Melihat Peninggalan Pendekar Kungfu Legendaris Jawa, Ada Tombak hingga Obat Kuat
Merdeka.com - Sekilas tampak dari depan, rumah yang berada di pinggir jalan gang di Kota Parakan, Temanggung, Jawa Tengah itu tampak kecil. Padahal saat masuk ke dalam, area rumah itu memiliki halaman yang luas.
Di depan rumah itu, ada tempat penjualan aneka kue dan oleh-oleh. Di belakangnya ada aktivitas para karyawan yang tengah membuat kue bolu yang diproduksi secara massal. Masih sedikit yang mengetahui, jika rumah itu memiliki cerita sejarah yang cukup menarik.
Sementara di belakang rumah, ada lagi bangunan yang menyimpan benda-benda peninggalan Louw Djing Tie. Ia adalah seorang pendekar kung fu legendaris tanah Jawa. Sosoknya memang kurang dikenal khalayak umum, padahal ia memiliki banyak peninggalan sejarah.
Pernah Jadi Tempat Tinggal Louw Djing Tie
©YouTube/J Christiono
Louw Djing Tie meninggalkan kampung halamannya di Cina pada usia 26 tahun. Ia melanjutkan perjalanannya ke Malaka, Batavia, Semarang, Ambarawa, dan akhirnya menetap di Parakan.
Mengutip dari Youtube J Christiono, pada saat sampai di Parakan, ia sudah berusia 30 tahun. Pertama kali tiba di Parakan, ia menyewa rumah dan membuka praktik mengajar ilmu bela diri di sana.
Saat mengajarkan ilmu bela dirinya, ia tak mau menerima bayaran. Ia menetap di sana hingga akhir hayatnya pada usia 66 tahun dan dimakamkan di Parakan.
Peninggalan Louw Djing Tie
©YouTube/J Christiono
Selain menguasai ilmu bela diri, Louw Djing Tie memiliki ilmu meramu obat tradisional. Sampai sekarang ramuan itu masih diproduksi. Hingga sekarang, di rumah tersebut masih terdapat banyak peninggalan Louw Djing Tie seperti jenis-jenis senjata yang dipakai saat melatih ilmu bela diri, beragam pernak-pernik, serta foto-foto Louw Djing Tie semasa hidup yang dipajang di dinding.
Sekarang, rumah Louw Djing Tie jadi tempat produksi kue bolu cukil. Pengunjung yang ingin masuk ke rumah ini dipersilakan dulu untuk mendaftar di pusat informasi pariwisata Parakan.
Kini, rumah itu dikelola oleh Danny Budiwijaya, generasi kelima dari Hoo Tiang Bie, yang kemudian menurunkan Hoo Tik Tjay, keluarga yang menampung Louw Djing Tie.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebuah pabrik mie dan pangsit di Bogor berdiri sudah kurang lebih 87 tahun.
Baca SelengkapnyaDua ekor lutung jawa dilepasliarkan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru wilayah Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat (23/2).
Baca SelengkapnyaUsai menerima sabuk hitam dan dilakukan penyematan, Kasal memberikan pesan menarik dalam sambutannya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Lontong Cap Go Meh juga menjadi lambang kebersamaan dan kemakmuran bagi masyarakat Tionghoa.
Baca SelengkapnyaJamu di kedai Bang Adut hanya disajikan dadakan. Dari asam lambung sampai program hamil tersedia resepnya.
Baca SelengkapnyaDahulu, tarian ini hanya dimainkan oleh kalangan tertentu. Namun kini tarian ini boleh dimainkan oleh masyarakat yang tinggal di luar keraton
Baca SelengkapnyaTari Dulang, kesenian tradisional penuh makna warisan dari Kesultanan Langkat.
Baca SelengkapnyaJenderal ini terkenal sebagai orang yang jujur dan bersih selama mengabdi di Kepolisian, kini namanya terus dikenang dan menjadi sosok teladan.
Baca SelengkapnyaUpacara Suku Ameng Sewang di Bangka Belitung ini telah masuk daftar Kekayaan Intelektual Komunal (KIK).
Baca Selengkapnya