Mengenal Doelkamid Djayaprana, Maestro Pahat Batu Indonesia Asal Magelang
Merdeka.com - Kawasan Magelang dan sekitarnya dari dulu memang sudah terkenal akan kerajinan pahat batunya. Kemashuran para pengrajin pahat di sana sudah terbukti dengan ditemukannya candi-candi yang kaya akan pahatan gambar di setiap dindingnya, sebagai contoh relief-relief penuh cerita di Candi Borobudur.
Seakan tak lekang oleh zaman, kini masih banyak dijumpai para pengrajin pahat batu di Magelang. Salah satu yang terkenal adalah Doelkamid Djayaprana. Selama ini, dia dikenal ulet dalam menghasilkan karya-karya ukir dari batu. Karya-karyanya pun sudah tersebar di berbagai tempat di Indonesia. Mulai dari miniatur Candi Borobudur di Taman Mini, sampai dengan pahatan batu yang dipajang pada tugu monumen dan kantor pemerintahan.
“Waktu tahun 1955, saya disuruh bapak saya ke Borobudur. Pada suatu malam saat bulan purnama di puncak Borobudur, saya diberi petunjuk lewat bisikan, ‘terusno, terusno, terusno.’ Setelah itu saya lihat ke atas nggak ada orang. Setelah itu saya merenung sambil meraba-raba kepala Buddha. Setelah pulang dari sana, saya mulai memahat patung. Ternyata waktu itu ada orang senang. Mulai dari situ saya tekun memahat batu,” kata Doelkamid menceritakan awal mula ia mulai menekuni bidang tersebut.
Lalu bagaimana sepak terjang Doelkamid Djayaprana dalam dunia pahat batu?
Masa Kecil Doelkamid Djayaprana
©YouTube/BNPB DIY
Sepak terjang Doelkamid di dunia seni patung memang tidak bisa lepas dari nama besar ayahnya sendiri, Salim Djayaprawira, yang merupakan salah satu pemahat dalam Restorasi Candi Borobudur Pertama di tahun 1907 sampai 1911. Selain itu, di sela aktivitas mengolah sawah, dia dan dua kerabatnya suka mengumpulkan bongkahan-bongkahan batu dari Gunung Merapi yang bertebaran di Kali Pabean.
Bongkahan batu yang terkumpul itu kemudian mereka coba manfaatkan untuk dijadikan kerajinan perkakas untuk keperluan sehari-hari seperti cowek, penumbuk padi, nisan, dan sejenisnya.
“Waktu SD, saya memang senang menggambar. Terus saya teruskan ke sekolah teknik. Di sana guru saya bilang saya bisa gambar, akhirnya saya menuntut ilmu lagi di sekolah gambar dan kerajinan tangan di Jogja,” kenang Doelkamid dikutip dari akun YouTube BPNB DIY.
Perjalanan Karier Memahat Djayaprana
©YouTube/BNPB DIY
Sepulang dari Borobudur, Doelkamid dan dua kerabatnya mencoba membuat pahat batu kepala Buddha dengan mencontoh karya asli yang ada di Candi Borobudur. Setelah jadi, karya pertama mereka itu dilirik oleh seorang pedagang barang antik di Jalan Malioboro, Yogyakarta.
Tahun 1960, Doelkamid dan para kerabatnya mendirikan sanggar batu Sanjaya dan menekuni pekerjaan itu dengan lebih serius. Kabar kepiawaian mereka memahat patung langsung tersebar ke mana-mana. Pesanan pun berdatangan dari para pejabat di Jakarta.
Bahkan pernah pada suatu hari Presiden Soeharto memintanya berkarya khusus untuk melengkapi koleksi di Taman Mini Indonesia Indah yang kala itu masih dalam proses pembangunan.
Karya-karya Doelkamid
©YouTube/BNPB DIY
Dalam berkarier sebagai pemahat batu, Doelkamid telah menghasilkan banyak karya. Beberapa karya Doelkamid di antaranya patung Jendral Gatot Soebroto, Monumen Jenderal Soedirman di Purbalingga, dan Monumen Bambu Runcing di Magelang. Karya-karyanya pun sudah tersebar di seantero penjuru tanah air bahkan ada beberapa yang telah dikirim ke luar negeri.
“Karya-karya saya dari tahun 1955 hingga sekarang telah tersebar di lebih dari 150 tempat, terutama mengenai miniatur candi-candi yang ada di Jawa Tengah. Di tahun 2012 kemarin saya dapat pesanan dari Sangiran untuk membuat patung manusia purba. Dari gambar manusia purba asli saya buat setinggi 4 meter. Pembuatannya hanya dua bulan,” kata Doelkamid dikutip dari akun YouTube BPNB DIY.
Sosok Doelkamid di Mata Cucu
©YouTube/BNPB DIY
Bagi orang-orang terdekatnya, Doelkamid dikenal sebagai sosok yang bersahaja. Di mata Sari Tusmiyati, Doelkamid Djayaprana merupakan sosok yang jujur dan apa adanya. Namun baginya, hal yang paling berkesan dari kakeknya itu adalah semangatnya yang tak pernah luntur.
“Yang pasti gini, kalau simbah itu selalu bilang jadi orang itu harus jujur dan ngerti sama sedulur. Dan itupun terlihat dan tertanam pada jiwa anak-anak saya. Karena tanpa saya suruhpun, anak-anak saya itu sudah respek ke simbah buyutnya,” kata Sari.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Atlet catur legendaris Indonesia yang satu ini memiliki gaya bermain yang taktis dan sudah menyabet beberapa gelar skala internasional.
Baca SelengkapnyaMenurut penuturan juru kunci makam, jenazah Djojodigdo bisa hidup kembali jika menyentuh tanah
Baca SelengkapnyaKasus kekerasan diduga melibatkan dua perguruan silat kembali terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Berkat kontribusinya di dunia pers, nama Dja Endar Moeda selalu dikenang dan menjadi sosok penting dalam profesi jurnalistik Indonesia.
Baca SelengkapnyaMadhanimulai dikenal sejak ia ikut berkompetisi di Dangdut Academ
Baca SelengkapnyaPeninggalan batu megalitik setinggi 4,5 meter ini merupakan bukti sejarah dari keberadaan Suku Napu, Besoa, dan Bada yang sudah menempati Lembah ini sejak lama.
Baca Selengkapnyadalam debat kemarin Gibran dinilai jauh terlihat lebih cerdas dan sangat menguasai materi-materi
Baca SelengkapnyaJumlah penumpang di Stasiun Tawang rata-rata 8.139 penumpang per hari.
Baca SelengkapnyaKepala LAN Adi Suryanto Meninggal Dunia pada hari Jumat di Yogyakarta
Baca Selengkapnya