Kisah Hidup Kassian Cephas, Fotografer Pribumi Pertama di Indonesia

Merdeka.com - Kassian Cephas lahir di Yogyakarta pada 15 Januari 1845. Dia merupakan fotografer pribumi pertama di Indonesia. Banyak karya-karya fotografinya lahir saat ia bertugas sebagai pemotret situs bersejarah, seperti Candi Prambanan dan Borobudur.
Dilansir dari Wikipedia.org, Cephas lahir di Yogyakarta dari pasangan Kartodrono dan Minah. Semasa muda, dia menjadi murid dari misionaris Protestan, Christina Petronella Philips-Steven di daerah Bagelen, Purworejo. Ia kemudian dibaptis di Bagelen tanggal 27 Desember 1860 pada umur 15 tahun menggunakan nama Chepas.
Setelah kembali ke Yogyakarta pada awal 1860-an, Cephas mulai menjalani magang sebagai fotografer di Keraton Yogyakarta. Dari sinilah karier Chepas sebagai fotografer dimulai. Berikut selengkapnya:
-
Siapa fotografer pertama di Indonesia? Mengutip laman Asia Pacific Photography, fotografer perempuan pertama itu bernama Thilly Weissenborn.
-
Siapa Bapak Persandian Republik Indonesia? Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati lahir pada 11 Maret 1914 di Ciamis, Jawa Barat dan wafaf di usia 70 tahun pada 23 Juni 1984.
-
Apa yang paling terkenal di Indonesia? Rendang adalah masakan khas Indonesia yang diakui sebagai masakan terlezat di dunia, setidaknya berdasarkan survei yang dilakukan CNN International pada 2011.
-
Siapa fotografer di pemotretan Fuji? Beginilah penampilan cantik Fuji dalam sesi pemotretan terbarunya bersama fotografer kondang Fandy Susanto atau yang lebih dikenal sebagai pemilik akun FD PHOTOGRAPHY.
-
Siapa fotografer pemotretan Cut Tari? Cut Tari dan Rio Motret mempersembahkan pemotretan terbaru yang memikat dengan tema klasik.
-
Siapa yang mengklaim foto tersebut sebagai dokumen sejarah? Dalam narasi yang diunggah di Facebook Kisah Ulama dan Sejarah Nusantara, foto itu diklaim merupakan dokumen bersejarah satu keluarga dengan leher terpanjang diambil pada tahun 1860.
Fotografer Budaya
©Wikipedia.org
Semenjak bekerja sebagai fotografer di Keraton Yogyakarta, Cephas mendapat bimbingan langsung dari Sri Sultan Hamengkubuwana VI. Karyanya kemudian dipamerkan kepada masyarakat pada tahun 1888 dalam sebuah publikasi “In den Kedaton te Jogjakarta” oleh Isaac Groneman.
Seiring kemajuan teknologi, Cephas kemudian membeli kamera baru tahun 1886 yang memungkinkan memotret 1/400 kali dalam satu detik. Pada tahun 1889, Cephas ditunjuk sebagai fotografer situs Candi Prambanan.
Selain itu dia juga ditugaskan untuk memotret Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur yang baru ditemukan tahun 1885. Karena ia hanya menerima sepertiga dari subsidi pemerintah, Cephas tidak dapat menyelesaikan target jumlah foto relief tersebut yaitu 300 foto.
Secara keseluruhan, ia hanya memotret 160 panel relief serta tambahan empat foto tambahan untuk menjelaskan gambaran umum situs tersebut. Foto-foto tersebut dipublikasikan 30 tahun kemudian oleh KITLV sebagai koleksi cetak collotype.
Dapat Penghargaan Internasional
©Wikipedia.org
Setelah menyelesaikan proyek Karmawibhangga Borobudur, Cephas ditunjuk sebagai anggota luar biasa Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen atas hasil pekerjaannya sebagai fotografer dan praktisi arkeologi Hindia.
Pada tahun 1897, ia memotret kunjungan Raja Thailand Chulalongkorn ke Yogyakarta. Sebagai ucapan terima kasih, raja Thailand menghadiahkannya sebuah kotak berisi tiga kancing dari batu permata.
Pada 1899, Cephas bekerja sama dengan Groneman mendokumentasikan peringatan pengangkatan Hamengkunegara III sebagai Putra Mahkota Kesultanan. Pertunjukan selama empat hari itu menyedot perhatian 23.000 hingga 36.000 orang.
Hasilnya, sebuah buku beludru biru bersampul emas berisi foto-foto pertunjukan itu dihadiahkan pada saat pernikahan Ratu Wilhelmina dan Pangeran Hendrik dari Belanda pada tahun 1901. Setahun setelahnya, Cephas berhasil mendapat medali emas kehormatan dari Ordo van Oranje-Nassau atas jasa-jasanya dalam memotret dan melestarikan budaya Jawa.
Kehidupan Pribadi Kassian Cephas
©Wikipedia.org
Kassian Cephas menikah dengan Dina Rakijah, seorang wanita Kristen Jawa dan anak Soerobangso dan Rad Rakemah pada 22 Januari 1866. Dari pernikahan itu, dia dikaruniai lima orang anak yaitu Naomi, Jacob, Sem, Fares, dan Jozef. Salah satu anaknya, Sem, mengikuti jejak ayahnya dan ikut bekerja di studio milik Cephas sebagai fotografer sekaligus pelukis.
Waktu berjalan, Kassian Cephas pensiun dari dunia fotografi pada usia 60 tahun. Setahun setelah istrinya wafat, di tahun 1912 Cephas meninggal pada usia 67 tahun karena sakit.
Perusahaan fotografi yang telah ia ritis harus tutup beberapa tahun kemudian setelah anaknya, Sem Cephas, meninggal pada 20 Maret 1918 karena kecelakaan berkuda. Mereka semua dimakamkan di Yogyakarta di antara Pasar Beringharjo dan Lodji Kecil. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Sosok ini disebut-sebut mempopulerkan istilah Swiss Van Java di Garut. Siapakah dia?
Baca Selengkapnya
Frans S. Mendur, pria asal Minahasa ini menjadi fotografer pertama yang mengabadikan momen proklamasi kemerdekaan.
Baca Selengkapnya
Sandiaga mengungkapkan, komunitas fotografer juga secara langsung turut berkontribusi mempromosikan berbagai destinasi lokal.
Baca Selengkapnya
Momen gadis cantik asal Jepang diajak untuk berfoto oleh fotografer asal Indonesia
Baca Selengkapnya
Meski namanya sangat kental dengan Belanda, namun sosoknya menjadi pionir dalam menciptakan ejaan Bahasa Indonesia yang kita sekarang gunakan ini.
Baca SelengkapnyaPeristiwa pembacaan Proklamasi berhasil diabadikan oleh Mendur bersaudara yakni Frans dan Alex.
Baca Selengkapnya
Tokoh berkebangsaan Jerman ini pernah melakukan perjalanan ke Asia Tenggara dengan karyanya yang berjudul The People of East.
Baca Selengkapnya
Asisi dan istri bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
Baca Selengkapnya
Ada beberapa momen unik aktivitas tentara Belanda saat di Indonesia.
Baca Selengkapnya
Pelukis kelahiran Semarang ini adalah salah satu pioner lukisan yang beraliran romantisme.
Baca Selengkapnya
Berikut potret Bapak Pendidikan Nasional saat dikunjungi oleh sosok penguasa Indonesia sebelum wafat.
Baca Selengkapnya
Berikut sosok Pahlawan Nasional pengibar Bendera Merah Putih pertama di Papua ketika masih diduduki oleh Belanda.
Baca Selengkapnya