Dendam Polri ke Novel Baswedan tak pernah padam
Merdeka.com - Nama Novel Baswedan sempat paling dicari-cari Korps Bhayangkara beberapa tahun silam. Bukan prestasi yang diukir, namun anggota polisi berpangkat melati satu atau Kompol ini dianggap sangat berani membongkar aksi culas pimpinannya yang notabene berpangkat jauh lebih tinggi di atasnya yakni Jenderal Bintang Dua atau Inspektur Jenderal Polisi, yakni Djoko Susilo.
Di tahun 2012 silam, Novel yang saat itu menjadi penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusut kasus korupsi simulator SIM di tubuh Korps Bhayangkara. Korupsi terjadi ketika Irjen Djoko Susilo menjabat sebagai Kepala Korlantas Polri.
Akhirnya, dengan dipimpin oleh Novel bersama sekitar 30 penyidik KPK melakukan penggeledahan di gedung Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri JL MT Haryono, Jakarta Selatan pada 30 Juli 2012 silam. Penggeledahan dilakukan selama kurang lebih 24 jam.
Namun, tak butuh waktu lama bagi Korps Bhayangkara untuk 'membalas' perbuatan Novel yang telah mencoreng nama baik institusi. Tiga bulan setelah penggeledahan yang dilakukan Novel Baswedan di Kantor Korlantas Polri, kini giliran penyidik Polri yang menggeruduk gdeung KPK, pada Jumat 5 Oktober 2012.
Saat itu, gedung KPK didatangi puluhan penyidik Kepolisian mulai dari provost, intel, shabara hingga serse. Kedatangan mereka untuk menjemput paksa Novel Baswedan yang dituduh melakukan penganiayaan berat terhadap tersangka kasus pencurian sarang burung walet di Bengkulu pada 2004. Alhasil, semenjak aksi saling geruduk itu, muncul kembali istilah cicak vs buaya jilid II.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengunduran diri Firli Bahuri dari Ketua KPK merupakan modus lama menghindari sanksi.
Baca SelengkapnyaEks Penyidik KPK, Novel Baswedan mengapresiasi, putusan PN Jaksel yang menolak permohonan praperadilan Ketua KPK nonaktif Firli Bahuri.
Baca SelengkapnyaNamanya semakin terkenal ketika ia membuat novel berjudul Asmara Jaya dan Darah Muda.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mulai dari Ronggeng Dukuh Paruk yang menceritakan kemelut politik 1965 hingga Rasina yang berlatar zaman kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaNovel Baswedan menilai KPK tidak sungguh-sungguh menangkap Harun Masiku karena ada keterlibatan petinggi partai politik.
Baca SelengkapnyaDari lelucon ringan hingga cerita penuh kecerdikan yang hanya bisa ditemukan di tanah Parahyangan, setiap narasi akan menjadi hiburan yang melepas lelah.
Baca SelengkapnyaPerbedaan cerpen dan novel dapat dilihat dari beragam sisi. Begini penjelasannya.
Baca SelengkapnyaDi antara jutaan anak-anak di tanah air, ada satu bocah yang begitu beruntung.
Baca Selengkapnya"Sanksi kepada 6 personel berupa pemberhentian tidak hormat karena telah mencoreng nama baik Polri,"
Baca Selengkapnya