Hikayat janda Cigombong
Merdeka.com - Tidak banyak aktivitas di rumah sederhana yang terletak di sebuah desa terpencil, jauh dari keriuhan kota Bogor. Tepat berada di bawah kaki Gunung Salak, jaraknya hanya sekitar 30 kilometer dari kota hujan. Nama Desa itu adalah Ciburayut. Desa itu juga tersohor disebut kampung janda.
Yati, 35 tahun, terlihat duduk santai sambil mengelus-elus kepala anak ketiganya, Dede Maulana. Sore itu kebetulan dia baru selesai memasak menu untuk berbuka puasa. Perempuan yang baru menjanda selama enam bulan ini, ditinggal suaminya tewas akibat tertimbun galian Loji, tambang karst adalah bahan baku batako. Yati adalah seorang janda beranak empat.
Selama masih hidup, suami Yati, Almarhum Uyeh merupakan pekerja tambang galian Loji dan merupakan tulang punggung keluarga. Namun kali ini, Yati harus menggantikan peran suaminya sebagai kepala keluarga. Dia pun bekerja sebagai petani serabutan untuk menghidupi keempat anaknya yang masih kecil.
"Sekarang mah di cukup-cukupin, enggak nentu mau makan apa. Yang penting bisa hidup," ujar Yati saat berbincang dengan merdeka.com, Senin lalu.
Kini hidup Yati dan keempat anaknya lebih perih setelah ditinggal oleh suami meninggal. Bahkan anak tertua, Nur Laela, 17 tahun rela putus sekolah lantaran tidak ada biaya. "Sekolahnya mah gratis tapi cuma jarak dan perlu ongkos menuju ke sekolah yang jauh. Ongkos juga tiap hari hampir sama dengan makan," kata Nur Laela menimpali omongan Yati.
Kini Nur Laela hanya bisa menemani ibunya dan ketiga adiknya di rumah. Dulu, dia juga pernah bekerja serabutan. Namun hanya beberapa bulan dan dia pun kini sering berada di rumah. "Bisa kalau pakai komputer, kan saya jurusan sekretaris. Dan pernah kerja sebentar," ujar Nur Laela. Dia juga berkeinginan untuk bersekolah kembali tetapi disatu sisi dia pun memikirkan ibunya dan ketiga adiknya. "Mau sekolah tapi kan mikir buat Mama bagaimana?".
Hanya rumah sederhana yang ditinggali, Yati dan keempat anaknya harta satu-satunya peninggalan almarhum suaminya. Rumah sederhana itu berlantaikan keramik hitam. Tidak banyak perabotan dalam isi rumah Yati, hanya dua kasur sederhana, meja kecil dan rak piring reyot berada di dapur.
Di belakang dapur hanya ada bekas kandang kambing dan banyak tumpukan sampah. Kondisi dapur hanya ada kompor gas dan tabung berukuran 3 kilogram. Selain itu, Yati juga suka menggunakan tungku jika tidak mampu membeli tabung gas.
(mdk/arb)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jenazah alamarhum disemayamkan di Batalyon Padang untuk diserahkan kepada pihak keluarga dan dimakamkan di Provinsi Jambi.
Baca SelengkapnyaKejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.
Baca SelengkapnyaKericuhan terjadi saat eksekusi lahan di Jalan Baru, Payo Selincah, Jambi Timur, Kota Jambi, Senin (18/12). Seorang anggota Polri terluka dalam peristiwa itu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ganjar minta kepala daerah ingin berkampanye segera ajukan cuti
Baca SelengkapnyaKata-kata pepatah yang berbunyi “kehidupan seperti roda sedang berputar” menggambarkan kehidupan Yati.
Baca SelengkapnyaSebelum dtemukan jadi mayat, korban sempat ditemani suaminya berobat ke sebuah rumah sakit tapi tiba-tiba saja menghilang.
Baca SelengkapnyaSebanyak 229,54 hektare hutan dan lahan di Jambi terbakar dalam delapan bulan terakhir. Kebakaran itu paling banyak dipicu ulah masyarakat.
Baca SelengkapnyaTeguh, pendiri Srimulat mengatakan bahwa seluruh anggotanya bukan orang ganteng
Baca SelengkapnyaSerangan jantung bisa dicegah ketika kita mengetahui sejumlah tanda yang perlu diwaspadai ini.
Baca Selengkapnya