Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita Sertu Ishak Bahar, ajudan Letkol Untung sesaat sebelum G30S

Cerita Sertu Ishak Bahar, ajudan Letkol Untung sesaat sebelum G30S Sertu Ishak Bahar (kacamata hitam) Ajudan Letkol Untung. ©2016 Merdeka.com/Chandra Iswinarno

Merdeka.com - Sore masih terasa tenang di Istana Presiden Jakarta pada Kamis, 30 September 1965. Sekitar pukul 17.00 WIB, seperti biasa Sersan Satu Ishak Bahar akan bersiap menuju Istana olah raga (Istora) Senayan menyiapkan perayaan hari ulang tahun TNI yang akan digelar 5 Oktober 1965.

Satu mobil jip yang akan mengantarkannya sudah akan bergegas menuju Istora, di belakangnya kendaraan dengan jumlah 10 personel anak buahnya sudah bersiap menuju Istora. Ishak sendiri sudah berada di dalam mobil jip yang sore itu akan mengantarnya ke Senayan.

"Tiba-tiba datang perintah dari Pak Untung (Letkol Untung Samsuri) yang disampaikan komandan kompi saya Dul Arif (Letnan Dul Arif). Dia bilang 'Ishak ke sana'," ujar Ishak saat ditemui merdeka.com di Purbalingga, Jumat (30/9).

Setelah perintah disampaikan, Letnan Dul Arif langsung memberikan perintah untuk mengganti Ishak yang saat itu menjabat komandan regu security Kompi C Batalyon I Cakrabirawa. "Dia bilang, 'Ishak (di)panggil komandan batalyon'. Dalam hati saya bertanya-tanya, waduh ini ada apa? Padahal sudah kok (ke Senayan)," katanya.

Sambil bertanya-tanya dalam hati, Ishak yang bergabung dalam dunia kemiliteran pada tahun 1956, bergegas menuju kantor Letkol Untung yang merupakan Komandan Batalyon I Cakrabirawa. Tak disangkanya, saat itu sudah ada dua orang yang berada di kantor tersebut.

"Di sana (kantor Untung) ternyata ikut psikotes, ada tiga pesertanya termasuk saya. Tetapi yang lulus saya. Saya baru tahu ternyata itu ujian untuk menjadi ajudan Letkol Untung," ujarnya.

sertu ishak bahar ajudan letkol untung

Sertu Ishak Bahar Ajudan Letkol Untung ©2016 Merdeka.com/Chandra Iswinarno

Ishak mengaku selalu bertanya-tanya dalam hati, setelah mengikuti ujian psikotes. Tak lama berselang, tugas pertama diemban pria kelahiran Purbalingga 81 tahun silam ini. Perintah itu adalah membawa dua peti peluru, dua senjata dan dua pisau.

"Saya bertanya kepada Untung 'Perang apa, pak?' Tetapi, saya hanya disuruh tidak banyak bicara, 'ikut saya saja'," ujar Ishak menirukan perintah Untung.

Dididik dalam dunia militer yang selalu mengikuti komando atasan, Ishak hanya bisa menerima perintah sang komandan. Sekitar pukul 22.00 WIB, Ishak sudah berada di dalam mobil jip yang berisi Letkol Untung, Slamet Sungkono yang menjadi sopir dan Sumaji yang menjadi pengawal Ishak.

"Saya dibawa bersama Kolonel Latif dan Untung ke (Rumah Sakit) Gatot Soerboto. Saat di sana, saya hanya diam dan tidak turun dari mobil," ujarnya.

Diakuinya, saat berada di RS Gatot Soebroto, Ishak tidak mengetahui secara pasti maksud komandannya. Hanya saja, dia mengetahui kalau saat itu di RS Gatot Soebroto ada Mayjend Soeharto yang sedang menemani anak bungsunya karena tersiram kuah sup panas.

"Katanya sih, mau pamitan dengan Soeharto. Setelah selesai, mobil kemudian jalan kembali. Kabarnya akan menuju Senayan, tugas teknisi," ucapnya.

Selama perjalanan tersebut, Ishak masih meyakini mobil yang ditumpanginya akan menuju Senayan. Namun dia terkejut saat jip yang dikemudikan Slamet Sungkono bergerak ke tengah alas yang baru diketahuinya dengan nama Lubang Buaya.

"Saya kaget, kemudian saya tanya, 'kok di alas pak?' Pak Untung kemudian bilang 'diam saja kamu'. Akhirnya, saya hanya bisa siap...siap saja. Dan saya ditinggal di dalam jip mengikuti perintah," ujarnya.

Selepas kepergian Untung, Ishak bersama sopir dan pengawalnya masih berada di dalam mobil. Suasana kawasan Lubang Buaya kala itu, jelas Ishak, sangat ramai. Tenda-tenda besar didirikan di tengah alas yang baru diketahuinya di kawasan dekat Lapangan Udara Halim Perdanakusuma.

"Suasana ramai sekali, ada tenda-tenda banyak. Tapi kan, saya hanya lihat-lihat saja. Saya kira, itu tempat latihan relawan yang akan dikirim ke perbatasan Malaysia. Saya kira sukarelawan ini, baik laki maupun perempuan untuk dwikora," jelasnya.

Setelah beberapa lama, dia melihat beberapa truk berisi pasukan sudah berangkat dalam masing-masing grup. Dari selentingan yang didengar Ishak, pasukan tersebut akan mengambil jenderal yang kontrarevolusi untuk dihadapkan kepada Soekarno, pemimpin besar revolusi.

Jelang Jumat pagi, 1 Oktober 1965, Ishak dikejutkan dengan kedatangan truk berisi pasukan yang kembali ke Lubang Buaya. Saat itu, dia mengaku sangat terkejut dengan kabar ada jenderal yang meninggal saat diambil dari kediaman mereka.

"Tahu-tahu sudah pada datang sudah ada (jenderal) yang mati. Saya sudah mulai stres. Waduh bahaya ini, para jenderal meninggal," ucapnya.

Pada saat yang bersamaan, lanjut Ishak, sang komandan yang bersamanya menuju Lubang Buaya juga sudah tidak berada di tempat, pun dengan pasukan Cakrabirawa.

"Saya tinggal bersama 14 orang yang semuanya sopir-sopir cakrabirawa. Akhirnya, saya sebagai komandannya mengajak semua untuk pulang melalui Halim (Perdanakusuma) dan bertemu Pak Karno," ucapnya.

Sesampainya di Halim Perdanakusuma, Ishak beristirahat di lapangan Trikora. Pun tak lama, dia dipanggil seorang perwira menengah yang mengajak rombongannya kembali ke Istana Merdeka.

"Kapten Sulistyo memanggil saya dan meminta untuk pulang. Akhirnya, saya pulang ke Istana dan kami akhirnya ditahan di asrama Cakrabirawa. Tidak lama, ada yang diambil," tuturnya.

(mdk/hhw)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.

Baca Selengkapnya
Lepas Pemudik Lebaran 2024, Airlangga: Karena Telah Bantu Naikkan Suara Golkar

Lepas Pemudik Lebaran 2024, Airlangga: Karena Telah Bantu Naikkan Suara Golkar

Partai Golkar menyediakan 20 unit bus dengan kapasitas penumpang sekitar 40-50 orang per bus

Baca Selengkapnya
3.000 Tahun Sebelum Lahir, Lukisan Batu di Gurun Sahara Mesir Ini Sudah Gambarkan Adegan Kelahiran Yesus

3.000 Tahun Sebelum Lahir, Lukisan Batu di Gurun Sahara Mesir Ini Sudah Gambarkan Adegan Kelahiran Yesus

Lukisan kuno di dalam gua ini berusia 5.000 tahun.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Cak Imin Kalah dari Gibran di TPS Kediamannya di Jombang, Hanya Dapat 87 Suara

Cak Imin Kalah dari Gibran di TPS Kediamannya di Jombang, Hanya Dapat 87 Suara

Suara terbanyak diraih pasangan nomor urut 2 pasangan Prabowo-Gibran yang unggul sebanyak 124 suara.

Baca Selengkapnya
Blak-blakan Cak Imin Dulu Ikut Potong Tumpeng di IKN, Kini Berbalik Menolak Pemindahan Ibu Kota

Blak-blakan Cak Imin Dulu Ikut Potong Tumpeng di IKN, Kini Berbalik Menolak Pemindahan Ibu Kota

Cak Imin akhirnya buka suara soal dulu dukung pembangunan IKN, sekarang malah menolak

Baca Selengkapnya
Aksi Jenderal Bintang Dua Nyemplung Banjir-banjiran Atur Lalu Lintas

Aksi Jenderal Bintang Dua Nyemplung Banjir-banjiran Atur Lalu Lintas

Iqbal juga sesekali menyapa dan berbincang dengan para sopir yang sudah letih di padatnya kemacetan jalan.

Baca Selengkapnya
Kebakaran Ponpes Al Washilah Lemo Polman Renggut Korban Jiwa, 2 Santri Meninggal Dunia

Kebakaran Ponpes Al Washilah Lemo Polman Renggut Korban Jiwa, 2 Santri Meninggal Dunia

Kebakaran Pondok Pesantren (ponpes) Al Wasilah Lemo, Polewali Mandar, merenggut korban jiwa. Dua santri meninggal dunia akibat mengalami luka bakar parah.

Baca Selengkapnya
Kisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan

Kisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan

Bukan hanya manusia, ini sosok binatang paling berjasa dalam kemerdekaan Indonesia. Siapa yang dimaksud?

Baca Selengkapnya
Luhut di Depan Airlangga  dan Ical: Jangan Mau Diatur Orang Lain, Golkar yang Ngatur!

Luhut di Depan Airlangga dan Ical: Jangan Mau Diatur Orang Lain, Golkar yang Ngatur!

Luhut meminta kepada para petinggi dan pengurus Partai Golkar jangan menciderai keberhasilan Partai Golkar di Pemilu 2024 ini.

Baca Selengkapnya