Fakta Menarik Museum Tekstil di Jakarta Barat, Dulunya Markas Tentara Rakyat
Pertengahan tahun 1970-an terjadi penurunan penggunaan kain tradisional (wastra) oleh kalangan masyarakat. Pakaian modern kemudian mulai dilirik dan menjadi tren baru, terutama di kalangan anak muda.
Toko-toko busana kala itu mulai menjual berbagai jenis fashion seperti kemeja, kaus berkerah hingga celana cutbray. Usut punya usut, perubahan tren berpakaian ini karena masifnya kebudayaan barat yang mulai masuk di Indonesia.
Ini kemudian memicu rasa prihatin oleh masyarakat pencinta kain batik dan tradisional, hingga membangun sebuah wadah cikal-bakal dari Museum Tekstil. Bangunan ini kemudian menjadi arsip bagi ribuan pakaian asli nusantara dengan kisah sejarah panjang.
Dulunya Markas BKR
Jika diruntut soal sejarahnya, bangunan ini rupanya sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.
Tidak diketahui pasti kapan gedung ini berdiri. Namun gedung ini sudah aktif sebagai markas dari tentara Barisan Keamanan Rakyat (BKR).
Mengutip laman Pusat Perhubungan Angkatan Darat (PUSHUBAD), BKR merupakan tentara bentukan negara untuk mengamankan kondisi sosial dan lingkungan masyarakat di masa silam. Boleh dikatakan jika PUSHUBAD merupakan cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia atau TNI AD.
berita untuk kamu.
Menjadi Tempat Arsip Kain Tradisional
Fungsi sebagai markas tentara ini tidak berlangsung lama, sampai sekira 1950-an.
Ketika itu kondisi perang akibat akuisisi penjajah Belanda sudah hilang, termasuk kekacauan politik di masa kosongnya pemerintahan.
Punya Koleksi hingga 1914 Kain
Mengutip Instagram Parekraf Jakbar, sampai dengan 2023 kemarin, Museum Tekstil memiliki koleksi hingga 1914 kain tradisional.
Kain-kain tersebut terdiri dari berbagai jenis dan bahan seperti tenun, batik, kontemporer dan campuran dari berbagai daerah.
Namun dari ribuan koleksi itu hanya 120 lembar kain yang bisa dipamerkan dan disaksikan keindahannya oleh par penikmat sejarah kain.
Pengunjung Bisa Membatik Langsung
Keunikan lainnya dari Museum Tekstil adalah pengunjung bisa menyaksikan atau ikut terlibat secara langsung dalam pembuatan kain batik.
Di sana sudah disediakan alat berupa pemanas lilin, lilin cair, kain polos dan canting untuk melukis pola.
Tak perlu khawatir bagi yang berminat, karena pengelola sudah menyiapkan mentor yang akan medampingi pengunjung untuk membuat motif dan melukis kain batik di sana. Pembuatannya juga terdapat pola celup dan tulis.
Tiket Masuk dan Jam Operasional
Untuk tiket masuknya pengunjung akan dikenakan biaya sebesar Rp5 ribu per orang, sehingga bisa menambah khazanah seputar kain tradisional tersebut.
Jam operasional dari Museum Tekstil adalah Selasa sampai Minggu mulai pukul 07:00 WIB pagi sampai pukul 16:00 WIB.
- Nurul Diva Kautsar
Lokomotif ini diklaim tertua di Indonesia. Begini kisahnya
Baca SelengkapnyaDi museum ini pengunjung seakan diajak menapaki jejak masa silam kejayaan peranakan Tionghoa di Tangerang.
Baca SelengkapnyaBatik-batik ini sarat nilai sejarah dan budaya. Batik Madiun masih terus dilestarikan hingga kini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Produk kerajinan batik kayu di Krebet telah menjangkau pasar nasional maupun internasional
Baca SelengkapnyaKementerian Agam merilis batik haji Indonesia setelah 12 tahun tidak diganti.
Baca SelengkapnyaDi balik hingar bingarnya, Cakung menyimpan banyak kisah unik yang jarang diketahui.
Baca SelengkapnyaDi Jawa, wahyu temurun bisa dimaknai petunjuk dari Allah yang berkaitan dengan pangkat atau kedudukan.
Baca SelengkapnyaSalah satu batik khas Kota Madiun ialah Batik Keris Asoka. Penamaan batik ini memiliki filosofi mendalam
Baca SelengkapnyaTarian ini pertama kali ditampilkan saat peresmian Museum Kretek Kudus pada 3 Oktober 1986.
Baca Selengkapnya