Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Akademisi Nilai Menjatuhkan Calon Lain Malah Jadi Budaya Dibanding Tonjolkan yang Didukung

Akademisi Nilai Menjatuhkan Calon Lain Malah Jadi Budaya Dibanding Tonjolkan yang Didukung

Akademisi Nilai Menjatuhkan Calon Lain Malah Jadi Budaya Dibanding Tonjolkan yang Didukung

Faktanya jumlah simpatisan politik yang belum dewasa dalam berbeda pendapat masih cukup banyak

Akademisi Universitas Islam Negeri(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Rully Nasrullah mengatakan dalam sistem demokrasi, siapapun bebas menyatakan pendapatnya dalam berbagai bentuk, termasuk media sosial.

Akademisi Nilai Menjatuhkan Calon Lain Malah Jadi Budaya Dibanding Tonjolkan yang Didukung

Demokrasi menjamin hak warga negara Indonesia untuk berbicara dan beropini, namun yang menjadi keprihatinan adalah ketika kebiasaan menjatuhkan figur tertentu justru menjadi budaya, dibandingkan dengan menonjolkan kelebihan dari tokoh yang didukung.


 

"Persoalannya adalah kebanyakan di media sosial itu malah lebih ke apa yang tidak mereka dukung. Maka mau tidak mau, ketika membicarakan apa yang tidak mereka dukung itu yang terjadi bukan proses dialog, tetapi perdebatan yang kontraproduktif. Semestinya ketika kita telah dewasa dalam menyatakan dukungan dan punya literasi yang cukup, maka yang dilakukan adalah melempar pertanyaan, menjatuhkan figur tertentu," kata Rully dilansir Antara, Kamis (18/1).

Rully kemudian mencontohkan ketika ada peserta pemilihan umum yang memiliki program untuk menyehatkan masyarakat, bisa ditanya apa rincian program dan perencanaannya. Melalui format pertanyaan, masyarakat bisa mengetahui lebih jauh apa yang ingin disampaikan pihak lain dan dapat menciptakan dialog yang efektif.



Namun yang saat ini umum terjadi adalah justru masyarakat Indonesia masih tertarik pada black campaign pada tokoh yang dianggap berseberangan. Hal ini bisa dilihat langsung di media sosial, banyak yang melakukan framing pihak lawan dengan citra negatif, bahkan sampai melakukan character assassination atau pembunuhan karakter.

Akademisi Nilai Menjatuhkan Calon Lain Malah Jadi Budaya Dibanding Tonjolkan yang Didukung

Rully menilai, sudah bukan hal yang mengherankan jika lebih banyak yang tertarik pada berita atau pencitraan yang negatif ketimbang positif.

Media-media yang terlibat seringkali juga larut dalam permainan saling menjatuhkan antar masing-masing kontestan politik. Ironinya, kampanye negatif seringkali dianggap sebagai cara yang mudah dan efektif untuk menggaet perhatian masyarakat luas, terlepas dari tingkat ekonomi dan latar belakang mereka.



"Bikin orang bahagia itu kadang-kadang susah, tapi kalau bikin benci orang terhadap pihak tertentu, itu jauh lebih gampang. Saya juga tidak menyalahkan para konsultan politik dengan segala macam strategi yang mereka tawarkan pada pihak yang merekrutnya. Mungkin saja masih ada segelintir dari konsultan ini yang berpikir untuk memasukkan character assassination sebagai program kampanye yang mereka rancang," ujar Rully.

Perlu disadari bahwa masyarakat Indonesia masih dan akan terus belajar berdemokrasi yang baik. Sebagai negara yang memiliki cita-cita luhur untuk mencerdaskan kehidupan bangsanya, sebenarnya Indonesia patut bersyukur karena bisa proses pemilihan umum, baik eksekutif atau legislatif, yang semakin membaik tiap periodenya.


Rully juga mengatakan bahwa kampanye negatif memang masih menjadi hal yang menakutkan, apalagi algoritma dari mesin pencari di internet seperti Google dan sebagainya, akan cenderung menampilkan hal negatif karena justru bisa menarik banyak pengunjung. Fandom atau basis pendukung yang fanatik dan irasional akan senang sekali jika menemukan 
bahan baru untuk menjatuhkan lawannya.

"Di sinilah rasa tanggung jawab dari seluruh masyarakat Indonesia, khususnya yang aktif bermedia sosial, harus dikedepankan. Tanpa terkecuali, semua pihak harus mengonfirmasi kebenaran setiap berita yang datang kepadanya," tuturnya.


Namun faktanya jumlah simpatisan politik yang belum dewasa dalam berbeda pendapat masih cukup banyak, dan bahkan cenderung lebih vokal ketimbang mereka yang memilih dialog secara sehat. Maka dari itu, perlu kedewasaan yang sangat luar biasa bagi tiap warga negara Indonesia untuk menanggapi semua isu, informasi, dan berita yang beredar.

Akademisi Nilai Menjatuhkan Calon Lain Malah Jadi Budaya Dibanding Tonjolkan yang Didukung

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat yang bermedia sosial juga harus mampu menyeimbangkan kebebasan berpendapat tanpa merusak nama baik seseorang, karena itu merupakan tindak pidana.

"Kalau dalam KUHP, seandainya ada orang yang menyampaikan sesuatu dan kita merasa tidak senang, itu kan bisa kena delik pidana. Apalagi itu sifatnya fitnah, pencemaran nama baik," kata Rully.


Ia juga mengatakan bahwa penegakan hukum terhadap pelaku penyebaran narasi negatif dan fitnah di media sosial penting untuk dilakukan. Hal ini untuk memberikan efek jera kepada pelaku dan mencegah orang lain untuk melakukan hal yang sama.

"Saya pikir itu sudah diatur di situ, ketika seseorang menyampaikan pendapatnya di media sosial dan saya tidak senang, karena itu pencemaran nama baik, itu sudah masuk ke delik pidana, sudah ada bukti, locus delicti-nya (tempat terjadinya tindak pidana) memang kan sudah diakui itu kalau di media sosial," imbuh Rully.


Menurutnya, masyarakat Indonesia masih perlu belajar untuk beretika dalam berpendapat di media sosial. Hal ini terlihat dari banyaknya narasi negatif dan fitnah yang tersebar di media sosial menjelang Pemilu 2024.

"Makanya saya pikir di Indonesia ini kita sedang belajar berdemokrasi, dan masyarakat Indonesia perlu tahu, sehebat-hebatnya para tokoh politik bertengkar di televisi, sehebat-hebatnya para tokoh politik, calon partai, sampai calon presiden bertengkar di media televisi tapi mereka baik-baik saja setelah itu. Nah masalahnya para pendukungnya menjadi tidak baik-baik saja. Singgungan antar tokoh secara dramatis di layar kaca sayangnya dianggap sebuah realitas oleh masing-masing pendukung," tuturnya.

Media Sosial Mulai Hangat Jelang Pemilu 2024, Ini Pesan Kapolri
Media Sosial Mulai Hangat Jelang Pemilu 2024, Ini Pesan Kapolri

Jenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.

Baca Selengkapnya
Akademisi Ingatkan Masyarakat Jangan Saling Benci Jika Beda Pilihan
Akademisi Ingatkan Masyarakat Jangan Saling Benci Jika Beda Pilihan

Para capres-cawapres harus tampil sebagai sosok penuh kedamaian.

Baca Selengkapnya
Ini Bocoran Materi yang akan Disampaikan Anies Debat Capres Terakhir
Ini Bocoran Materi yang akan Disampaikan Anies Debat Capres Terakhir

Anies Baswedan menyebut penting untuk menyampaikan gagasan, ide dan kebijakan dalam debat Capres.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Gerakan Nurani Bangsa Dialog dengan Pimpinan Media, Dorong Pemilu Damai dan Jujur
Gerakan Nurani Bangsa Dialog dengan Pimpinan Media, Dorong Pemilu Damai dan Jujur

Gerakan Nurani Bangsa yang diinisiasi para tokoh bangsa menggelar dialog dengan para pemimpin redaksi media massa

Baca Selengkapnya
Alasan Anies Gunakan Bahasa Isyarat Saat Sampaikan Visi Misi di Debat Kelima Pilpres 2024
Alasan Anies Gunakan Bahasa Isyarat Saat Sampaikan Visi Misi di Debat Kelima Pilpres 2024

Tema debat yakni Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklus

Baca Selengkapnya
Sivitas Akademika Unipdu Jombang Serukan Pemilu Damai dan Tolak Politik Praktis
Sivitas Akademika Unipdu Jombang Serukan Pemilu Damai dan Tolak Politik Praktis

Mahasiswa juga menyuarakan agar ASN, TNI dan Polri tetap netral dan bekerja sesuai dengan porsinya.

Baca Selengkapnya
Digilir 8 Pemuda Selama Hampir Satu Tahun, Gadis Keterbelakangan Mental di Banyuasin Hamil 6 Bulan
Digilir 8 Pemuda Selama Hampir Satu Tahun, Gadis Keterbelakangan Mental di Banyuasin Hamil 6 Bulan

Prengki menyebut sebelumnya sudah dilakukan mediasi dengan beberapa terlapor.

Baca Selengkapnya
Advokasi adalah Tindakan Mendukung, Berikut Jenis dan Penjelasannya
Advokasi adalah Tindakan Mendukung, Berikut Jenis dan Penjelasannya

Advokasi adalah upaya untuk membela atau memperjuangkan suatu tujuan atau kepentingan tertentu.

Baca Selengkapnya
Debat ke-3 Pilpres 2024, Akademisi Menilai Capres Tak Perlu Bermain Gimik Politik
Debat ke-3 Pilpres 2024, Akademisi Menilai Capres Tak Perlu Bermain Gimik Politik

Para akademisi dan pengamat politik berharap para capres tetap berdiri pada substansi masing-masing, pada debat ketiga Pilpres 2024, Minggu (7/1/2024).

Baca Selengkapnya