Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Para pejuang Tionghoa dalam pertempuran 10 November 1945

Para pejuang Tionghoa dalam pertempuran 10 November 1945 Pejuang Tionghoa dalam pertempuran 10 November. ©buku Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran

Merdeka.com - Hari ini, masyarakat Tionghoa di Indonesia dan dunia merayakan Gong Xi Fa Cai, atau biasa dikenal dengan sebutan Imlek. Eksistensi masyarakat Tionghoa sudah berlangsung sejak berlangsungnya ekpedisi Dinasti Yuan ke Indonesia untuk menyerbu Kerajaan Kediri yang dianggap menghina Raja Mongol Kubilai Khan.

Menyambut Imlek, merdeka.com mencoba menggali keterlibatan masyarakat Tionghoa dalam perang kemerdekaan Indonesia yang berlangsung pada 1945-1949. Peran masyarakat Tionghoa dalam sejarah kemerdekaan tak bisa dikesampingkan begitu saja.

Salah satunya adalah perang 10 November 1945 di Surabaya. Tanpa dipenuhi rasa takut, dan keinginan untuk merdeka membuat mereka bahu membahu mengangkat senjata dan bertempur melawan pasukan NICA, yang saat itu diboncengi pasukan sekutu untuk menguasai kembali Indonesia.

Kisah ini ditulis dalam buku Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara Sampai Indonesia yang ditulis Iwan Sentosa dan diterbitkan Yayasan Nabil dan Kompas Gramedia terbitan 2014. Keterlibatan warga Tionghoa ini direkam oleh Harian Merdeka edisi 17 Februari 1946. Lewat laporan khususnya, harian memuji peran mereka dalam pertempuran besar yang diberi judul Pendoedoek Tionghoa Membantoe Kita.

Dalam pertempuran itu, warga Tionghoa menyebut diri sebagai TKR Chungking dan membawa bendera Kuo Min Tang sebagai identitasnya. Perlengkapan temput yang digunakan juga sedikit berbeda dengan pejuang lainnya, mereka menggunakan Fritz Helmet yang digunakan pasukan Wehrmacht (Jerman), lengkap dengan senapan Karaben (Kar) 98-K yang didapatkan dari Nazi Jerman pada 1930-an.

Tak hanya ikut dalam pertempuran, warga Tionghoa juga terlibat dalam pengobatan terhadap pejuang yang terluka. Korps medis ini diberi nama Barisan Palang Merah Tionghoa. Satuan ini diberangkatkan dari RS Militer di Malang dan mendapat tugas untuk memasok tansum bagi para pejuang yang berasa di garis depan,

Para pemuda Tionghoa dari Malang juga bergabung dengan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) yang dipimpin langsung oleh Bung Tomo. Mereka adalah Giam Hian Tjong dan Auwyang Tjoe Tek, Auwyang berperan sebagai ahli amunisi dan peledak yang didapat dari pertempuran antara China dengan Jepang.

Selama berlangsungnya pertempuran mempertahankan Surabaya dari serangan pasukan sekutu, warga Tionghoa telah mendirikan 10 pos dengan 10 dokter ditambah tenaga medis lainnya. Seluruh biaya ditanggung sepenuhnya oleh organisasi Chung Hua Chung Hui. Tak hanya sebagai tenaga medis, beberapa di antaranya ikut terlibat dalam serbuan 'berani mati' saat penyerbuan ke sarang serdadu sekutu dan Gurkha.

Guna memperoleh kemenangan besar, pasukan sekutu banyak menjatuhkan bom dan menembaki beberapa lokasi yang diduga menjadi tempat persembunyian para pejuang. Tindakan itu membuat banyak korban berjatuhan, termasuk warga sipil yang tak ikut mengangkat senjata.

Serangan demi serangan yang sebagian besar diarahkan ke warga membuat rakyat Indonesia marah, tak terkecuali warga Tionghoa, mengingat sebagian besar korban merupakan orang Tionghoa. Apalagi, pos kesehatan yang didirikan juga ikut diserang sekutu.

Dari pertempuran ini, diperkirakan 1.000 penduduk Tionghoa tewas dan melukai 5.000 orang lainnya. Secara keseluruhan, jumlah korban tewas mencapai 20.000 orang Indonesia sementara sekutu hanya 1.500 orang.

(mdk/tyo)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Sejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang

Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.

Baca Selengkapnya
Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka

Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka

Kejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.

Baca Selengkapnya
Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial

Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial

Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Tujuan Pemilu 1955 di Indonesia dan Hasilnya, Begini Sejarahnya

Tujuan Pemilu 1955 di Indonesia dan Hasilnya, Begini Sejarahnya

Pemilu 1955 ini menjadi yang pertama kali diadakan setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1945.

Baca Selengkapnya
Sejarah Indonesische Persbureau, Kantor Berita Indonesia Pertama yang Didirikan Bumiputera

Sejarah Indonesische Persbureau, Kantor Berita Indonesia Pertama yang Didirikan Bumiputera

Selain penyalur informasi terkini, kantor ini juga menjadi sarana penghubung antara pers Belanda dan pers yang ada di Hindia Belanda.

Baca Selengkapnya
Sosok Charles Adriaan van Ophuijsen, Pria Belanda Kelahiran Solok Sumbar Pionir Ejaan Bahasa Indonesia

Sosok Charles Adriaan van Ophuijsen, Pria Belanda Kelahiran Solok Sumbar Pionir Ejaan Bahasa Indonesia

Meski namanya sangat kental dengan Belanda, namun sosoknya menjadi pionir dalam menciptakan ejaan Bahasa Indonesia yang kita sekarang gunakan ini.

Baca Selengkapnya
Sejarah Perayaan Imlek di Indonesia, dari Pelarangan hingga Penetapan Hari Libur Nasional

Sejarah Perayaan Imlek di Indonesia, dari Pelarangan hingga Penetapan Hari Libur Nasional

Perayaan Hari Raya Imlek bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia akan segera tiba, berikut sejarahnya.

Baca Selengkapnya
Mengenang Momen Kedatangan Pasukan Agresi Militer Belanda II di Jatim, Situasi Mencekam Warga Terpaksa Mengungsi

Mengenang Momen Kedatangan Pasukan Agresi Militer Belanda II di Jatim, Situasi Mencekam Warga Terpaksa Mengungsi

Kedatangan mereka yang tiba-tiba membuat gempar masyarakat pesisir Tuban

Baca Selengkapnya
Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten

Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten

Wanita ini memimpin 30 perempuan dalam pertempuran melawan Belanda.

Baca Selengkapnya