Laris di Pasar Eropa, Begini Kisah Mantan TKI asal Ponorogo Tekuni Bisnis Gatot dan Tiwul
Kisah inspiratif mantan buruh migran bisnis gatot dan tiwul hingga produknya laris di pasar Eropa
Kisah inspiratif mantan buruh migran bisnis gatot dan tiwul hingga produknya laris di pasar Eropa
Setahun setelah kepulangannya dari Hongkong, Fera berinisiatif menjual olahan singkong berupa gatot dan tiwul. Bisnis ini terus ia tekuni hingga hari ini.
Dikutip dari Instagram @infoponorogo, tiwul dan gatot yang dibuat Fera bisa tahan dalam waktu lebih dari setahun. Diproduksi dari singkong berkualitas, gatot dan tiwul ini juga tidak berbau apek.
Fera membuat tiwul dengan cara merendam gaplek selama 1-2 malam. Selanjutnya, gaplek dijemur hingga kering. Kemudian diselep menjadi tepung gaplek dan diolah menjadi tiwul.
Tiwul adalah makanan tradisional asli Indonesia yang dulu menjadi makanan pokok pengganti nasi beras. Tiwul dibuat dari gaplek, yaitu singkong yang sudah dikeringkan dan dikukus.
Hingga kini, sebagian warga Wonosobo, Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan dan Blitar masih mengonsumsi tiwul meski bukan lagi sebagai makanan pokok.
Tidak diketahui secara pasti kapan tiwul pertama kali dibuat. Tiwul menjadi makanan pokok sebagian besar rakyat Jawa pada masa penjajahan Jepang. Saat itu bahan makanan seperti nasi beras sangat sulit didapat, jika ada harganya sangat mahal. Akhirnya masyarajat mencari bahan makanan lain pengganti nasi.
Adapun gatot terbuat dari gaplek (singkong yang sudah dikeringkan) lalu dipotong kecil-kecil. Gatot instan yang diproduksi Fera jadi primadona banyak orang karena rasanya yang khas, yakni kenyil-kenyil.
Dulu, Gatot merupakan makanan pokok penduduk Gunung Kidul pengganti nasi. Tanah di Gunung Kidul cenderung kurang subur, kering, berdaya dukung rendah sehingga hanya tanaman tertentu seperti jagung, kacang-kacangan, dan singkong yang berhasil dibudidayakan.
Mulai tahun 1966, terjadi perubahan pola konsumsi nasi sebagai makanan pokok akibat perkembangan zaman dan urbanisasi. Gatot yang awalnya menjadi makanan pokok lalu bergeser menjadi camilan, seperti dikutip dari budaya-indonesia.org.
Ajang BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR membuka peluang tersebut untuk usaha Kopi yang digarap Lucy dan sang suami.
Baca SelengkapnyaPria ini tak menyangka jika ikan yang dikenal murah di Indonesia, ternyata menghasilkan cuan di luar negeri.
Baca SelengkapnyaDedi bercerita bahwa awal mula usahanya berjualan baju secara online pada 2016, namun harus tutup.
Baca SelengkapnyaMelissa bule asal Prancis membeberkan bisnis restoran miliknya yang segera berdiri. Semua dibangun berkat kerja kerasnya bersama sang suami.
Baca SelengkapnyaBRI akan menyelenggarakan pameran BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR.
Baca SelengkapnyaAjang BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR yang diselenggarkan oleh BRI memperkuat upaya UMKM kopi tersebut dalam memperluas pasar ekspor.
Baca SelengkapnyaApa saja ide bisnis yang tidak banyak orang tahu dan berpotensi mendatangkan banyak cuan? Berikut ulasan selengkapnya!
Baca SelengkapnyaMengingat posisi UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaDi kenal sebagai artis tajir melintir, Raffi Ahmad terus mengembangkan sayap bisnisnya.
Baca Selengkapnya