komunis. Dia tak ingin masyarakat menjustifikasi dari gambar luar buku.

"Jangan bikin malu orang orang Makassar dengan kejadian seperti itu," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, berdalih bebaskan Makassar dari paham Marxisme dan Lenismisme, empat orang yang mengatasnamakan Brigade Muslim Indonesia (BMI) Sulawesi Selatan menggerebek gerai Gramedia Trans Mall, Sabtu (3/8) pukul 16.00 wita.

Mereka mengumpulkan kurang lebih 20 buku yang berhubungan dengan paham komunis yang dilarang di Indonesia berdasarkan Tap MPRS No 25 tahun 1966 itu. Buku-buku itu kemudian diserahkan ke pihak Gramedia untuk dikembalikan ke penerbitnya. Selanjutnya mereka memviralkan lewat media sosial kegiatan yang disebutnya sweeping.

Ketua Brigade Muslim Indonesia (BMI) Sulsel, Muhammad Zulkifli yang dikonfirmasi, Minggu (4/8) mengatakan, mereka melakukan aksinya setelah berkoordinasi dengan Pihak Polda Sulsel melalui direktorat intelkam dan pihak Kodam XIV/Hasanuddin. Namun karena digelar tiba-tiba, tak satu anggota dari dua institusi yang bergabung saat datangi gerai Gramedia itu.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Kodam dan AKBP Parenrengi dari direktorat Intelkam Polda tapi karena tiba-tiba, tidak ada yang bergabung," ujar Muhammad Zulkifli.

Dia menuturkan, selama dua pekan terakhir mereka melakukan pemantauan di beberapa titik dan dieksekusi. Ada beberapa tempat yang akan jadi target tapi akan diselesaikan secara bergilir.

"Kami datang dan tunjukkan buku-buku itu sekaligus dasarnya kenapa lakukan sweeping itu. Kami tunjukkan tap MPRS No 25 tahun 1966 itu. Kami ditemui supervisor Gramedia dan sepakat mengembalikan buku-buku itu ke penerbitnya," kata Muhammad Zulkifli.

Mereka tak menggubris jika ada pihak yang tak sependapat dengan aksinya. Dia berdalih, semua dilakukan demi NKRI. Selain gerai-gerai buku, ada sejumlah titik yang akan didatangi. Termasuk kelompok-kelompok yang berdiskusi dengan mengandalkan buku-buku paham marxisme dan lenimisme.

Menurutnya, sepanjang tidak melakukan tindak pidana, maka aksi semacam ini akan terus jalan. Mereka mengaku melakukan sweeping untuk sekadar memberi imbauan, tidak menyita buku-buku dan tidak merusak.

(mdk/rnd)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Romo Magnis: Ada Kesan Hukum Jadi Alat Bungkam
Romo Magnis: Ada Kesan Hukum Jadi Alat Bungkam

Masyarakat diimbau agar tidak perlu khawatir untuk bersikap kritis.

Baca Selengkapnya
Heboh Dugaan Dosen Plagiarisme Karya Peter Carey, Begini Bunyi Putusan Tim Ad Hoc UGM
Heboh Dugaan Dosen Plagiarisme Karya Peter Carey, Begini Bunyi Putusan Tim Ad Hoc UGM

Dekan FIB UGM Setiadi mengatakan tim Ad Hoc telah bekerja melakukan fakta dan bukti soal tuduhan plagiasi tersebut.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Hasto Melawan Anggap KPK Sewenang Wenang Sampai Sita Buku Pilkada PDIP
VIDEO: Hasto Melawan Anggap KPK Sewenang Wenang Sampai Sita Buku Pilkada PDIP

Penasihat Hukum Hasto Kristiyanto, Rony Talapesy melaporkan penyidik KPK ke Dewan Pengawas terkait tindakan penyidik yang tidak profesional.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Mahfud Sindir Bobrok Hukum di Indonesia: Kasus Bisa Dijual, Vonis Bisa Dibeli
VIDEO: Mahfud Sindir Bobrok Hukum di Indonesia: Kasus Bisa Dijual, Vonis Bisa Dibeli

Mahfud mengaku hukum di Indonesia belum sepenuhnya betul.

Baca Selengkapnya
Buku Hasto yang Disita KPK Berisi Catatan Kebijakan Partai hingga Strategi Pemenangan Pemilu
Buku Hasto yang Disita KPK Berisi Catatan Kebijakan Partai hingga Strategi Pemenangan Pemilu

Kuasa hukum kubu Hasto, Ronny Talapessy menyebut, buku catatan tersebut tidak ada kaitannya dengan kasus Harun Masiku.

Baca Selengkapnya
Imparsial Terbitkan Buku 'Penculikan Bukan Untuk Diputihkan', Ada Cerita Istri Mendiang Munir
Imparsial Terbitkan Buku 'Penculikan Bukan Untuk Diputihkan', Ada Cerita Istri Mendiang Munir

Dalam konteks HAM, yang menjadi pijakan dijelaskannya yakni yang pertama memori kolektif korban dan kedua adanya kesamaan kronologis peristiwa.

Baca Selengkapnya
Ramai-Ramai 514 DPC PDIP Gugat Penyidik KPK Usai Buku Catatan Hasto Disita
Ramai-Ramai 514 DPC PDIP Gugat Penyidik KPK Usai Buku Catatan Hasto Disita

514 DPC PDIP melayangkan gugatan terhadap penyidik KPK AKBP Rossa Purbo Bekti

Baca Selengkapnya
Sosok Mohammad Nasroen, Pelopor Kajian Filsafat Indonesia yang Menjadi Gubernur Sumatra Tengah Pasca Kemerdekaan
Sosok Mohammad Nasroen, Pelopor Kajian Filsafat Indonesia yang Menjadi Gubernur Sumatra Tengah Pasca Kemerdekaan

Sosok Mohammad Nasroen, cendekiawan filsafat dari Sumatra yang pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatra Tengah.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Mahfud Ceplas Ceplos Sekarang Banyak Penegak Hukum Tidak Bagus, Banyak Mafianya!
VIDEO: Mahfud Ceplas Ceplos Sekarang Banyak Penegak Hukum Tidak Bagus, Banyak Mafianya!

Mahfud menegaskan saat ini banyak penegak hukum tidak bagus.

Baca Selengkapnya
Sejarawan: Sering Kali Pikiran Bung Karno Dianggap Fosil, Padahal Masih Relevan Diterapkan Saat Ini
Sejarawan: Sering Kali Pikiran Bung Karno Dianggap Fosil, Padahal Masih Relevan Diterapkan Saat Ini

Acara bedah buku itu juga dihadiri Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto

Baca Selengkapnya
Imparsial Terbitkan Buku 'Penculikan Bukan Untuk Diputihkan', Ceritakan Jejak Kasus Aktivis Orba Hilang Tergerus Zaman
Imparsial Terbitkan Buku 'Penculikan Bukan Untuk Diputihkan', Ceritakan Jejak Kasus Aktivis Orba Hilang Tergerus Zaman

Buku diterbitkan bertepatan gerakan melawan lupa 17 tahun aksi Kamisan terhadap 13 korban aktivis 97-98

Baca Selengkapnya
Sejarawan: Pleidoi Indonesia Menggugat Bung Karno Relevan dengan Situasi saat Ini
Sejarawan: Pleidoi Indonesia Menggugat Bung Karno Relevan dengan Situasi saat Ini

Dia menyakini belum ada yang bisa menandingi pemikiran Bung Karno dalam pleidoi Indonesia Menggungat tersebut.

Baca Selengkapnya