Mencicipi Kolak Ayam Gumeno, Kuliner Ramadan Warisan Sunan Giri
Merdeka.com - Kolak Ayam Gumeno menjadi salah satu kuliner bersejarah khas Kabupaten Gresik, Jawa Timur yang paling diburu saat Ramadan. Kolak Ayam Gumeno dan bulan Ramadan menjadi paket yang tak bisa dipisahkan sejak masa dakwah Putra Sunan Giri pada tahun 1540 lalu.
Pada masa itu, masyarakat sudah memiliki tradisi sanggring kolak ayam pada malam hari tanggal 23 Bulan Ramadan. Hingga kini tradisi tersebut tetap lestari.
"Asal mulanya tradisi Kolak Ayam ini tidak lepas dari kisah Sunan Dalem, Putra kedua dari Kanjeng Sunan Giri yang membangun masjid di Desa Gumeno sebagai usaha menyebarkan syiar Islam. Tidak lama masjid yang di bangunnya berdiri, Kanjeng Sunan Dalem malah jatuh sakit, " jelas Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, dikutip dari laman resmi kabupaten.
Keajaiban Kolak Ayam
Saat sakit itulah, Sunan Dalem bermimpi dihadiri sang ayah. Dalam mimpi tersebut, Sunan Giri memberikan sebuah resep kepada putranya.
Sunan Dalem kemudian mempraktikkan pesan sang ayah untuk mengonsumsi makanan yang kaya rempah-rempah dan dipadu dengan daging ayam. Perpaduan ayam dan rempah-rempah menghasilkan cita rasa yang lezah dan menyehatkan. Campuran beragam rempah membuat tubuh yang sakit terasa hangat.
Resep itu kemudian dikenal dengan nama kolak ayam. Berkat resep tersebut, kondisi Sunan Dalem berangsur pulih.
Sementara itu, masyarakat kemudian mengabadikan resep warisan Sunan Giri itu dengan melestarikan tradisi Sanggring Kolak Ayam. Sanggring berasal dari kata Sang yang berarti Raja dan Gring merupakan gering atau sakit. Kata Sanggring diartikan sebagai raja yang sakit.
Setahun Sekali
Tradisi Sanggring Kolak Ayam diperingati setiap setahun sekali tepatnya pada malam hari tanggal 23 Bulan Ramadan.
Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat Kolak Ayam semuanya bermanfaat bagi kesehatan tubuh, yakni bawang daun, jinten, kelapa, gula merah dan ayam kampung.
Pada pelaksanaannya, tidak pernah ada perubahan dalam tradisi Sanggring Kolak Ayam Gumeno. Proses memasak, bahan-bahan, hingga tempat pelaksanaannya diupayakan selalu sama. Cara memasaknya pun tetap menggunakan tungku dan kayu bakar. Hanya saja, alat-alat yang digunakan memasak sudah tidak asli dari zaman Sunan Dalem. Pasalnya, faktor usia membuat alat-alat tersebut rapuh dan tidak mungkin lagi digunakan.
Tradisi yang digelar di Masjid Sunan Dalem Desa Gumeno itu tidak hanya diikuti oleh masyarakat desa setempat, seperti dikutip dari laman Kemdikbud RI. Acara ini biasanya juga ramai didatangi orang dari berbagai daerah.
(mdk/rka)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di Kudus, penjual intip ketan sudah jarang ditemui. Bisa dibilang makanan tradisional ini kini sangat langka.
Baca SelengkapnyaHidangan bubur ini memiliki tujuh varian rasa yang berbeda
Baca SelengkapnyaUntuk menyambut Ramadan dan Hari Raya, menjaga kebersihan kulkas agar makanan tetap segar menjadi sangat penting. Berikut adalah tips untuk membersihkannya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mau tahu resep kari ayam kuah santan yang lezat dan cocok buat buka puasa? Cek di sini dulu yuk.
Baca SelengkapnyaKue Talam merupakan kudapan tradisional Suku Banjar. Kue ini terbuat dari bahan dasar santan dan tepung.
Baca SelengkapnyaJajanan khas Kota Jambi ini pastinya tidak pernah luput dari peminatnya terutama saat Bulan Ramadan tiba sebagai menu takjil untuk berbuka puasa.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang rekomendasi makanan musang yang paling disukai, dan ampuh bikin hewan peliharaan jadi gemuk.
Baca SelengkapnyaMana nih yang sudah pernah kamu cobain selain pempek?
Baca SelengkapnyaDalam sehari, puluhan ekor ayam kampung bisa habis untuk memenuhi permintaan pembeli.
Baca Selengkapnya