Menteri Pendidikan Malaysia Ajak Indonesia Kerja sama Wujudkan Islam Moderat
Merdeka.com - Menteri Pendidikan Malaysia, Maszlee Malik menilai pentingnya kerja sama dengan Indonesia di bidang pendidikan untuk mempopulerkan Islam yang moderat. Hal ini untuk melawan gerakan dan paham radikal yang muncul, karena politik dan media sosial.
"Bagi Kementerian Pendidikan di Indonesia dan juga Malaysia, kita perlu sama-sama dalam usaha untuk mengembalikan Islam yang berlandaskan nilai, dan bukan hanya Islam yang menghukum semata-mata. Islam yang mengembalikan kemanusiaan, manusiawi itu sendiri. Islam yang moderat," jelas Maszlee di Gedung Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Jumat (11/1).
Maszlee berujar, kerja sama tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pertemuan atau mendorong penerbitan buku-buku yang membahas tentang toleransi. Hal ini agar agama Islam lebih mengajarkan aspek nilai kemanusiaan.
"Dan mempromosikan cinta, menjadikan cinta sebagai wacana utama yang mengeratkan di antara warga (masyarakat)," tuturnya.
Karena itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy menyatakan, ada kemungkinan pendidikan Islam di Indonesia akan mendapat penambahan pelajaran Islam moderat. "Sangat dimungkinkan," jawab Muhadjir.
Indonesia dan Malaysia juga direncanakan akan semakin mempererat hubungan lewat program pertukaran, baik untuk guru maupun siswa. Hal ini guna membina pendidikan dengan nilai-nilai progresif antar kedua negara.
Terkait sistem pendidikan di Malaysia, Maszlee menjelaskan alasan pemotongan silabus pendidikan agama Islam di sekolah. Menurutnya, untuk dapat bersaing secara global, pendidikan harus fokus pada tiga pelajaran.
"Ya kita akan coba memperbanyakan pembinaan karakter, penekanan terhadap sains, matematik, dan juga Bahasa Inggris, karena jikala kita ingin maju kita ingin bersaing di peringkat global, kita harus menguasai Bahasa Inggris, sains, dan juga matematik," tuturnya.
Namun, hal itu bukan berarti siswa tidak akan mendapat pendidikan Islam. Sebab, kurikulum tersebut masuk ke dalam pendidikan pembinaan karakter.
Dalam kesempatan tersebut, Maszlee juga menceritakan rahasia produktif Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Bin Mohamad. Ia mengatakan, di usia Mahathir yang sudah 93 tahun, ia masih bersemangat untuk bekerja.
"Beliau di umur 93 tahun masuk kantor jam 8 pagi, keluar kantor jam 8 malam. Itu 93 tahun ya. Biasanya kakek-kakek kita 93 tahun duduk diam di pusara atau hanya duduk berehat-rehat (istirahat)," ujar Maszlee.
Maszlee menuturkan, Mahathir selalu menganggap bahwa tumpukan pekerjaan bukan mendatangkan stress. Justru bila tidak ada kerja ia menjadi stress.
Ia menjelaskan, Mahathir masih bisa bekerja di usianya yang sudah lanjut karena ia tidak terlalu banyak tidur. Sebab, semakin bertambahnya umur seseorang, maka keinginannya untuk tidur semakin kuat.
Hal itu pun harus dilawan agar seseorang tetap produktif. "Beliau mengatakan kita kerja, jangan tidur. Kalau mau tidur, lawankan. Cuma biasanya di waktu rehat, biasanya Pak Mahathir akan tidur dalam waktu 5 menit, itu istilahnya sunnah. 5 menit untuk dapat tenaga baru," tukasnya.
Reporter: Ratu Annisaa
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pernyataan akademisi itu menjadi bagian dari dinamika positif.
Baca SelengkapnyaIndonesia dan Malaysia akan terus berkomitmen untuk saling memperkuat hubungan kedua negara.
Baca SelengkapnyaKudapan favorit masyarakat Palembang ini tak jauh berbeda dengan kue jala khas India. Perbedaannya ada pada kuah kari yang cenderung encer.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Untuk pembangunan Jawa Timur bagian selatan, Anies akan melanjutkan program pemerintah saat ini.
Baca SelengkapnyaPeran pemangku kepentingan diperlukan agar tidak menciptakan kebijakan yang saling tumpang tindih.
Baca SelengkapnyaJokowi mengajak masyarakat patut bersyukur karena Indonesia sampai saat ini mampu melewati berbagai tantangan dunia
Baca SelengkapnyaIndonesia ke depan butuh sosok pemimpin yang memahami problem kebangsaan.
Baca SelengkapnyaDi tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaDua hari lagi, rakyat Indonesia akan memilih pemimpin baru
Baca Selengkapnya