Mengulik Tradisi Sapu Koin di Indramayu, Berawal dari Kecelakaan Tragis
Merdeka.com - Pengendara yang melewati Jembatan Sewo, Indramayu akan menemukan orang-orang yang duduk di pinggir jalan. Mereka duduk berjejer sambil membawa sapu lidi panjang di sisi kiri dan kanan jalan.
Mereka adalah para penyapu koin yang menunggu para pengendara melemparkan uang ke arah jalan, baik uang berbentuk koin maupun kertas. Saat pengendara melemparkan uang, para penyapu koin akan berebut untuk mengambil uang yang dilempar tersebut dengan cara menyapunya.
Lantas sejak kapan tradisi ini berasal? Berikut selengkapnya:
Kisah Mistis Dua Pengemis
©Liputan6.com/Herman Zakharia
Dilansir dari Liputan6, tradisi penyapu koin di Jembatan Sewo Indramayu ini konon telah berlangsung selama bertahun-tahun. Warga percaya, konon hidup kakak beradik yaitu Saedah dan Saeni yang sehari-hari mengemis di Jembatan Sewo.
Nahas, mereka berdua meninggal dunia di sekitar jembatan tersebut. Untuk menghormati arwah keduanya, masyarakat setempat melakukan ritual lempar uang di jembatan itu.
Pada masa itu, Saeni dan Saedah sering mementaskan seni ronggeng di sekitar jembatan. Saedah berperan sebagai penabuh genderang sementara Saeni adalah penarinya.
Keberadaan Saeni dan Saedah itu membuat masyarakat percaya bahwa Jembatan Sewo begitu mistis. Bahkan kemistisannya semakin kental saat terjadi kecelakaan tragis di jembatan tersebut.
Tragedi Maut
©2021 Merdeka.com/Fiqi Achmad
Kecelakaan tragis itu terjadi pada 11 Maret 1974. Saat itu, bus pengangkut transmigran dari Boyolali hendak menuju Sumatera Selatan. Saat melintasi Jembatan Sewo, bus tergelincir dan masuk ke sungai. Bus itu kemudian terbakar.
Kejadian itu menewaskan 67 orang. Semua korban tewas dimakamkan di pemakaman umum yang terletak di dekat lokasi kejadian.
Sejak kejadian itu, banyak pengendara yang melemparkan uang saat melintasi Jembatan Sewo. Hingga kini, ritual lempar koin itu masih dilakukan.
Begitupun warga sekitar yang memungut koin-koin itu dengan ritual sapu koin. Bahkan beberapa warga menjadikan ritual itu sebagai mata pencaharian. Terlebih pendapatan akan semakin meningkat saat Ramadan hingga masa mudik lebaran.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bermula dari hobi, pemudi asal Indramayu ini ciptakan kain simpul yang bernilai ekonomi tinggi
Baca SelengkapnyaTradisi ini unik, karena uang sumbangan jenguk bisa untuk membeli kendaraan
Baca SelengkapnyaDalam tradisi Lingga-Riau, kain ini juga menjadi makna simbolis dari norma kesopanan dan kesantunan dalam berpakaian.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dia memastikan, seluruh penduduk Indonesia yang terdata sebagai penerima bantuan akan menerima beras dan uang hingga Juni 2024 nanti.
Baca SelengkapnyaKain ini menjadi bahan pakaian kebesaran Muntok dan juga menggambarkan status sosial.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri.
Baca SelengkapnyaTengkorak Zaman Romawi Dikubur Bersama Perhiasan Emas dan Sepatu Kulit Mahal, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Baca SelengkapnyaProgres pembangunan pabrik sepatu itu sudah berjalan, yang ditandai dengan dilaksanakannya peletakan batu pertama.
Baca SelengkapnyaTradisi ini juga dibarengi dengan sajian kuliner khas Palembang, seperti tekwan hingga aneka macam kue yang disajikan oleh tuan rumah.
Baca Selengkapnya