Cara Unik Petani Sunda Syukuri Panen, Tirukan Suara Katak lewat Seni Bangkong Reang
Merdeka.com - Suara katak yang bersahutan di sawah coba ditirukan oleh para petani yang bermukim di wilayah Jawa Barat agak selatan. Mereka melakukannya sebagai bentuk syukur karena hasil panen yang bagus.
Tradisi yang kemudian diberi nama Bangkong Reang ini turun temurun dilakukan oleh sebagian warga di Kabupaten Bandung hingga Cianjur, Jawa Barat. Dalam bahasa Sunda, 'bangkong' memiliki arti katak sedangkan 'reang' adalah saling bersahutan dengan pola nada tertentu.
Seni Bangkong Reang juga mengikuti pola nada tersebut lewat sejumlah alat musik yang terbuat dari bambu. Dalam setiap penampilannya, petani akan memainkan kesenian Bangkong Reang secara berkelompok, dengan mengenakan pakaian khas Sunda. Berikut selengkapnya.
Bentuk Syukur terhadap Tuhan
©2023 Dokumentasi Kemdikbud/Merdeka.com
Mengutip laman Kebudayaan Kemdikbud, Rabu (1/3) ada dua alat musik utama dalam kesenian Bangkong Reang adalah bambu dan gembyung. Gembyung merupakan seperangkat perkusi berupa bass, keprak, kolotok dan rengkong.
Untuk memainkan ini, dibutuhkan sekitar enam orang dengan masing-masing memegang alat musik. Mereka akan berjalan di sepanjang persawahan dengan membawa hasil panen padi yang dipikul sembari menari mengikuti irama musik.
Sebagai kesenian yang berlangsung turun temurun, kesenian Bangkong Reang biasanya menyanyikan lagu-lagu bertema cerita rakyat yang berhubungan dengan rasa syukur kepada tuhan.
Tirukan Suara Katak
©2023 YouTube Disparbud Jabar/Merdeka.com
Saat dibunyikan, alat-alat musik itu akan menghasilkan suara yang harmonis, dan samar-samar terdengar seperti katak yang bersahutan. Ini semakin unik, dengan iringan penyanyi berbahasa Sunda.
Suara kodok sendiri muncul dari potongan bambu yang dipangkas sisinya, sehingga menghasilkan nada rendah dan sedikit bergetar. Nada ini memiliki irama genap dan ganjil antar pemainnya.
Dulunya, seni ini juga berangkat dari upaya mengusir raja jenuh saat mengajak domba peliharaan makan rumput di dekat sawah hingga bergeser menjadi bentuk penghormatan kepada ratu kesuburan tani Sunda, Dewi Sri Pohaci yang dianggap sakral.
Sampai saat ini, masyarakat Sunda parahyangan masih terus memainkannya dengan tujuan nguri-uri atau ngamumule (melestarikan) warisan nenek moyang di masa lampau.
Pertama Kali Dimainkan Tahun 1933
Mengutip kanal YouTube Disparbud Jabar, salah seorang pemain Bangkong Reang, Aep Damanhudin, menjelaskan bahwa asal mula kesenian ini berangkat dari warga yang menggembala kambing di area persawahan tahun 1933.
Ketika itu pelopornya bernama Aki Bahri dan Aki Musani yang merupakan sesepuh di kawasan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Keduanya berupaya memanfaatkan banyaknya bambu untuk meramaikan saat-saat panen di sawah.
Ketika dimainkan, terdapat suara katak yang saling bersahut-sahutan dan dianggap menambah komposisi nada sehingga lebih menarik. Dari situ kemudian kesenian ini terus ditampilkan ketika masa panen.
“Pencipta Bangkong Reang dari bambu adalah Aki Bahri dan Aki Musani. Mereka membuatnya dari bambu yang dipukul-pukul menghasilkan nada enak, dan di suatu ketika saat dipukul terdengar suara katak bersahutan” kata dia.
Bergeser jadi Kesenian Rakyat
Setelah sebelumnya memiliki fungsi sakral, kesenian Bangkong Reang perlahan mulai dipentaskan di acara-acara resmi desa setempat. Ketika itu bahkan terdapat lomba resmi dari kesenian tersebut.
Di tahun 1960 sampai 1990 an, seni ini mulai dimainkan di acara-acara yang bersifat pribadi seperti hajatan, khitanan hingga pernikahan. Saat itu, banyak generasi muda hingga tua saling berkolaborasi memainkan Bangkong Reang.
Kesenian ini lantas berkembang dan besar terutama di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Desa Cikawung, Kecamatan Ciparay (Kabupaten Bandung), serta di Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur.
“Kemudian di tahun 1965, ada acara keresmian di desa, saat itu ada lomba-lomba juga. Sebelumnya Bangkong Reang dirawat oleh cucunya Aki Bahri dan Musasi, sampai dipentaskan ke panggung-panggung” kata dia.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berbeda dengan Angklung, Begini Sejarah Alat Musik Calung yang Dulu Jadi Teman Petani Sunda saat Jaga Sawah
Calung ternyata punya sejarah yang menarik untuk mengobati rasa kesepian para petani Sunda
Baca SelengkapnyaContoh Sisindiran Bahasa Sunda Kocak, Mampu Menggelitik dan Bikin Tertawa Terbahak-bahak
Sisindiran Sunda ini juga mempunyai pesan yang hendak disampaikan pada pembaca atau para pendengar.
Baca Selengkapnya40 Pantun Bahasa Sunda Lucu Dijamin Mengocok Perut dan Bisa Cairkan Suasana
Berikut pantun Bahasa Sunda lucu yang cocok jadi referensi cairkan suasana.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
50 Contoh Pantun Lucu yang Menghibur, Cocok untuk Cairkan Suasana Saat Berkumpul
Berikut contoh pantun lucu yang menghibur dan cocok untuk mencairkan suasana saat berkumpul.
Baca Selengkapnya35 Kumpulan Pantun Lucu Sunda yang Menghibur dan Kocak, Bikin Hari Kian Berwarna
Pantun lucu Sunda bisa Anda coba ungkapkan saat berkumpul bersama teman hingga orang-orang terdekat.
Baca Selengkapnya30 Pantun Palang Pintu Lucu, Bikin Senyum Mengembang
Pantun palang pintu Betawi adalah salah satu bentuk seni tradisional masyarakat Betawi yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri.
Baca Selengkapnya8 Cerita Sunda Lucu Bikin Ngakak, Menghibur dan Mengocok Perut
Dari lelucon ringan hingga cerita penuh kecerdikan yang hanya bisa ditemukan di tanah Parahyangan, setiap narasi akan menjadi hiburan yang melepas lelah.
Baca SelengkapnyaMengenal Uniknya Pantun Sunda, Jadi Hiburan hingga Ditampilkan dalam Acara Ruwatan
Pantun Sunda berbeda dengan karya sastra Melayu, dan bisa digunakan untuk kegiatan ruwatan.
Baca SelengkapnyaBenarkah Penyaluran Bansos Pangan Buat Stok Beras Langka? Dirut Bulog Beri Penjelasan Begini
Bayu menegaskan tidak ada alasan bansos pangan menyebabkan stok beras di ritel modern menjadi lebih sulit.
Baca Selengkapnya