Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 Fakta Suria Kertalegawa, Mantan Bupati Garut yang Pro Belanda dan Tolak Kemerdekaan

5 Fakta Suria Kertalegawa, Mantan Bupati Garut yang Pro Belanda dan Tolak Kemerdekaan Suria Kertalegawa. ©2021 Instagram @merindink/ Merdeka.com

Merdeka.com - “Halo2 Garoet, kota aman djadi riboet.”“Halo2 Garoet, tempat orang toekang tjatoet.”“Boepati Garoet dahoeloe Soeria-NICA-legawa.”“Marilah boeng kita tangkap dia.” (dikutip dari Jurnal Pendidikan Sejarah UPI, No.7, Vol.IV Juni 2003)

Itulah sepenggal bait yang dinyanyikan oleh mantan Bupati Garut (1929-1944), R.A.A. Moehammad Moesa Soeria Kartalegawa, atau yang biasa dipanggil Suria Kertalegawa, juga Uca, dalam sidang parlemen Negara Pasundan bentukannya, pada 14 Mei 1948.

Dalam rapat itu, Uca menyanyikan lagu sebagai ungkapan perasaan terkait cap sebagai antek-antek NICA atau Netherlands Indies Civil Administration Menurutnya, nyanyian tersebut merupakan langkah menebar kebencian karena menolak kemerdekaan Indonesia yang masih seumur jagung saat itu.

Mantan Bupati Garut itu memang getol menyuarakan kebenciannya terhadap setiap aktivitas politik Republik Indonesia, bahkan ketidaksukaannya juga ia arahkan ke Presiden Soekarno hingga memilih memisahkan diri dan membentuk Negara Pasundan Federal. Melansir laman sejarah.upi.edu, Selasa (09/11) berikut informasinya.

Dikenal sebagai SoeriaNICAlegawa

suria kertalegawa

Suria Kertalegawa

©2021 Wikipedia / Merdeka.com

Penyematan nama Soeria-NICA-Legawa dianggap pas oleh masyarakat, khususnya di wilayah Kabupaten Garut. Dikarenakan kiprah politik Uca condong 'nunut' kepada kebijakan Belanda, dan kerap berlawanan dengan pemerintah Indonesia. Dari situ, dirinya mendirikan Partai Rakyat Pasundan (PRP) untuk membuka jalan politiknya memisahkan diri dari pemerintahan Soekarno.

Bahkan Uca tak ragu untuk mengaku sebagai Opsir KNIL dan melakukan perlawanan secara terbuka kepada pihak-pihak yang mendukung Indonesia. Hingga pada 11 Mei 1947, PRP mengadakan gerakan-gerakan teror dengan menculik sejumlah pejabat Republik Indonesia di Bogor.

“Dahoeloe golongan Repoebliken telah membladjar anak2 disekolah oentoek bernjanji dan njanjian itoe semata-mata ditoedjoekan kepada diri saja. Njanjian itoe dinjanjikan dihadapan saja oleh seorang keponakan perempoean jang beroesia 7 tahoen, tersaksi oleh seorang opsir KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indische Leger, sz),” sebut Suria Kertalegawa usai menyebutkan bait yang dinyanyikan keponakannya itu. 

Mendirikan Negara Pasundan

Berbagai upaya mengukuhkan partai bentukannya, salah satunya dengan mendirikan Negara Pasundan Federalis (versi Indonesia Serikat) yang berbeda dari Negara Pasundan versi Wiranatakusumah dari golongan republiken.

Dalam kegiatannya, Uca didukung oleh eks Perwira KNIL, Kolonel Santoso, penasehat politik Van Mook yang juga sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda, hingga kelompok Intel Belanda NAVIS.

Kartalegawa berusaha mewujudkan Negara Pasundan yang merdeka dari Indonesia. Usaha ini didukung Residen Belanda di Bandung, M. Klaasseen, yang menulis sebuah laporan, tertanggal 27 Desember 1946 bahwa PRP dipandang sebagai suatu gerakan rakyat yang spontan dan Residen menyambut gembira, karena di Tatar Pasundan timbul gerakan antirepublik.

Walau demikian, pemikiran Kertalegawa ini sempat bertentangan dengan Van Mook sebagai Gubernur Jenderal karena Negara Pasundan cukup menyulitkan rencana strategis Belanda dan menganggap Kertalegawa memiliki rekam jejak buruk sebagai koruptor.

“Kamu bertindak seperti Hitler. Kamu telah membuat hal itu sangat menyulitkan saya berkenaan dengan Republik. Proklamasimu tidak mempunyai persiapan. Tanpa pembuktian bahwa orang Sunda mendukung PRP, kamu berbuat tidak baik dengan proklamasi itu. Kamu adalah lawan Republik dan telah membuat hal-hal sulit bagi kami,” kata Van Mook, dalam suatu keterangannya.

Menolak Kemerdekaan dan Menganggap Soekarno Menomorduakan Orang Sunda

suria kertalegawa

Suria Kertalegawa dan Negara Pasundan ©2021 Instagram @merindink/ Merdeka.com

Uca memilih memberontak lantaran ia melihat setiap kebijakan Soekarno dianggap kerap menomorduakan orang Sunda. Menurutnya, perkembangan politik pemerintahan di Jawa Barat tidak pernah melibatkan orang Sunda secara langsung.

Bisa dilihat dari penunjukan gubernur pertama, kedua, dan ketiga di Jawa Barat, yang bukan orang Sunda seperti, Soetardjo Kartohadikoesoemo (Jawa), Datuk Jamin (Minang), dan Dr. Murdjani. Baru kemudian Sewaka yang orang Sunda ditunjuk sebagai Gubernur keempat di Jawa Barat

Ia juga mempertanyakan alasan Soekarno lebih mengakui Negara Indonesia Timur (NIT), daripada Negara Pasundan di Jawa Barat yang dianggap tak adil.

Negara Bentukannya Tak Disetujui Keluarga Sendiri

Jika dilihat dari tujuan Kertalegawa, Van Mook merasa gagasannya memecah posisi Republik dengan mendirikan negara-negara federal akan lancar, melalui langkah politik Uca.

Sayangnya, Uca dianggap terburu-buru hingga Negara Pasundan tidak berjalan maksimal. Usai berdirinya negara tersebut, Uca langsung menjadi sasaran dari kalangan yang menolak termasuk dari kalangan keluarganya sendiri.

Ketika ayah Uca mengetahui, ia menyuruh sang anak bersumpah di corong radio agar tidak menikah, sebelum sang ayah mati. Bahkan sang Ibu juga turut melampiaskan kekesalannya bahwa ia bersama anggota keluarga yang lain tidak menyetujui pendirian negara tersebut.

“Uca, ibu tak paham kau melakukan hal demikian, ingatkah kepada ibu dan saudara-saudaranmu? Mengapa kau memisahkan diri dari kami? Bahkan mang Abas (mantan Bupati Cianjur) tidak suka kepada negara Pasundan,” ungkap sang Ibu.

Berlatar Keluarga Ningrat

suria kertalegawa

Suria Kertalegawa ©2021 Instagram @merindink/ Merdeka.com

Suria Kertalegawa berangkat dari latar belakang keluarga menak alias ningrat. Beberapa anggota keluarganya menjadi bupati di beberapa daerah. Ia dilahirkan di Garut pada 26 Oktober 1907, dan meninggal pada 12 Maret 1978.

Saat usainya menginjak 16 tahun, Uca tamat dan berhasil meraih ijazah dari Sekolah Dasar Belanda Europeesche Lagere School (ELS), lima tahun kemudian ia berhasil menyelesaikan HBS (Hogere Burger School), dan menamatkan Technische Burgerscool pada tahun 1935.

Jejak kariernya mulus, ia pernah magang di pegawai pemerintahan Hindia Belanda, Cianjur pada tahun 1928 sebagai Asisten Wedana di Langkaplancar dan Cibeureum. Kemudian menjadi Asisten Wedana Kelas I di Sukabumi, dan Wedana Soreang di Bandung pada tahun 1936.

Di tahun berikutnya, ia menjadi Wedana Patih dan Wedana Bupati Bandung, dalam masa jabatan yang sama antara Desember 1938 sampai 1943 di Garut. Kariernya kian melejit usai menjadi anggota Provinsi Residen Jawa Barat pada tahun 1936, dan anggota Dewan Rakyat (Volksraad) pada tahun 1939.

Tugasnya menjadi kian berat saat menjadi Bupati Garut di masa penjajahan Belanda karena harus tenaga romusha, pengumpulan padi, sampai dengan penyediaan wanita penghibur (yugun ianfu).

Di masa revolusi pasca PD II, pasukan kolonial Belanda mencoba kembali merebut kekuasaan, dengan ‘merekrut’ antek-antek kontra kemerdekaan, salah satunya Suria Kertalegawa.

“Kita sekarang telah bebas dari penjajahan Belanda tetapi janji kemerdekaan tidak diberikan,” kata Uca.

(mdk/nrd)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Nasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur

Nasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur

Kisah sedih para tahanan wanita asal Belanda usai tentara Jepang berhasil menguasai Nusantara.

Baca Selengkapnya
4 Fakta Carok Madura, Pertama Kali Terjadi pada Masa Penjajahan Belanda Kini Sering Disalahpahami

4 Fakta Carok Madura, Pertama Kali Terjadi pada Masa Penjajahan Belanda Kini Sering Disalahpahami

Saat itu, carok jadi strategi penjajah mengadu domba pribumi dengan jagoan kaki tangan mereka.

Baca Selengkapnya
Inilah beberapa Fakta Unik tentang Asri Welas yang Terbukti sebagai Keturunan Pahlawan Nasional Indonesia.

Inilah beberapa Fakta Unik tentang Asri Welas yang Terbukti sebagai Keturunan Pahlawan Nasional Indonesia.

Inilah Fakta Unik Asri Welas, Masih Ada Keturunan dari Pangeran Diponegoro. Yuk, Intip Faktanya!

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Surya Paloh: Gagasan Pemikiran Negara Ini Republik Bukan Kerajaan

Surya Paloh: Gagasan Pemikiran Negara Ini Republik Bukan Kerajaan

Gagasan itu dikatakan Surya Paloh perlu dihormati.

Baca Selengkapnya

"Prabowo 'Sowan' ke Parpol di Luar Koalisi, Gerindra Tegaskan Komitmen pada Jawa Barat"

Jawa Barat merupakan provinsi yang mencatat sejarah bahwa Gerindra menang dua kali berturut-turut di Jawa Barat.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Roestam Effendi, Sastrawan Sumatera yang Memperjuangkan Kemerdekaan Lewat Politik

Mengenal Sosok Roestam Effendi, Sastrawan Sumatera yang Memperjuangkan Kemerdekaan Lewat Politik

Pria asal Minangkabau ini merupakan sastrawan yang beralih menjadi politikus dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Istana Kutip Pernyataan Ganjar: Jangan Sampai Menganggap Lawan Politik Itu Sebagai Musuh

Istana Kutip Pernyataan Ganjar: Jangan Sampai Menganggap Lawan Politik Itu Sebagai Musuh

Ari lantas mengutip pernyataan Ganjar agar persatuan Indonesia harus terus dibangun melalui kedewasaan berdemokrasi dan berpolitik.

Baca Selengkapnya
Bapaknya Pejabat Negara, Pria Ini Kenal Megawati Sejak Usia 5 Tahun Hingga Sukses Jadi Kepala Daerah

Bapaknya Pejabat Negara, Pria Ini Kenal Megawati Sejak Usia 5 Tahun Hingga Sukses Jadi Kepala Daerah

Anak tokoh nasional dianggap 'akrab' dengan Megawati sejak usia 5 tahun sampai sukses menjadi kepala daerah. Siapa sosok yang dimaksud?

Baca Selengkapnya
Tempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku

Tempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku

Simak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.

Baca Selengkapnya