Penuh Makna Filosofis, Begini Tradisi Kupatan Ala Masyarakat Kendeng di Rembang
Merdeka.com - Tiap kelompok masyarakat di Indonesia mempunyai tradisi unik masing-masing dalam menyambut Hari Raya Idulfitri. Tak terkecuali bagi kelompok masyarakat yang tinggal di perbukitan Kendeng, tepatnya di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Setiap tanggal 5 Syawal, mereka punya tradisi unik bernama Kupatan Kendeng. Dalam ritual itu, ada tiga prosesi yang wajib dilakukan seperti Temon Banyu Beras, Dono Weweh Kupat Lan Lepet, dan Lamporan.
Melansir dari Liputan6.com, tiap prosesi memiliki nilai filosofisnya masing-masing. Tak hanya sekedar tradisi, dalam Kupatan Kendeng masyarakat diajak untuk lebih peduli terhadap kehidupan alam sekitar.
Lalu bagaimana jalannya prosesi itu? Berikut selengkapnya:
Pencarian Sumber Air
©2021 Liputan6.com
Proses pertama, yaitu Temon Banyu Beras. Dalam proses ini para warga mencari sumber air untuk selanjutnya dicampurkan pada butir-butir beras yang telah tersedia. Makna dari tradisi ini, tanpa pencampuran beras dengan air, maka tak mungkin beras menghasilkan makanan seperti nasi ataupun ketupat yang kemudian menjadi energi bagi kehidupan.
Dalam proses ini, para peserta menggunakan baju serba putih yang melambangkan kesucian hati setelah 30 tahun berpuasa mengendalikan hawa nafsu. Dengan baju yang serba putih itu peserta diingatkan untuk selalu menempa jiwa agar kembali pada kesejatian diri sebagai manusia yang luhur.
Bagi-Bagi Ketupat
©2021 Liputan6.com
Proses selanjutnya adalah proses membawa ketupat yang telah matang beserta lauk-pauknya. Dalam prosesi ini makanan itu disusun dalam bentuk gunungan dan dibagikan kepada seluruh warga desa. Ketupat merupakan makna dari permohonan maaf kepada sesama manusia.
Selain itu, pembagian ketupat di sini juga sebagai ajakan seluruh warga desa untuk bersama meneruskan perjuangan penyelamatan Pegunungan Kendeng dari upaya perusakan sumber-sumber mata air, penambangan batu kapur, serta pengalihan fungsi lahan pertanian untuk industri pabrik semen. Semua itu perlu dilakukan demi keselamatan bersama dan masa depan kehidupan anak cucu yang terjamin.
Mengusir Hama Pertanian
©2021 Liputan6.com
Sementara prosesi terakhir, lamporan, merupakan prosesi untuk mengusir hama pertanian. Hama yang dimaksud di sini tidak hanya tikus dan wereng, namun juga kebijakan pemerintah yang tidak pro petani dan dunia pertanian.
Selain itu, “hama” di sini juga berarti pengalihan fungsi lahan-lahan subur untuk industri dan pertambangan. Bahkan gunung dan hutan yang mengandung keanekaragaman hayati dihancurkan demi menyediakan lahan bagi industri perkebunan monokultur atau industri pertambangan.
Setelah semua prosesi berakhir, acara ditutup dengan pagelaran wayang. Pada tahun 2019, pagelaran wayang dilakukan dengan lakon “Mawas diri, menakar keberanian” yang dibawakan oleh seorang Dalang bernama Jliteng Suparman.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Uniknya Tradisi Ngamplop saat Jenguk Tetangga Sakit di Sumedang, Uang yang Terkumpul Bisa untuk Beli Kendaraan
Tradisi ini unik, karena uang sumbangan jenguk bisa untuk membeli kendaraan
Baca SelengkapnyaMengenal Upacara Muang Jong, Tradisi Selamat Laut oleh Suku Ameng Sewang di Bangka Belitung
Upacara Suku Ameng Sewang di Bangka Belitung ini telah masuk daftar Kekayaan Intelektual Komunal (KIK).
Baca SelengkapnyaSerunya Kerapan Kerbau Tradisi Petani di Lumajang Jelang Masa Tanam
Selain sebagai hiburan, menyaksikan keseruan kerbau beradu kecepatan, kultur ini juga sebagai simbol rasa syukur dan doa para petani,
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengulik Tradisi Bersyukur dengan Bubur Sumsum, Ternyata Punya Makna dan Filosofi Mendalam
Bubur ini bukan sekadar makanan untuk dimakan secara biasa, tetapi memiliki makna yang mendalam dalam konteks tradisi Jawa.
Baca SelengkapnyaMengenal Tarian Rentak Kudo, Kesenian Tradisional Kolosal Khas Suku Kerinci
Salah satu tarian tradisional asli masyarakat Suku Kerinci dari daerah Hamparan Rawang ini selalu menghadirkan penampilan yang membuat decak kagum.
Baca SelengkapnyaMengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Baca SelengkapnyaMencicipi Kue Ka Khas Pulau Seribu, Hanya Ada saat Ritual Nelayan Pulang Melaut
Kelezatan kue ka hadir berbarengan dengan dalamnya makna yang dipercaya oleh masyarakat sekitar.
Baca SelengkapnyaMeriahnya Prosesi Dugderan di Semarang, Tradisi Warga Menyambut Ramadan
Meski di tengah guyuran hujan, prosesi Kirab Dudgeran Kota Semarang tetap berlangsung semarak dan meriah.
Baca SelengkapnyaTewaskan Tetangga yang Punya Ilmu Kebal, Kakak Beradik Ritual Tancapkan Pedang di Tanah
Sadar lawannya memiliki ilmu kebal, pelaku IM akhirnya menancapkan pedangnya di tanah.
Baca Selengkapnya