Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kutukan dan legenda kera di Masjid Saka Tunggal, Banyumas

Kutukan dan legenda kera di Masjid Saka Tunggal, Banyumas Kera di Masjid Saka Tunggal. ©2017 Merdeka.com

Merdeka.com - Puluhan kera yang hidup bebas di sekitar lingkungan Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas adalah bagian khas Masjid Saka Tunggal yang diperkirakan berdiri sejak tahun 1288.

Kera tersebut tersebar di berbagai titik mulai dari pelataran masjid, areal pemakaman yang dirimbuni pohon-pohon tinggi sampai pemukiman warga sekitar.

Soal keberadaan kera-kera di masjid kuno tersebut, sudah menjadi legenda tersendiri dan menjadi sejarah lisan warga sekitar. Juru kunci Masjid Saka Tunggal, Sulam (47) bercerita keberadaan kera-kera terkait kutukan yang dilontarkan Mbah Mustolih, pendiri masjid, pada beberapa santrinya.

Kisah kutukan ini bermula dari kewajiban sholat Jum'at, yang mesti diikuti para santri. Nyatanya, seruan kewajiban ibadah ini dilanggar oleh beberapa santri. Mereka meninggalkan masjid dan justru menangkap ikan di sungai sampai membuat keributan.

Kecewa dengan kelakuan para santri tersebut, Mbah Mustolih marah besar. Sebagaimana para kiai yang dipercaya memiliki kelebihan karena kesalehannya, Mbah Mustolih lalu mengucapkan perkataan bahwa kelakuan para santri tersebut tak berbeda dengan perilaku kera. Tak dinyana, kata-kata itu justru jadi bencana yakni segerombolan santri tersebut berubah diri menjadi kumpulan kera.

"Ini legenda setempat yang pernah diceritakan pada saya," kata Sulam yang telah menjadi juru kunci Masjid Saka Tunggal selama 7 tahun ini.

Tapi terlepas kejadian itu benar-benar pernah terjadi atau tidak, Sulam mengatakan legenda tersebut sejatinya ingin menyampaikan pesan bahwa manusia setidaknya tidak berperilaku selayaknya hewan. Kera adalah simbol hasrat keserakahan, dimana manusia yang baik mesti bisa mengekangnya dengan menebalkan kesalehan.

kera di masjid saka tunggal

Kera di makam Mbah Mustolih ©2017 Merdeka.com

"Kera-kera tersebut cerminan perilaku kita yang mesti kita kekang," kata Sulam, Minggu (30/4).

Spesies kera sendiri dikatakan Sulam, saat ini di lingkungan masjid Saka Tunggal diperkiran sebanyak 200 ekor. Jumlah ini, mendekati banyaknya warga di Cikakak sebanyak 200 keluarga. Selama ini puluhan kera yang turun ke desa sudah jadi bagian sehari-hari kehidupan warga meski acapkali juga merepotkan warga.

"Sudah hal biasa bagi kami, genting atap rumah ambrol karena kera-kera berlarian," ujarnya.

Sementara, keberadaan ratusan kera di lingkungan masjid tua tersebut dianggap keunikan tersendiri dari cagar budaya Banyumas bagian barat selatan. Pemerintah Kabupaten Banyumas sejak dua tahun terakhir ini lantas menggelar festival Rwanda Bujana, yakni pembikinan gunungan buah-buahan untuk kera-kera di lokasi komplek masjid. Kegiatan itu dimaksudkan untuk menarik wisatawan sekaligus menumbuhkan tradisi saling mengasihi sesama makhluk hidup.

(mdk/hrs)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas

Mengintip Tradisi Bada Riaya, Lebaran-nya Masyarakat Islam Kejawen Bonokeling di Banyumas

Pada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.

Baca Selengkapnya
Lestarikan Budaya Leluhur, Masjid Tua di Banyumas Ini Ternyata Punya Tradisi Unik saat Ramadan

Lestarikan Budaya Leluhur, Masjid Tua di Banyumas Ini Ternyata Punya Tradisi Unik saat Ramadan

Saat dzikir, mereka mematikan lampu masjid agar prosesi ibadah itu berjalan lebih khusyuk

Baca Selengkapnya
Tak Banyak yang Tahu Takjil Ini Juga Khas dari Bali, Wajib Coba Bikin Ketagihan

Tak Banyak yang Tahu Takjil Ini Juga Khas dari Bali, Wajib Coba Bikin Ketagihan

Kampung Islam Kepaon di Kota Denpasar memiliki kuliner khas bernama brongko yang hanya disajikan saat Ramadan. Kuliner ini biasa disajikan untuk berbuka puasa.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Setelah 40 Tahun Lebih, Keinginan Ayah Bangun Masjid Diwujudkan Anaknya Pensiunan Jenderal AU

Setelah 40 Tahun Lebih, Keinginan Ayah Bangun Masjid Diwujudkan Anaknya Pensiunan Jenderal AU

Di balik kemegahannya, ternyata masjid tersebut merupakan gagasan dari ayah seorang pensiunan jenderal TNI Angkatan Udara.

Baca Selengkapnya
Ini Sosok Suparlan, Prajurit Kopassus Legendaris Sampai Namanya Diabadikan Jadi Nama Masjid

Ini Sosok Suparlan, Prajurit Kopassus Legendaris Sampai Namanya Diabadikan Jadi Nama Masjid

Keberanian prajurit Kopassus ini jadi legenda di medan tempur.

Baca Selengkapnya
Uniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita

Uniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita

Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.

Baca Selengkapnya
Kisah Unik Masjid Mungsolkanas, Tertua di Bandung dan Namanya Pakai Bahasa Sunda

Kisah Unik Masjid Mungsolkanas, Tertua di Bandung dan Namanya Pakai Bahasa Sunda

Masjid unik ini gunakan nama bahasa Sunda bukan Arab. Ini fakta di baliknya.

Baca Selengkapnya
Momen Hangat Ulama Kondang Buka Puasa Bersama Jenderal AU, Beri Pesan 'Teruslah jadi Muslim Baik Jenderal'

Momen Hangat Ulama Kondang Buka Puasa Bersama Jenderal AU, Beri Pesan 'Teruslah jadi Muslim Baik Jenderal'

Bersama dengan jajaran dan keluarga besar TNI, ternyata sang ulama kondang itu menghadiri undangan acara buka bersama Kepala Staf TNI AU (Kasau).

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi Ziarah Kubur di Indonesia dan Doa Ziarah Kubur yag Dibaca Rasulullah

Mengenal Tradisi Ziarah Kubur di Indonesia dan Doa Ziarah Kubur yag Dibaca Rasulullah

Ziarah kubur merupakan tradisi yang telah mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia, khususnya umat Muslim menjelang bulan Ramadan.

Baca Selengkapnya