Pantaskah kasus korupsi Dinasti Atut disebut musibah?
Merdeka.com - Setelah beberapa hari menghilang, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah menggelar istigasah di Masjid Baitussolihin, Kota Serang. Dalam sambutannya, Ratu Atut meminta para jemaah untuk mendoakan adiknya, Tubagus Chaeri Wardana, yang kini ditahan KPK karena tersangkut kasus suap.
"Istigasah ini dalam rangka peringatan HUT Banten ke-13 dan meminta doa dan keikhlasannya atas musibah yang menimpa keluarga besarnya, khususnya adik saya Tubagus Chaeri Wardana agar diberikan ketabahan dan kemudahan dalam proses hukumnya" ujar Ratu Atut dalam sambutannya, Senin (7/10).
Tubagus atau biasa dikenal dengan Wawan ini ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Suami Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany itu tersangkut kasus suap terkait sengketa Pilkada Lebak yang disidangkan di MK. Wawan diduga menyuap Akil Mochtar sebesar Rp 1 miliar agar Pilkada Lebak dilakukan pemilihan ulang. Dalam kasus ini, Ratu Atut juga dicegah KPK ke luar negeri.
Ratu Atut menggunakan kata musibah untuk menggambarkan kasus dugaan suap yang menjerat korupsi. Pantaskah kata musibah digunakan untuk kasus ini?
"Penggunaan kata musibah ini tidak tepat. Ini kan pelanggaran hukum, apalagi memanfaatkan masyarakat seperti istigasah," kata dosen hukum Universitas Gadjah Mada Oce Madril kepada merdeka.com, Selasa (8/10).
Aktivis pusat kajian antikorupsi UGM ini menambahkan KPK harus berani mengusut seluruh korupsi di Banten yang dilakukan Dinasti Atut. Apalagi sejumlah LSM antikorupsi sudah melaporkan sejumlah dugaan korupsi di Banten seperti korupsi Bansos dan Hibah. Sudah lama kasus-kasus ini tak diketahui perkembangannya.
"Saya kira ini jadi momen. KPK harus lebih serius menindaklanjutinya," tegas Oce.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat terkini itu sudah cerdas dan pandai memilah dan menjadi wewenang rakyat juga untuk memilih paslon tertentu.
Baca SelengkapnyaSaat ini banyak rakyat atau keluarga miskin yang membutuhkan bantuan akibat kenaikan harga bahan-bahan pokok.
Baca SelengkapnyaDia dididik oleh partai yang tidak akan kompromi dengan korupsi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bawaslu juga menegaskan laporan dugaan nepotisme Jokowi tak memenuhi unsur pelanggaran pemilu.
Baca SelengkapnyaPemerintah membantah kenaikan harga dan kelangkaan beras karena program bansos pangan yang aktif dibagikan belakangan ini.
Baca SelengkapnyaArief mengaku, dirinya telah mendapat penugasan dari pemerintah dalam rapat terbatas untuk tetap menyalurkan bansos pangan.
Baca SelengkapnyaPemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaGubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba meminta maaf setelah ditetapkan tersangka kasus dugaan suap pengadaan barang dan jasa.
Baca SelengkapnyaMantan Gubernur Bali dan sekaligus Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster diperiksa Polda Bali, Rabu (3/1). Dia diperiksa terkait laporan dugaan korupsi.
Baca Selengkapnya