Potret Suram SD Negeri di Batang, Dulu Favorit Kini Tak Ada Siswa yang Mendaftar
Siti Mutaharoh merasa miris. Puluhan tahun mengajar di Sekolah Dasar (SD) Negeri Kranggan I di Kabupaten Batang, baru kali ini sekolah itu tidak mendapat siswa.
Siti Mutaharoh merasa miris. Puluhan tahun mengajar di Sekolah Dasar (SD) Negeri Kranggan I di Kabupaten Batang, baru kali ini sekolah itu tidak mendapat siswa.
Ketiadaan fasilitas TK diduga menjadi salah satu penyebab tidak adanya orang tua yang mendaftarkan anaknya pada pendaftaran peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2023/2024.
Siti Mutaharoh, guru SDN Kranggan I , Jumat (21/7).
Kalau kami sebagai pengajar, satu orang pun akan kami ajar. Bahkan kami ada program mengantar murid pulang ke rumah dan seragam gratis. Kalau kondisinya begini, saya harus mengajar lainnya," ujarnya.
"Memang siswa yang kami ajar sedikit. Tapi ada beberapa guru juga masih mengajar di antaranya 3 guru PNS dan 4 wiyata bakti atau honorer," jelasnya.
Siti berharap ada solusi dari masalah ini. Dia berharap sekolahnya tidak dimerger atau digabung dengan sekolah lain. "Saya sudah minta solusi sama Disdik. Tapi kalau bisa sekolahnya jangan dijadikan satu sama sekolah negeri lainnya. Kasihan siswa selain jauh dari lokasi juga nasib guru honorer," ucapnya.
Situasi yang mirip juga dialami SD Negeri Sijono. Meski menjadi satu-satunya SD Negeri di Desa Sijono, Kecamatan Warungasem, namun tetap kekurangan murid. Kepala SDN Sijono Setiabudi menyebut tahun ini hanya mendapatkan tiga murid. Mereka mendaftar pada hari-hari terakhir PPDB. "Kami sempat rapat untuk tidak membuka kelas. Tapi besoknya ada yang daftar satu, terus besoknya ada dua di kelas I dan satu murid pindahan ke kelas 4," jelasnya.
"Kita tidak ada istilah kekurangan, mungkin di bawah rombel. Rombel kita harusnya 30 anak, setahu saya ada yang enam, lima, dua bahkan tahun kemarin ada yang satu, itu saja Mas," kata Bambang.
Dia menyebut ada dua SDN yang kekurangan siswa yaitu SDN Sijono dengan tiga siswa. Lalu, SDN Kranggan 1 yang tidak dapat siswa sama sekali. Bambang menyebut jumlah SD Negeri di Kabupaten Batang mencapai 452 SD. Sekitar 254 di antaranya tidak memenuhi rombongan belajar (rombel) atau di bawah 30 anak per kelasnya. "Tren sekolah tidak memenuhi rombel dimulai 2010 namun yang signifikan sejak 2016 hingga sekarang," jelasnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi semakin menurunnya jumlah anak usia sekolah di daerah itu, meningkatnya pasangan muda merantau ke luar daerah, keberhasilan program KB dan persaingan antarsekolah. "Jadi persoalannya lokasi jauh dari perkampungan, di sisi lain muncul sekolah MI (Madrasah Ibtidaiyah) di dekat kampung itu menjadikan kalah bersaing. Meski SD negeri gratis, tapi mindset kultur masyarakat ingin anaknya di sekolah agama," jelasnya. Sejumlah upaya yang dilakukannya yaitu penggabungan dua sekolah di wilayah yang sama. Lalu memprogamkan peningkatan mutu dan mendekatkan sekolah ke kawasan permukiman.
Sedikitnya ada enam SMA Negeri dan 1 SMP Negeri di Palembang menjadi sampel obyek.Ombudsman menemukan banyak fakta di lapangan.
Baca SelengkapnyaKoster menegaskan, PPDB adalah hak semua anak Indonesia. Sehingga, tak boleh ada praktik titip menitip siswa agar masuk sekolah negeri tertentu.
Baca SelengkapnyaDeretan anak artis ternama ini memilih untuk kuliah dii luar negeri. Siapa saja ya mereka?
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu menimpa seorang siswi SMKN 1 Gunungputri, Kabupaten Bogor.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto mengungkapkan refleksi selama hidupnya.
Baca SelengkapnyaTak terkira, ada momen saat Kasad bertemu dengan sang putra yang tengah menempuh pendidikan.
Baca SelengkapnyaSheva anak dari pasangan Ussy Sulistiawaty dan Andhika Pratama, kini telah memasuki kelas 1 di sekolah dasar.
Baca SelengkapnyaGus Yahya mengamini nasib pendidikan santri Al Zaytun terancam. Apalagi saat ini Panji sendiri sudah berstatus tersangka kasus penistaan agama.
Baca SelengkapnyaPrabowo minta mahasiswa belajar kerja keras dan mengenang perjuangan bangsa melawan penjajah.
Baca Selengkapnya