Sudah Terbangun Sejak Lama, Ini Sekelumit Kisah Toleransi di Lasem
Merdeka.com - Kecamatan Lasem, Rembang, dikenal banyak orang dengan julukan “Tiongkok Kecil”. Di sana, kehidupan toleransi antar masyarakat sudah dikenal sejak dulu. Walaupun terdiri dari beragam etnis, kehidupan di kota kecil itu hampir selalu rukun dan damai.
Terletak di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Lasem menyimpan sejarah dan kaya akan budayanya. Hal itu terlihat dari sederet bangunan kuno yang tampak di sepanjang jalan dan gang masuk ke perkampungan.
Walaupun banyak dihuni para masyarakat Tionghoa, pada nyatanya mereka bisa hidup berdampingan dengan keturunan Jawa dan kalangan santri. Oleh karena itu, tak heran bila kota itu menjadi rumah keberagaman.
Lalu, apa saja hal menarik yang ada di Lasem? Berikut selengkapnya:
Tiongkok Kecil
©jatengprov.go.id
Lasem dikenal dengan julukan Tiongkok Kecil. Berdasarkan sejarahnya, Lasem menjadi tempat awal pendaratan orang Tionghoa di tanah Jawa. Di sana pula terdapat perkampungan yang memiliki banyak rumah kuno yang bentuknya unik seperti di Desa Karangturi dan Desa Soditan.
Selain itu, di sana pula terdapat tiga kelenteng yang berdiri megah. Di antaranya Kelenteng Cu An Kiong di Jalan Dasun, Kelenteng Gie Yong Bio di Jalan Babagan, dan Kelenteng Po An Bio di Karangturi.
Tak hanya itu, di sana pula terdapat puluhan pondok pesantren tua. Beberapa di antaranya bahkan memiliki bangunan berarsitektur China seperti Ponpes Al-Hidayat Asy-Syakiriyyah di Soditan dan Ponpes Kauman di Karangturi.
Wujudkan Nilai Toleransi
©jatengprov.go.id
Walaupun dihuni orang-orang keturunan Tionghoa, kelompok santri dan masyarakat Jawa, namun tak pernah ada konflik antar suku, ras, dan agama di Lasem. Misalnya saja dalam perayaan Imlek, kelenteng terbuka bagi siapapun untuk saling bertemu dan menikmati makanan yang disajikan.
Selain itu, para santri yang menimba ilmu di sana dituntut untuk bisa membaur dengan masyarakat keturunan Tionghoa sehingga banyak wisatawan yang datang ke pesantren di sana untuk belajar bagaimana menjaga toleransi.
“Kalau ada orang Tionghoa meninggal, ya orang Muslim ikut takziyah. Begitu juga sebaliknya. Di sini aman dan nyaman. Kelentengnya juga berdekatan dengan pesantren. Semua membaur dan saling menghormati,” ujar Oen Liang, salah satu keturunan Tionghoa di Lasem mengutip dari jatengprov.go.id.
Sudah Terjalin Sejak Lama
©jatengprov.go.id
Menurut Pengasuh Ponpes Al-Hidayat Asy-Syakiriyyah, Gus Farih Fuadi, sikap toleransi di Lasem sudah terjalin sejak lama. Dia menceritakan bahwa ponpes yang diasuhnya mulanya merupakan bangunan tempat penginapan masyarakat Tionghoa. Bahkan pintu ruang tamu di pesantren itu masih terdapat tulisan China.
Selain itu, kenyamanan dan ketenangan hidup di tengah keberagaman juga dirasakan Kaum Nasrani. Di antara bangunan kuno yang terdapat di Desa Soditan berdiri dua gereja yaitu Gereja Bethel Indonesia dan Gereja Yesus Sejati. Pendeta Gereja Bethel Indonesia, Yonatan Kukuh mengaku dapat hidup aman dan nyaman di tengah lingkungan masyarakat Lasem yang beragam.
“Toleransi di Lasem bukan hanya sekedar wacana. Masyarakat dari berbagai suku dan agama ini hidup berdampingan dan saling menghormati,” kata Kukuh dikutip merdeka.com dari jatengprov.go.id pada Senin (16/11).
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat Diminta Perkuat Toleransi & Hindari Prasangka Buruk Terhadap Perbedaan
Memperkuat toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Masyarakat tidak boleh semena-mena melanggar hak dari mereka yang dianggap berbeda.
Baca SelengkapnyaMelihat Indahnya Toleransi di Dusun Thekelan Semarang, Sudah Diwariskan Secara Turun-temurun
Walaupun terbuka bagi siapapun, warga Thekelan tetap menjaga teguh adat istiadat dan tradisi mereka.
Baca SelengkapnyaTasamuh Artinya Toleransi, Begini Penjelasan Manfaat, Dalil serta Contohnya dalam Islam
Tasamuh merupakan toleransi yang sangat dianjurka untuk diterapkan bagi umat Islam di kehidupan sehari-hari.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Baca SelengkapnyaIndahnya Toleransi, Prajurit TNI Ini Unggah Momen Disiapkan Takjil oleh Ibu Pendeta
Di tengah ramainya war takjil, pria ini justru unggah momen disiapkan takjil oleh mama pendeta.
Baca SelengkapnyaJadikan Perbedaan Kekuatan Cegah Masuknya Paham Radikal Intoleran
Masyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca Selengkapnya'Kita Harus Rayakan Demokrasi dengan Damai Kedepankan Persaudaraan'
Berdemokrasi sehat berarti mengerti jika Pemilu sarana untuk bersatu bukan bermusuhan.
Baca SelengkapnyaJenguk Lansia Sebatang Kara, Bupati Ipuk: Terima Kasih Orang-Orang Baik
Jumhari, yang sakit dan tinggal sebatang kara, di Kecamatan Genteng, Selasa (26/3).
Baca SelengkapnyaCara Menjaga Kerukunan dalam Pemilu, Perlu Dipahami
Penting untuk menjaga toleransi dan kerukunan selama pemilu.
Baca Selengkapnya