Dengan Pancasila wujudkan masyarakat adil-makmur lewat transmigrasi
Merdeka.com - Masih dalam memperingati Hari Lahir Pancasila ke-72 dan pekan Pancasila, dilaksanakan upacara bendera di Desa Sindang Kasai, Kecamatan Ranomeeto Barat, Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada hari Sabtu (3/6) kemarin. Upacara dipimpin oleh Bupati Konawe Selatan dengan peserta terdiri dari 1000 orang, terdiri dari pejabat di lingkungan Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, SKPD Kabupaten Konawe Selatan, para camat, lurah, warga transmigran serta masyarakat desa setempat.
Selain upacara dilaksanakan juga kegiatan pengajian dan santunan kepada anak yatim piatu yang berasal dari desa-desa sekitar. Desa Sindang Kasih merupakan desa bentukan dari eks permukiman transmigrasi. Penempatan transmigran di desa ini pertama kali pada tahun 1968 dengan transmigran berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.
Selama puluhan tahun mereka hidup berdampingan dengan damai walaupun berbeda budaya. Ini adalah wujud Bhinneka Tunggal Ika di kawasan transmigrasi.
Hari Lahir Pancasila adalah hari dimana dasar Negara Indonesia yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Dasar Negara dinamai Pancasila mengandung maksud sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dari Sabang sampai merauke. Dengan dasar Negara ini diharapkan mampu menjadi pengikat beberapa pulau yang ada di Indonesia menjadi satu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia di mana tidak ada suatu 'dinding pemisah' antara bagian barat, tengah dan timur semua menjadi satu dengan satu dasar yakni Pancasila.
Transmigrasi sebagai program pemerintah secara nyata mendukung Pancasila sebagai dasar Negara. Plt Dirjen PKP2Trans, Putut Edy Sasono menjelaskan bahwa, adanya perbedaan suku budaya akibat perpindahan penduduk yang berasal dari berbagai daerah ke kawasan transmigrasi sehingga terjadi akulturasi budaya di kawasan tersebut.
"Hal ini tentu memiliki nilai positif karena bisa menyatukan masyarakat yang berbeda budaya sehingga bias tercipta persatuan dan kesatuan bangsa," jelas Putut Edy Sasono dalam siaran persnya, Minggu (4/6).
Program transmigrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara dimulai pada tahun 1968 berlokasi di Amoito, Konawe selatan dengan penempatan transmigran sebanyak 300 KK (1.433 jiwa). Pembangunan permukiman transmigrasi (kimtrans) selanjutnya dilaksanakan dalam skala besar yang didukung dengan tersedianya pencadangan areal yang relatif luas di bagian-bagian wilayah yang saat itu masih mengalami berbagai kendala di antaranya ketersediaan sarana dan prasarana serta aksesibilitas.
Pembangunan kimtrans tersebut di antaranya di kawasan Lahumbuti. Moramo, Wawotobi, Tinanggea, Toari Oko Oko, Lambale, Kambara, dan Lasalimu. Tahun 2016 di Provinsi Sultra, telah ditempatkan transmigran sebanyak 513 kepala keluarga (KK) atau sejumlah 1.923 jiwa, terdiri dari 271 KK dari Transmigran Penduduk Setempat (TPS) dan 242 KK dari Transmigrasi Penduduk Asal (TPA).
Tujuh kabupaten yang menjadi lokasi pemukiman transmigrasi itu meliputi, Kabupaten Konawe Utara 75 KK, Kabupaten Konawe 75 KK, kabupaten Kolaka sebanyak 50 KK, Kabupaten Kolaka Timur sebanyak 75 KK, Kabupaten Muna sebanyak 50 KK, Kabupaten Buton sebanyak 70 KK dan kabupaten Konawe Selatan sebanyak 118 KK.
Putut menjelaskan bahwa pembangunan transmigrasi berkontribusi terhadap terbentuknya desa dalam wilayah administratif kabupaten. Menurut Putut, sebagai salah satu daerah tujuan penempatan program transmigrasi, di Provinsi Sulawesi Tenggara telah banyak dibuka daerah-daerah baru yang dulunya lahan tidur atau belum dimanfaatkan menjadi kawasan transmigrasi.
Pengaruh desa bentukan transmigrasi ini sangat signifikan, terutama dalam mendukung terjadinya pemekaran kabupaten. Terdapat 37 kecamatan dan 8 kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara yang pembentukannya di dorong oleh pembangunan transmigrasi. Kabupaten yang pembentukannya ikut di dorong oleh pembangunan transmigrasi adalah Kabupaten Konawe, Konawe Utara, Konawe Selatan, Bombana, Buton, Muna, Kolaka, dan Buton Utara.
Sebanyak 191 desa di Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan bentukan transmigrasi termasuk dengan pemekarannya. Dari luas wilayah Sulawesi Tenggara sebesar 4.18888.687 Ha, di antaranya yang merupakan desa bentukan transmigrasi luasnya mencapai 453.426 Ha atau 10,8 persen.
Sebagian besar warga yang mendiami kawasan eks Kimtrans menjadikan pertanian sebagai sumber nafkah utama. Ada tiga komoditas tanaman pangan yang dikembangkan yakni padi, jagung, dan keledai.
Luas lahan sawah di Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 184.871,6 Ha dengan seluas 37.143,6 Ha atau 20,1% berada di desa bentukan transmigrasi. Sedangkan luas lahan bukan-sawah 3.205.132,1 Ha dengan 275.187,9 Ha (8,6%) di antaranya ada di desa bentukan transmigrasi. Hal ini memperlihatkan besarnya kontribusi program transmigrasi pada sektor pertanian di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Program transmigrasi telah banyak berkontribusi bagi pembangunan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Berbagai prasarana dan sarana seperti jalan penghubung/poros, jembatan, dan gorong-gorong yang dibangun pada kawasan transmigrasi telah dapat dirasakan manfaatnya oleh warga transmigrasi dan penduduk desa setempat.
Penyelenggaraan transmigrasi semakin mempertegas langkah-langkah strategis pembangunan yang tertuang dalam Nawa Cita ke Tiga Presiden Republik Indonesia untuk membangun Indonesia dari pinggiran, dari desa-desa, dan dari perbatasan. Strategi pembangunan ini memiliki makna bagi upaya pemerataan pembangunan dengan memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya di kawasan tersebut.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kini Dibuatkan Prasasti, Begini Fakta Sejarah Bedol Desa Warga Terdampak Pembangunan Waduk Sermo Kulon Progo
Ribuan warga asli melakukan transmigrasi demi pembangunan Waduk Sermo
Baca SelengkapnyaJenis-Jenis Migrasi, Penyebab, dan Dampaknya yang Perlu Diketahui
Migrasi biasanya dilakukan dalam rangka penduduk untuk mencapai kemakmuran dan kehidupan yang lebih layak. Jenisnya pun ada yang nasional, atau internasional.
Baca SelengkapnyaPulang dari Transmigrasi, Pria Gunungkidul Ini Memilih Hidup Sendiri di Gubuk Pinggir Jurang Tepi Laut
Walaupun keluarganya sudah membujuknya untuk tinggal bersama mereka, namun Mbah Subeno tetap memilih tinggal menyendiri di sana.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jika Menang Pilpres, Mahfud Sebut Bakal Mengambil Kombinasi Kepemimpinan Soekarno-Hatta
Sumatera Barat bagi Mahfud bukan hanya sekadar penyumbang orang atau tokoh, tetapi juga sebagai daerah tempat meramu ideologi yang lahir di negara ini.
Baca SelengkapnyaPemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya
Pemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.
Baca SelengkapnyaKini Sukses di Tanah Rantau, Begini Kisah Transmigran Asal Kebumen yang Tinggal di Sulbar
Hidup di lokasi transmigrasi memang berat, tapi Pak Tumiran membuktikan bahwa ia bisa hidup sejahtera asal mau bekerja keras
Baca SelengkapnyaBulog Lanjutkan Program Bantuan Pangan Beras untuk Penuhi Kebutuhan Penduduk Indonesia
Keberhasilan Bulog menyalurkan Bantuan Pangan Beras pada tahun 2023 kembali dilanjutkan dengan penyaluran program yang sama untuk tahun 2024.
Baca SelengkapnyaTimses 02: Anak Muda Tentukan Kemajuan Bangsa, Jangan Golput
Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Azanil Kelana mengatakan, masa depan Indonesia berada di tangan anak-anak muda.
Baca Selengkapnya4 Partai Pemenang Pemilu 1955, Berikut Sejarah dan Hasil Suaranya
Pemilu 1955 memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia karena hasil pemilu tersebut menjadi dasar pembentukan negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca Selengkapnya