Puluhan monyet turun gunung cari makan
Merdeka.com - Puluhan monyet ekor panjang yang banyak hidup di sekitar hutan Gunung Gede, Cianjur, Jabar, turun gunung, untuk mendapatkan makanan sejak sepekan terakhir.
Kawanan monyet ini, mendatangi wilayah Segar Alam, Talaga Warna dan beberapa wilayah lain di kawasan Puncak, Cianjur, untuk mendapatkan makanan.
"Sejak satu pekan terakhir, jumlah monyet yang turun gunung, jumlahnya terus bertambah. Kami menduga karena makanan di atas gunung mulai habis, akibat musim kemarau panjang buah-buahan seperti konyal dan pucuk daun segar mengering dan tidak tumbuh," kata Kepala Resot Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Isis Isakandar, Rabu (5/9).
Kondisi tersebut, jelas dia, mulai mengkhawatirkan, dimana masyarakat mulai merasa terganggu dengan kehadiran monyet liar tersebut, sementara kawanan monyet mulai terbiasa dengan lingkungan manusia.
"Masyarakat yang mulai terganggu cenderung melakukan tindakan yang bisa melukai hingga membunuh monyet liar ini. Sedangkan populasi monyet ini, makin sedikit di alam liar. Kawanan ini mulai terbiasa karena sering diberi makan," ucapnya.
Hal tersebut, tutur Isis, tanpa disadari masyarakat yang telah memancing kawanan monyet liar, untuk terus datang. Sedangkan pihaknya selama ini, telah memasang papan peringatan dan memberikan imbauan agar tidak memberi makan pada hewan liar.
"Niat memberi makan hewan liar, justru berdampak buruk pada pola hidup dan habitat monyet. Kawanan ini, memiliki sistem pertahanan hidup alami di hutan. Kalo polanya berubah ya monyet-monyet akan terus turun ke pemukiman," tandasnya dikutip antara.
Sementara itu Kordinator Wahana Lingkungan Hidup indonesia (Walhi) Cianjur, Eko Wiwiet, terus melakukan pemantauan dengan meningkatnya jumlah monyet liar yang turun gunung, terutama ke kawasan Seger Alam di Puncak.
"Monyet ini turun secara berkelompok dengan jumlah antara 5-10 ekor. Setiap harinya, tidak kurang dari lima kelompok yang turun ke kawasan Segar Alam. Jumlah meningkat apabila suplai makan di hutan terus berkurang akibat kemarau panjang dan rusaknya habitat hutan," ungkapnya.
Pihaknya berharap, masyarakat tidak melakukan tindakan kekerasan untuk mengusir hewan liar tersebut, serta tidak membiasakan diri memberi makanan.
Saat ini, pihaknya terus berupaya melakukan langkah untuk mengembalikan ekosistem agar binatang binatang liar yang ada di hutan tidak turun ke perkampungan saat kemarau panjang dan ketika tidak ada makanan.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Merdeka.com merangkum informasi tentang 60 pantun Jawa lucu yang kocak dan bikin ngakak. Pantun-pantun ini cocok untuk hiburan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaMenjes umumnya digoreng dengan tepung dan dimakan dengan cabai rawit.
Baca SelengkapnyaMemesan 270 porsi sate dan es teh, Nara pun membagikan makanan dan minuman ini pada para penghuni panti.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Nuansa Imlek sudah terasa di area Pasar Lama Kota Tangerang. Pernak pernik sampai kuliner khas peranakan tersaji lengkap di sini.
Baca SelengkapnyaPayo bisa diolah oleh masyarakat setempat menjadi beragam sajian masakan.
Baca SelengkapnyaDaun katel unik, rasanya renyah bisa dijadikan aneka makanan dan hanya bisa ditemukan di Majalengka
Baca SelengkapnyaSalah satu camilan khas dari Payakumbuh ini mirip seperti dodol atau jenang yang populer di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaKuliner ini tidak hanya terkenal di Lumajang, tapi juga banyak diburu warga daerah lain.
Baca SelengkapnyaKuliner khas Pulau Meranti ini tak lepas dari ciri khas wilayahnya yang terkenal akan produksi Sagu yang begitu melimpah.
Baca Selengkapnya