Kisah Sukses Pria Asal Malang Ternak 500 Ekor Ayam Kampung di Kompleks Perumahan Tanpa Bau, Bermula dari Hobi Kini Jadi Supplier Daging
Jika biasanya peternakan ayam identik dengan bau tak sedap, hal ini tidak terjadi pada peternakan ayam milik Agus.
Jika biasanya peternakan ayam identik dengan bau tak sedap, hal ini tidak terjadi pada peternakan ayam milik Agus.
Kisah Sukses Pria Asal Malang Ternak 500 Ekor Ayam Kampung di Kompleks Perumahan Tanpa Bau, Bermula dari Hobi Kini Jadi Supplier Daging
Agus Prayudi, warga Kota Malang Jawa Timur punya kisah menarik terkait beternak ayam di tengah kompleks perumahan. Jika biasanya peternakan ayam identik dengan bau tak sedap, hal ini tidak terjadi pada peternakan ayam milik Agus.
Awalnya Hobi
Agus menuturkan, bisnis ternak ayam kampung yang ia jalani berawal dari hobi.
"Saya tertarik ayam kampung karena punya beberapa kelebihan. Rasa daging enak, ketahanan terhadap penyakit karena ayam ini lokal, asli Indonesia yang tidak butuh lagi adaptasi," terangnya, dikutip dari YouTube PecahTelur, Rabu (15/5/2024).
Ayam kampung juga tidak memerlukan obat dan antibiotik untuk menjaga kesehatannya. Di sisi lain, ayam kampung menghasilkan sedikit telur dan pertumbuhannya lambat. Kekurangan ini memotivasi Agus mencari inovasi ternak ayam kampung.
Senang Belajar
Pria lulusan Sekolah Teknik Mesin (STM) ini terkenal sebagai seorang pembelajar. Ia rela menghabiskan banyak uang dari bisnis bengkel elektriknya untuk melakukan riset seputar ayam kampung.
"Habis banyak (uang), tapi tidak masalah," ujar Agus.
Tak tanggung-tanggung, Agus yang saat itu masih berusia 20-an sering ikut ke perpustakaan kampus untuk mencari referensi seputar ternak ayam kampung. Padahal, ia tak pernah terdaftar sebagai mahasiswa.
Bagikan Ayam Gratis
Berbagai percobaan dilakukan Agus dan tak jarang ia gagal mendapatkan hasil yang diinginkan.
Saat anakan ayam kampung belum memiliki kualifikasi sempurna sebagaimana yang diinginkan, Agus membagikan anakan ayam itu kepada para peternak di wilayahnya.
Titik Terendah
Pada tahun 2015 silam, saat bisnisnya mulai berkembang, Agus justru mendapat musibah besar, anaknya meninggal dunia.
"Akhirnya sekitar 2-3 tahun enggak saya urusin. Istilahnya putus asa," ungkap Agus dengan bibir bergetar menahan tangis.
Setelah masa berkabung Agus usai, pandemi Covid-19 melanda. Momentum ini semakin membuat bisnis ternak ayam kampung yang ia rintis belasan tahun lalu makin terpuruk.
Bangkit
Baru dua tahun belakangan, Agus kembali fokus menjalankan bisnis ternak ayam kampung. Ia berhasil mempraktikkan formula ternak ayam kampung tanpa menghasilkan bau tak sedap. Alhasil, kandangnya yang berada di tengah kompleks perumahan tak pernah diprotes warga.
Kini, ia memiliki sekitar 500 indukan ayam dan 1.000 anak ayam.Agus sudah bekerja sama sebagai penyuplai daging ayam kepada 15 rumah makan di Malang dan sekitarnya.
Selain, ia juga bekerja sama dengan salah satu swalayan terbesar di Malang untuk penjualan daging dan telur.
Dia berharap bisa mengembangkan bisnisnya lebih besar lagi agar lebih banyak orang terlibat di dalamnya.