Mengenal Keroncong Tugu, Musik Keroncong Asli Betawi yang Eksis Sejak 1661
Merdeka.com - Perkembangan musik keroncong di Indonesia tidak terlepas dari bangsa Portugis yang pertama kali membawa musik bercirikan gitar ukulele tersebut ke Tanah Air. Musik yang sudah berkembang sejak tahun 1600-an tersebut memang sudah sangat populer di Indonesia. Terutama jika kita singgah di kota-kota seperti Solo dan Yogyakarta, musik keroncong selalu terdengar di tempat-tempat keramaian seperti kedai kopi atau cafe.
Namun tahukah Anda, jika di Jakarta sendiri musik keroncong telah populer sejak awal kemunculannya di Indonesia. Keroncong Tugu lah yang disinyalir mempopulerkan musik tradisional tersebut. Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Keroncong Tugu pertama kali muncul di Jakarta pada tahun 1661 melalui para tawanan Portugis yang ditahan oleh Belanda.
Sejarah Keroncong Tugu
jakarta.go.id 2020 Merdeka.com
Menurut situs Kemendikbud, seni musik Keroncong Tugu pertama kali lahir dari kalangan masyarakat keturunan Portugis yang tinggal di kawasan kampung Tugu, Jakarta Utara.
Menurut Guido Quiko, pemimpin Orkes Keroncong Cafrinho Tugu, ketika Malaka yang dikuasai Portugis jatuh ke tangan Belanda pada 1641, sekitar 800 tawanan Portugis diasingkan ke Batavia.
Dari ratusan tawanan tersebut, di tahun 1661, 23 keluarga dimerdekakan dan diberi kebebasan untuk tinggal tanpa membayar pajak oleh penjajah Belanda di area seluas 20 hektare di Kampung Tugu, dengan persyaratan berpindah keyakinan dari Katolik ke Kristen Protestan. Sejak itu, 23 keluarga Portugis hidup dari bercocok tanam, berburu, dan memancing ikan.
Di kawasan rawa-rawa Cilincing itulah eks orang buangan yang dijuluki kaum Mardikers ini membangun komunitas yang kini dikenal sebagai orang Kampoeng Toegoe dan tentunya ini merupakan cikal bakal dari komunitas Keroncong Tugu.
Selama hidup di sana, mereka membutuhkan hiburan untuk mengusir rasa jenuh, karena pada saat itu untuk dapat menikmati hiburan mereka harus berjalan kaki dengan jarak tempuh yang cukup jauh dan melalui hutan lebat, ke area Kota Tua.
Oleh karena tu, mereka membuat alat musik sendiri yang dibuat dari batang kayu bulat, dari beberapa jenis pohon antara lain pohon nangka, kenanga, dan waru. Mereka membuat gitar kecil menyerupai tapakkunyo, alat musik tradisi Portugis. Mereka menyebutnya alat kreasinya, macina.
Pelopor Orkes Keroncong Tugu
Dari situs Kemendikbud juga diketahui bahwa Orkes Keroncong Tugu pertama kali berdiri pada tahun 1925. Pada saat itu Yosep Quiko mengajak para pemuda untuk memainkan musik tersebut dan terbentuklah Himpunan Orkes Poesaka Krontjong Moresco Toegoe, di tahun 1925.
10 tahun kemudian, pada tahun 1935, himpunan ini dialih kelolakan kepada adiknya yang bernama Jacobus Quiko. Mulai tahun 1950 himpunan keroncong ini semakin menunjukkan pakem dan gaya permainan yang menjadi ciri khas Keroncong Tugu.
Perbedaan dengan Keroncong Solo
GNFI 2020 Merdeka.com
Menurut informasi dari jakarta.go.id, terdapat beberapa perbedaan yang mencolok antara Keroncong Tugu dengan Keroncong dari Jogja atau Solo. Keroncong Tugu memiliki instrumen yang khas yakni menggunakan gitar Tugu yang ukurannya lebih kecil dari gitar ukulele biasa. Senarnya pun hanya ada lima.
Di kalangan penduduk Tugu, gilar mini ini disebut jitera yang dibuat dati batang pohon waru yang dibobok. Rebana pun yang diadopsi dari alat musik khas Betawi diadopsi dan dijadikan ciri khas Musik Keroncong ala Kota Jakarta tersebut. Selain itu Keroncong Tugu tidak menggunakan alat music tiup dalam komposisinya.
Jika dibandingkan dengan keroncong di Solo maupun Jogja, Keroncong Tugu memiliki tempo yang lebih cepat dan dinyanyikan dengan lebih bersemangat mewakili kalangan masyarakat imigran dari Portugis tersebut. Karena itu, keroncong Tugu juga sering dimainkan untuk mengiringi dansa.
Berkembang di Tahun 1970-an Hingga Saat Ini
https://keroncongtugu.skyrock.com/&GNFI 2020 Merdeka.com
Pamor Keroncong Tugu sempat menurun di tahun 1940-an. Keroncong Tugu terus mengalami transformasi hingga pada tahun 1970-an Gubernur DKI Jakarta saat itu Ali Sadikin mengintruksikan masyarakat Tugu untuk menunjukkan kembali potensi yang ada di Kampung Tugu, termasuk musik keroncong Tugu. Tujuannya agar keberadaan masyarakat Tugu diakui pemerintah.
Di bawah kepemimpinan Samuel Quiko ini, Keroncong Tugu terus berinovasi dengan menggabungkan gaya yang sedang populer pada saat itu hingga meraih pengharggaan budaya dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Hingga saat ini keroncong Tugu mulai tampil di berbagai tempat, antara lain di Pasar Malam Besar yang dikenal sebagai Tongtong Festival di Belanda.
Sejak tahun 1970-an Keroncong Tugu telah dikenal dan diakui oleh Pemerintah DKI Jakarta sebagai jenis musik khas Jakarta dengan rebana dan tanpa alat musik tiup sebagai identitas utamanya. Saat ini Keroncong Tugu sudah sangat berkembang bahkan diminati oleh kalangan milenial.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berbeda dengan Angklung, Begini Sejarah Alat Musik Calung yang Dulu Jadi Teman Petani Sunda saat Jaga Sawah
Calung ternyata punya sejarah yang menarik untuk mengobati rasa kesepian para petani Sunda
Baca SelengkapnyaMengenal Seni Gejog Lesung, Wujud Kegembiraan Kaum Petani di Yogyakarta setelah Masa Panen
Perkembangan musik gejog lesung telah mengalami modifikasi dan sentuhan-sentuhan kreatif dari para musisi perdesaan agar tetap punya daya tarik.
Baca SelengkapnyaSederet Nama Musisi yang jadi Wakil Rakyat, Terbaru Ada Pentolan Band Dewa 19
Ada musisi yang terpilih untuk periode kedua dalam Pemilu 2024 ini. Siapa saja mereka? Berikut ulasan selengkapnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengenal Tarian Rentak Kudo, Kesenian Tradisional Kolosal Khas Suku Kerinci
Salah satu tarian tradisional asli masyarakat Suku Kerinci dari daerah Hamparan Rawang ini selalu menghadirkan penampilan yang membuat decak kagum.
Baca SelengkapnyaDiisi Deretan Aksi Panggung Musisi Terkenal Indonesia, Yuk Intip Kemeriahan KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024
BRI dukung penyelenggaraan KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024. Seperti apa keseruannya?
Baca SelengkapnyaPerahu Bidar, Tradisi Lomba Perahu di Sungai Musi yang Sudah Ada sejak 1898
Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca SelengkapnyaKenalan dengan Uniknya Tari Kukupu Khas Jawa Barat, Adopsi Siklus Hidup Serangan dengan Elemen Balet
Tarian khas Sunda yang unik dan menggambarkan lahirnya serangga kupu-kupu.
Baca SelengkapnyaUniknya Tradisi Ngamplop saat Jenguk Tetangga Sakit di Sumedang, Uang yang Terkumpul Bisa untuk Beli Kendaraan
Tradisi ini unik, karena uang sumbangan jenguk bisa untuk membeli kendaraan
Baca SelengkapnyaUniknya Tradisi Khitan di Salawu Tasikmalaya, Warga Keliling Kampung Sambil Menabuh Angklung
Tradisi khitanan ini unik, karena diiringi warga dengan keliling kampung sembari menabuh angklung.
Baca Selengkapnya