Disebut medioker, sastrawan ancam gugat Goenawan Mohamad dkk
Merdeka.com - Kritik sejumlah wartawan bahwa ada persekongkolan memunculkan nama Laksmi Pamuntjak sebagai 'bintang utama' Frankfurt Book Fair (FBF) 2015 berbuntut panjang. Saling serang pun tak bisa terhindarkan.
Adalah Luthfi Assyaukanie yang memantik emosi para sastrawan yang mengkritik. Cendekiawan yang ikut menjadi bagian Komite Nasional FBF di bawah komando Goenawan Mohamad ini menyebut para sastrawan pengkritik sebagai sastrawan medioker.
"Sulit menghilangkan kesan bahwa beberapa sastrawan yang mengkritik keras penyelenggaraan Frankfurt Book Fair sedang meratapi kemalangannya sebagai sastrawan medioker yang kalah bersaing dalam dunia kreatif," kata Luthfi lewat akun Facebook-nya, dua pekan lalu.
"Sastrawan yang waras dan berpikiran positif tak akan berperilaku seperti itu, menjatuhkan rekannya sendiri di depan publik," tulis Luthfi yang dikenal dekat dengan GM dan Salihara, komunitas asuhan sang budayawan.
Menurut Luthfi, sesungguhnya mereka sedang merendahkan diri mereka sendiri dan memperlihatkan karakter gelap dari dirinya.
"Kesusastraan adalah dunia keagungan dalam berbahasa dan bertutur-kata. Jika dalam hal ini saja mereka gagal, saya ragu mereka layak disebut sastrawan," kata Luthfi yang banyak mengisi diskusi dengan tema Islam dan demokrasi di Jerman sebelum penyelenggaraan FBF Oktober mendatang.
Tampaknya postingan Luthfi ini diketahui oleh AS Laksana. Meski dalam kritiknya Luthfi tidak menyebut nama, Sulak - sapaan akrab Laksana - merasa tulisan itu ditujukan untuk dirinya. Sebab, bersama penulis Linda Christanty, Sulak memang yang paling awal mengkritik dan mencurigai adanya skenario memunculkan nama Laksmi lewat tema 1965.
Bagi Sulak, postingan Luthfi adalah, "respons kalap yang mengabaikan risiko dari apa yang ia ucapkan sendiri."
Sulak mengakui yang mengkritik keras penyelenggaraan FBF adalah dia dan Linda. Namun, Sulak mengatakan mereka berdua juga dihubungi lewat telepon oleh panitia dan diberi tahu bahwa akan diberangkatkan ke Frankfurt.
"Dan diberi tahu akan mengisi beberapa forum di sana. Selain itu, kami juga boleh membuat acara sendiri," kata Sulak juga lewat postingan di Facebook-nya pada 1 Juli lalu.
Atas sebutan medioker oleh Luthfi itu, kata Sulak, dia sebenarnya bisa menggugat panitia atas tindakan ceroboh mereka memilih dan menyiapkan forum di Frankfurt kepada para sastrawan yang mutunya pas-pasan dan kalah bersaing dalam dunia kreatif.
"Itu tindakan yang mempermalukan negara," pungkas Sulak yang menjadi Tokoh Sastra Pilihan Tempo 2013 ini.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cak Imin soal Putusan MK Menolak Gugatan Pilpres: Sebetulnya Tidak Mengejutkan
Baca SelengkapnyaCak Imin tak menjawab kapan hak angket bakal diusulkan secara resmi.
Baca SelengkapnyaBesaran gaji PNS berjenjang menyesuaikan golongan dan masa lama kerja atau dikenal dengan istilah masa kerja golongan (MKG).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Cak Imin mengatakan, temannya beralih dukungan ke pihak lain lantaran telah diiming-imingi sesuatu.
Baca SelengkapnyaSempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.
Baca SelengkapnyaTokoh perjuangan kemerdekaan asal Tanah Datar ini mulai dilupakan, bahkan namanya sendiri sudah diajukan sebagai pahlawan nasional sejak lama
Baca SelengkapnyaTak dikenali orang tuanya usai lima tahun merantau, momen wanita mudik diam-diam ini justru bikin ngakak.
Baca SelengkapnyaPutusan itu diwarnai disentting opinion tiga hakim MK.
Baca SelengkapnyaSosok Amir Hamzah, sastrawan asal Langkat dengan segudang karyanya dan dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional
Baca Selengkapnya