Pulang dari Transmigrasi, Pria Gunungkidul Ini Memilih Hidup Sendiri di Gubuk Pinggir Jurang Tepi Laut
Walaupun keluarganya sudah membujuknya untuk tinggal bersama mereka, namun Mbah Subeno tetap memilih tinggal menyendiri di sana.
story![Pulang dari Transmigrasi, Pria Gunungkidul Ini Memilih Hidup Sendiri di Gubuk Pinggir Jurang Tepi Laut](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsCover/2023/11/27/1701056798909-oy7x2.jpeg)
Walaupun keluarganya sudah membujuknya agar tinggal bersama mereka, namun Mbah Subeno tetap memilih tinggal menyendiri di sana.
![Pulang dari Transmigrasi, Pria Gunungkidul Ini Memilih Hidup Sendiri di Gubuk Pinggir Jurang Tepi Laut](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/11/27/1701056716332-f79r4.jpeg)
Pulang dari Transmigrasi, Pria Gunungkidul Ini Memilih Hidup Sendiri di Gubuk Pinggir Jurang Tepi Laut
Di kawasan wisata Bukit Pengilon, ada seorang pria tua yang memilih hidup sendiri di sebuah gubuk. Tempat tinggalnya berada di tepi jurang yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Pria itu bernama Mbah Subeno.
![Pulang dari Transmigrasi, Pria Gunungkidul Ini Memilih Hidup Sendiri di Gubuk Pinggir Jurang Tepi Laut](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/11/27/1701056730812-fc7r8.jpeg)
Mbah Subeno sebenarnya punya anak cucu yang tinggal di rumah yang lebih layak. Tapi Mbah Subeno tetap memilih hidup menyendiri di gubuk pinggir laut itu.
“Alasan dia memilih hidup seperti itu saya kurang tahu persis, mas. Padahal anak cucu sudah membujuk pulang, sudah juga menyediakan kamar khusus untuk beliau, cuma beliau belum mau,” kata Bapak Radal, penjaga wisata Bukit Pengilon, mengutip YouTube Cerita Desa Indonesia.
Lalu seperti apa keseharian Mbah Subeno di gubuk kecil itu? Berikut ulasan selengkapnya.
Saat ditemui oleh pemilik YouTube Cerita Desa Indonesia, Mbah Subeno sedang melakukan aktivitas di dalam gubuknya.
Mbah Subeno bercerita sebelum tinggal di gubuk itu, ia merantau ke Lampung. Kemudian ia pulang ke kampung halaman di Gunungkidul sejak 2016.
“Saya di Lampung sudah dari tahun 1965. Saya sudah dari tahun 1994 jadi duda,” kata Mbah Subeno.
Mbah Subeno bercerita, ia waktu itu pergi ke Lampung untuk menyusul kakak perempuannya. Di sana mereka merintis usaha. Karena usahanya tidak berjalan bagus, mereka pindah ke Lampung Barat.
“Di sana daerah sayuran. Di daerah itu saya menjalani usaha, tapi malah sakit seperti ini,” kata Mbah Subeno.
- Ajakan Rujuk Ditolak, Pria di Palembang Mengamuk Tikami Mantan Istri dan Calon Suaminya
- Kini Sukses di Tanah Rantau, Begini Kisah Transmigran Asal Kebumen yang Tinggal di Sulbar
- Pria Tak Dikenal Lempar Batu ke Mobil yang Parkir di Halaman Rumah, Aksinya Bikin Warganet Geram
- Pria ini Bangunkan Warga untuk Sahur dengan Cara Unik, Putar Terompet Ala Militer Bak Kumpulkan Prajurit Apel
- Hari Raya Tri Suci Waisak, Menag: Jadikan Momentum Rajut Kerukunan Pascapemilu
- Keji! Ayah di Jambi Cabuli Tiga Putri Kandungnya Berkali-kali Karena Hawa Nafsu
![Mbah Subeno punya anak dua. Satu tinggal di Lampung dan satunya tinggal di Gunungkidul.<br>](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/11/27/1701056753575-mf678.jpeg)
Mbah Subeno punya anak dua. Satu tinggal di Lampung dan satunya tinggal di Gunungkidul.
Walau sendirian tinggal di gubuk kecil, Mbah Subeno mengaku tidak takut. Ia merasa tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.
“Di Lampung dulu banyak gajah saya biasa saja. Dulu bahkan di sini masih banyak harimau. Tapi sekarang sudah tidak ada. Sekarang paling cuma monyet liar,” kata Mbah Subeno.
![Pulang dari Transmigrasi, Pria Gunungkidul Ini Memilih Hidup Sendiri di Gubuk Pinggir Jurang Tepi Laut](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/11/27/1701056772478-w8zb5h.jpeg)
Mbah Subeno sekarang sudah berusia 80 tahun. Ia mengatakan kalau lahan itu dulunya milik orang tuanya. Namun sekarang sebagian besar disewa oleh pengelola wisata.