Dulu Pagar Laut Dibangun Warga secara Manual, Kini Dicabut Pakai Tank Amphibi TNI
Hari ini, Rabu (22/1), petugas gabungan TNI AL, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan nelayan serentak membongkar pagar laut melintasi 6 kecamatan itu.

Drama di balik pagar bambu yang membentang sepanjang 30,16 kilometer di perairan Tangerang, Banten, memasuki babak akhir. Hari ini, Rabu (22/1), petugas gabungan dari TNI AL, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan nelayan serentak membongkar pagar laut melintasi 16 desa dan enam kecamatan tersebut.
Pembongkaran pagar laut bambu itu dilakukan setelah mendapat perintah langsung Presiden Prabowo Subianto. Instruksi itu disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono usai menemui Presiden Prabowo Subianto, di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (20/1).
Pembongkaran Gunakan Alutsista TNI
Pembongkaran pagar bambu itu juga melibatkan berbagai instansi, termasuk Polairud, Bakamla dan stakeholder kemaritiman lain. Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali hingga rombongan DPR dipimpin ketua Komisi IV Titiek Soeharto dan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Nusron Wahid hingga Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono ikut memantau langsung pembongkaran pagar laut tersebut.
Perjalanan pembongkaran dilakukan petugas gabungan dimulai dari bibir pantai. Mereka naik Tank Amphibi milik TNI AL menuju pagar laut tersebut untuk melakukan pembongkaran. Sementara itu, nelayan secara sukarela ikut membongkar pagar laut dengan perahu mesin kerap digunakan mencari ikan.
Dalam pembongkaran pagar laut ini, bahkan TNI ALmenurunkan sejumlah alutsistanya, seperti tiga unit Tank Amfibi. Bukan untuk menyerang, tank amfibi ini digunakan sebagai kendaraan VVIP.
Pencabutan pagar bambu itu menggunakan kapal tugboat. Sedangkan nelayan ikut mencabut secara manual pagar bambu dibangun manual tersebut. Tidak hanya itu, beberapa pihak terkait juga menerjunkan kapal-kapal penjaga pantai dan kapal patroli.

5 Kilometer Pagar Laut di Tangerang Dibongkar
Sebagai informasi, pagar laut di Kabupaten Tangerang ini telah disegel KKP sejak 10 Januari 2025 lalu. Selama proses penyelidikan berlangsung belum ditemukan pihak yang bertanggung jawab.
Delapan hari berselang, pasukan TNI Angkatan Laut bergerak membongkar paksa pagar laut Tangerang sepanjang 2 Km. Namun, upaya itu terhenti sementara sambil adanya koordinasi antara TNI AL dan KKP. Sementara hari ini, pembongkaran pagar laut ditargetkan sepanjang 5 kilometer.
"Sekarang dengan jumlah personel 3 kali lebih banyak daripada pelaksanaan kemarin. Jadi kalau pertama dapat 2,5 Kilometer, hari ini karena mulainya dari siang, kalau ditotal minimal bisa 5 kilometer dari titik sini," Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Danlantamal) III Jakarta, Brigjen TNI (Mar) Harry Indarto, Rabu (22/1).
Alasan Pembongkaran Libatkan Alutsista
Sementara itu, Dirjen PSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Pung Nugroho Saksono mengungkapkan alasan penggunaan puluhan kendaraan tempur milik seluruh instansi untuk membongkar pagar laut di Tangerang. Penggunaan alutsista itu untuk mempercepat dan memperluas area bongkar.
"Kami dibantu Angkatan Laut, ada 3 ranpur di sini, kami juga ada alat berat untuk narik, kapal-kapal kita dari KKP juga ada, dari Pol Air, Bakamla, KPLP, lalu ada juga nelayan, mereka spontanitas mau hadir di sini dengan 233 kapalnya," kata Ipunk sapaan Pung Nugroho.
Untuk itu, jika cuaca mendukung, pembongkaran akan dilakukan hingga sore hari dan akan dimulai pada siang hari. Sebab, berdasarkan data dari BMKG, cuaca pagi hari di Kawasan pesisir utara Kabupaten Tangerang, akan diguyur hujan, baru cerah berawan di siang hari.
"Pembongkaran pagar laut yang disisakan nanti yang ada segelnya itu, sambal nanti kami melakukan pemeriksaan terhadap beberapa pihak yang mengaku," ujar Ipunk.

Nelayan Mengaku Diupah Rp100 Ribu Pasang Pagar Laut
Di awal kasus ini muncul, nelayan bercerita pemagaran laut yang mengelilingi 16 Desa di 6 wilayah Kecamatan, dilakukan oleh masyarakat setempat. Mereka mendapat perintah dan dibayar pemilik modal selama proses pemagaran.
"Benar yang masang itu masyarakat sini juga, tapi ada yang merintah, ada yang nyuruh dan mohon maaf mereka dibayar," ungkap RD (44), nelayan Pantura Tangerang ditemui merdeka.com.
RD bertutur, pemagaran laut telah dilakukan antara bulan Juni atau Juli 2024. Dimulai dari wilayah perairan di Desa Kohod, Tanjung Burung, Kecamatan Pakuhaji hingga meluas ke wilayah Kecamatan lain seperti Sukadiri, Mauk, Teluknaga dan Kronjo.
RD mengaku untuk kawasan pesisir dekat tempat tinggal RD di Desa Karang Serang saja, pemagaran telah mencapai pantai Sangrila yang kerap dijadikan tempat wisata pantai oleh warga lokal dan sekitar Jabodetabek.
"Dari Rawasaban sampai Karang Serang sudah dipagari semua, rumah makan-rumah makan pinggir pantai di Karang Serang sudah dipatok-patokin. Mereka cuma pagar itu, tidak ada pembayaran ganti untung atau lainya ke pemilik usaha warung makan," terang dia.
Menteri KKP Sempat Setop Pembongkaran Pagar Laut
Trenggono sebelumnya menyatakan pagar laut di pesisir Kabupaten Tangerang jangan dilakukan pembongkaran terlebih dahulu. Tujuannya, untuk proses penyelidikan sekaligus mengungkap kepemilikan pagar laut tersebut.
Kendati demikian, menurut Sakti, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan berkoordinasi dengan TNI AL agar pagar laut itu tidak dibongkar karena menjadi barang bukti untuk mengungkap pemilik pagar laut tersebut.
"Sekarang belum semuanya (dibongkar). Habis ini, saya akan berkoordinasi ke beliau menurut kami sebaiknya barang bukti yang sedang dalam penyelidikan, iya jangan dibongkar, iya kan nanti itu kan ada arus dan lain sebagainya nanti terdampak," kata Trenggono saat ditemui usai Rapat Koordinasi Penanganan Sampah Laut di Pulau Bali di Jimbaran, Badung, Bali, Minggu (19/1).
Trenggono mengaku belum mengetahui siapa dalang pemasangan pagar bambu tersebut. Namun, Sakti mengatakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melakukan pemanggilan kepada pihak-pihak yang mengetahui pagar laut tersebut salah satunya ialah Kelompok Nelayan Pesisir Utara, tetapi mereka belum juga datang.
Trenggono juga menyebutkan, karena yang paling penting harus diketahui membuat pagar laut itu untuk apa karena itu akan berdampak kepada ekologi di laut tersebut.
"Karena pertama ini menjadi penting karena mereka membuat itu untuk apa?. Karena kalau kami dari sisi teknis kalau kemudian keilmuan lingkungannya kita ke lingkungan hidup (LH). Tapi yang pasti kalau itu dilakukan seperti itu pasti akan ada dampak secara ekologi akan berdampak. Ini juga bersama dengan LH kita kaji. Tapi yang paling penting siapa yang melakukan itu dan untuk kepentingan apa," ujar dia.
Namun polemik pagar laut misterius di pesisir Tangerang itu memasuki babak akhir. Satu per satu pagar bambu itu dicabut mulai hari ini sepanjang 5 kilometer.