FOTO: Yogyakarta Darurat, Sampah Menumpuk di Mana-Mana Imbas Penutupan TPA Piyungan
Penutupan TPA Piyungan membuat sampah menumpuk di mana-mana. Seperti di trotoar, bahkan hampir menutupi jalan. Simak fotonya!
Penutupan TPA Piyungan membuat sampah menumpuk di mana-mana. Seperti di trotoar, bahkan hampir menutupi jalan. Simak fotonya!
Tampak seorang pria berjalan di antara sampah yang menumpuk dan berserakan sehingga menutupi jalanan di Yogyakarta.
Diketahui, penutupan TPA Piyungan diberlakukan mulai 23 Juli hingga 5 September 2023. Keputusan itu berdasarkan Surat Keputusan (SK) yang dikeluarkan oleh Sekretariat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Jumat (21/7) lalu.
Pemerintah DIY menyampaikan bahwa penutupan sementara TPA Piyungan terpaksa dilakukan karena lokasi zona eksisting yang sudah sangat penuh dan melebihi kapasitas yang telah disediakan.
Dengan demikian, pemerintah mengharapkan kerja sama dapat dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota masing-masing daerah untuk mengambil aksi sebagai bentuk penanganan secara mandiri sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat.
Penuhnya TPA Piyungan dipahami betul oleh Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM, Mohammad Pramono Hadi. Dia mengusulkan penyusunan perda terkait pengelolaan sampah berbayar sesuai dengan berat atau tonase di DIY.
Dia mengatakan bahwa penerapan regulasi itu akan membantu mengurangi beban sekaligus mengompensasi pengelolaan sampah di TPA Piyungan. Dengan begitu pula masyarakat akan membayar jasa pembuangan sampah sesuai berat timbangan sampah yang dibuang
Semakin berat sampah yang dibuang, maka akan semakin mahal biaya jasanya. Sementara, semakin ringan sampah, maka biayanya semakin murah.
Menurut Pranomo, peraturan tersebut akan membuat masyarakat mau memilah sampah organik dan anorganik secara mandiri sehingga yang dibuang dan sampai di TPA Piyungan hanya residu. “Karena dari situ masyarakat akan berpikir bagaimana cara mengurangi berat timbangan sampai sampah tadi,” kata Pramono dikutip dari ANTARA. Ia menambahkan biaya sampah yang dibayar masyarakat sebagian dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengadaan serta operasional teknologi pengelolaan sampah secara mekanik di tingkat hilir atau di TPA Regional Piyungan.
Pramono mengatakan dengan adanya teknologi itu, sampah yang terkumpul di Piyungan sebanyak 600 ton per hari dapat dikelola dengan cara dicacah, dikompres, dan diangin-anginkan, kemudian dikemas menjadi bahan bakar. Ia meyakini apabila konsep tersebut dapat dibahas oleh Pemda DIY bersama DPRD DIY dan kemudian menjadi Perda, maka akan muncul solusi dari hulu sampai hilir terkait pengelolaan sampah.
Kirab Pusaka yang berlangsung di Kota Trenggalek ini digelar untuk tujuan melestarikan nilai budaya leluhur.
Baca SelengkapnyaKondisi kali Ciliwung di musim kemarau saat ini sedang surut dan menghitam dengan banyak tumpukan sampah.
Baca SelengkapnyaPolusi buruk bukan saja mengancam manusia atau makhluk hidup, namun imbasnya juga membuat dinding-dinding gedung pencakar langit lebih cepat kusam.
Baca SelengkapnyaRatusan pengungsi Rohingya kembali tiba di Aceh. Hingga Minggu pagi, para pengungsi ini masih berkumpul di pinggir pantai, setelah turun dari sebuah kapal kayu.
Baca SelengkapnyaAsap tebal karhutla ini membuat warga keculitan bernapas dan menyebabkan mata perih.
Baca SelengkapnyaTrotoar tersebut diharapkan dapat membuat para pejalan kaki semakin nyaman, terutama pengguna TransJakarta koridor 5 dan KRL di Stasiun Matraman.
Baca SelengkapnyaIbunda Jeje Govinda, Farida Budiarti mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Siloam, Jakarta Selatan, karena sakit.
Baca SelengkapnyaSaat menjamu tiga ketua umum pendukung Ganjar, Megawati menjelaskan sejumlah lukisan di lantai tiga kantor PDIP.
Baca SelengkapnyaPenyair dan aktivis HAM itu hilang secara misterius sejak 1998. Orang-orang masih terus melawan lupa soal Wiji Thukul.
Baca Selengkapnya