Sejarah Kampung Arab Pekalongan, Pusat Perdagangan Mori di Era 70-an

Senin, 6 Februari 2023 09:01 Reporter : Shani Rasyid
Sejarah Kampung Arab Pekalongan, Pusat Perdagangan Mori di Era 70-an Kampung Arab Pekalongan. ©YouTube/pie'ie Mejink

Merdeka.com - Di pusat Kota Pekalongan, terdapat sebuah kawasan bernama Kampung Arab. Sesuai namanya, kampung itu dihuni para keturunan orang Arab.

Dilansir dari Pekalongankota.go.id, kawasan Kampung Arab di Pekalongan mencakup tiga wilayah kelurahan yaitu Kelurahan Sugihwaras, Kelurahan Klego, dan Kelurahan Poncol. Kelurahan Sugihwaras menjadi kawasan yang paling banyak didiami oleh masyarakat Arab karena cikal bakal Kampung Arab bermula dari kelurahan itu.

Pada masa jayanya, Kampung Arab Pekalongan menjadi pusat perdagangan kain mori. Berikut sejarah selengkapnya:

2 dari 4 halaman

Sejarah Berdirinya Kampung Arab

kampung arab pekalongan

©YouTube/pie'ie Mejink

Awal mula berdirinya Kampung Arab Pekalongan terjadi pada tahun 1800-an. Waktu itu ada seorang ulama dari Hadramaut bernama Habib Husein Bin Salim Alatas datang ke Pekalongan. Waktu itu, wilayah Kampung Arab masih berupa hutan belantara.

Setibanya di kampung itu, hal pertama yang dilakukan Habib Husein adalah mendirikan masjid. Keinginannya mendirikan masjid dikarenakan ia ingin meneladani Rasulullah SAW di mana saat ia hijrah ke suatu tempat, bangunan yang pertama kali dibangun adalah masjid. Hingga kini, masjid itu masih berdiri. Warga Pekalongan mengenalnya dengan nama Masjid Wakaf.

Sejak saat itu, orang-orang Arab lainnya mulai berdatangan. Mereka kebanyakan berasal dari Hadramaut, Yaman. Di sana, mereka bertahan hidup dengan cara berdagang. Kampung Arab pun menjelma menjadi pusat perdagangan baru di kawasan pesisir utara Pulau Jawa.

3 dari 4 halaman

Pusat Pendidikan Islam di Pekalongan

kampung arab pekalongan
©YouTube/pie'ie Mejink

Seiring waktu, Kampung Arab menjadi pusat pendidikan Islam di Pekalongan. Selain mendirikan masjid, Habib Husein juga membuka pengajian dan pesantren untuk masyarakat. Metode pengajian yang dilakukan Habib Husein ternyata sangat disukai warga. Mereka datang berbondong-bondong mengikuti ceramah Habib Husein.

Seiring berjalannya waktu, datanglah seorang ulama lagi bernama Habib Ahmad Bin Abdullah Bin Tholib Alatas di Kampung Arab. Ia memiliki tujuan yang sama dengan Habib Husein. Pada awal kedatangannya, Habib Ahmad mendirikan Masjid Raudhoh.

Metode pengajaran Habib Ahmad cenderung lebih modern ketimbang Habib Husein. Namun karena mereka berdua berkolaborasi, maka kedua ulama itu memberikan pengaruh kuat di Pekalongan.

4 dari 4 halaman

Pusat Perdagangan Kain Mori

kampung arab pekalongan
©YouTube/pie'ie Mejink

Seiring berjalannya waktu, makin banyak komunitas Arab yang menghuni Kampung Arab dengan jiwa dagangnya. Pada era 1950-1970, kawasan itu menjadi pusat perdagangan kain mori se-Indonesia. Saat itu harga kain mori di tanah air mengacu pada harga yang ditawarkan di Kampung Arab.

Namun setelah tahun 1970-an, perdagangan mori mengalami pasang surut. Harga produksi kain mori yang semakin mahal mengakibatkan citra Kampung Arab sebagai pusat perdagangan kain mori mulai memudar.

Selain itu dari segi arsitektur bangunan, bangunan-bangunan asli di Kampung Arab saat ini telah mengalami renovasi besar-besaran. Namun masih ada beberapa bangunan peninggalan zaman dulu yang dijaga keasliannya. Sampai saat ini, Kampung Arab menjadi salah satu destinasi wisata di Pekalongan.

[shr]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini