Hormati Leluhur, Masyarakat Lereng Merbabu Punya Tradisi Syawalan Unik
Merdeka.com - Tiap daerah di Indonesia punya caranya sendiri dalam memperingati Syawalan. Bagi masyarakat lereng Merbabu, mereka menyambut acara tahunan itu dengan tradisi Sungkem Tlompak.
Dilansir dari ANTARA, Sungkem Tlompak adalah tradisi yang diperingati warga Dusun Keditan, Desa Pogalan, Kecamatan Pakis bersama para kelompok kesenian setiap tanggal 5 Syawal di sumber air Tlompak Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Magelang.
Menurut sesepuh warga, Sujak, tradisi ini dilaksanakan sebagai bentuk pelestarian budaya leluhur, terutama terkait dengan pengait kerukunan antar warga dan pelestarian sumber air untuk kehidupan sehari-hari.
Awal Mula Pelaksanaan Tradisi Sungkem Tlompak
©2020 antaranews.com
Dilansir dari ANTARA, tradisi Sungkem Tlompak bermula dari paceklik di Dusun Keditan pada masa lalu. Waktu itu sejumlah sesepuh dusun Tlompak kemudian melakukan tirakat di sumber air Tlompak.
Dari hasil tirakat itu, mereka mendapat bisikan dari penunggu tempat itu yang dikenal sebagai Kiai Singo Barong yang intinya wajib melakukan Sungkem Tlompak setiap tanggal 5 Syawal. Jika tanggal itu bertepatan dengan Hari Jum’at atau Senin legi, maka tradisi itu harus dijalani warga pada tanggal 6 Syawal.
Persiapan Sebelum Acara
©2020 antaranews.com
Warga Dusun Gejayan sudah melakukan persiapan untuk warga Keditan dalam menyelenggarakan Sungkep Tlompak sejak awal Bulan Ramadan. Mereka bergotong-royong membersihkan sumber air Tlompak yang berjarak 400 m dari Dusun Gejayan, membuat berbagai instalasi seni pertanian dengan bahan alami, serta membuat panggung untuk pentas rakyat juga menggunakan bahan alam.
Sekitar 20 kesenian tradisional dari berbagai dusun di kawasan barat Gunung Merbabu dipentaskan dalam rangkaian acara Sungkem Tlompak itu.
Mempersatukan Warga untuk Guyub Rukun
©beritamagelang.id
Adanya Tradisi Sungkem Tlompak membuat suasana desa menjadi ramai sepanjang siang hingga malam hari. Berbagai kesenian dari tiap dusun di lereng Merbabu dipentaskan di halaman rumah juru kunci Tlompak. Kesenian itu antara lain tarian campur bawur, gedruk, topeng ireng, sesonderan, makani barongan, geculan bocah, soreng, brondut, dan mondolan.
“Kami melaksanakan tradisi ini sebagai kebaikan yang mempersatukan, membuat warga tetap guyub,” kata Sujak dalam pidatonya dikutip dari ANTARA.
Prosesi Jalannya Sungkem Tlompak
©YouTube/Gejayan TV
Dalam tradisi ini, peserta berjalan menuju sumber air dengan dipimpin juru kunci Tlompak. Dalam iringan rombongan itu, beberapa orang membawa sesaji yang menjadi syarat untuk menjalani tradisi tersebut.
Setelah sampai di sumber mata air, para warga duduk bersila. Sementara itu para sesepuh meletakkan sesaji di tempat itu. Setelah itu barulah sang juru kunci menaburkan bunga mawar, membakar kemenyan, dan mengucapkan do’a selama beberapa saat.
Para warga kemudian antre mengambil air dengan plastik yang telah mereka bawa untuk dibawa pulang. Sementara itu para penari menyuguhkan tarian prajuritan di sumber mata air itu selama beberapa saat.
Sebagai Doa dan Harapan
©YouTube/Gejayan TV
Dalam acara ini, warga Dusun Keditan berdoa kepada Tuhan agar terbebas dari musibah, memperoleh kesehatan, kebaikan bagi anak-anak, kelancaran rezeki, serta ketentraman dan kedamaian hidup.
Untuk menyambut para kerabat mereka dari Dusun Keditan, Kepala Dusun Gejayan Sulis Prasetyo bersama sesepuh warga lainnya mengenakan pakaian adat Jawa untuk menyambut kedatangan 250 warga Keditan yang menjalani tradisi tersebut di sumber mata air Tomplak.
“Kami warga Gejayan menyambut kedatangan warga Keditan untuk tradisi Tlompak, semoga doa dan harapan warga mendapat rida dari Allah SWT. Semoga warga mendapat keselamatan dan bisa hidup tentram,” ujar Sulis.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaTradisi itu diadakan sebagai bentuk apresiasi terhadap hewan ternak sapi sebagai makhluk Tuhan
Baca SelengkapnyaBodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tradisi ini juga dibarengi dengan sajian kuliner khas Palembang, seperti tekwan hingga aneka macam kue yang disajikan oleh tuan rumah.
Baca SelengkapnyaSelain sebagai hiburan, menyaksikan keseruan kerbau beradu kecepatan, kultur ini juga sebagai simbol rasa syukur dan doa para petani,
Baca SelengkapnyaKampung adat ini masih menjalankan tradisi leluhur
Baca SelengkapnyaTradisi ini unik, karena uang sumbangan jenguk bisa untuk membeli kendaraan
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaSalah satu tarian tradisional asli masyarakat Suku Kerinci dari daerah Hamparan Rawang ini selalu menghadirkan penampilan yang membuat decak kagum.
Baca Selengkapnya