Tentara Belanda Pamer Alat Perang US Army, Sukarno Protes Keras ke Amerika
Merdeka.com - Usai Perang Dunia II, Amerika Serikat enggan mengangkut kembali peralatan perang mereka di front Pasifik. Untuk 'membuang' limbah-limbah militer itu, cara yang paling memungkinkan adalah menghibahkannya kepada Belanda yang tengah berhadapan dengan kaum nasionalis Indonesia.
Penulis: Hendi Jo
Antara Agustus 1946- Maret 1947, gabungan Brigade Marinir dan beberapa batalyon Angkatan Darat dari Angkatan Perang Kerajaan Belanda membombardir Surabaya dan sekitarnya. Dalam serangan besar-besaran itu, mereka mengerahkan berbagai persenjataan artileri, kavaleri dan pesawat pembom mutakhir buatan Amerika Serikat.
"Hasilnya, daerah Jawa Timur yang diduduki pada musim semi 1947 menjadi dua kali lebih luas daripada tahun sebelumnya," ungkap Piere Heijboer dalam De Politionele Acties: De stridj om 'Indie' 1945/1949 (dialihbahasakan menjadi: Agresi Militer Belanda: Memperebutkan Pending Zamrud Sepanjang Khatulistiwa 1945/1949.
Militer Belanda menjadi jauh lebih kuat dibanding saat mereka dikalahkan Jepang pada Maret 1942. Selain mendapatkan pelatihan dari militer Inggris dan Amerika Serikat (AS), mereka pun mendapat hibah berbagai peralatan tempur bekas digunakan dalam Perang Dunia II dari kedua negara itu.
Menurut sejarawan Frances Gouda dan Thijs Brocades Zaalberg dalam American Visions of the Netherlands East Indies/Indonesia: US Foreign Policy and Indonesia Nationalism, 1920-1949, peralatan perang pasukan AS sampai ke tangan tentara Belanda Satuan Komando Asia Tenggara (SEAC) Sekutu dibebastugaskan pada akhir 1946.
"Suatu persetujuan AS-Belanda memungkinkan Angkatan Darat Kerajaan Belanda membeli 65.000 ton perlatan militer tak mematikan di satu Gudang barang bekas Angkatan Darat AS di Finschhafen, Papua Niugini," demikian menurut buku yang dialihbahasakan dengan judul Indonesia Merdeka Karena Amerika? Politik Luar Negeri AS dan Nasionalisme Indonesia, 1920-1949.
Sukarno Geram
Pada 30 November 1946, pemerintah AS menghibahkan 118 pesawat terbang, meliputi pesawat pembom B-25, pesawat tempur jenis P-40 dan P-51, tank baja jenis Stuart, 459 jip willys, 170 artileri dan ribuan senjata api. Sejumlah besar truk tentara dan kelebihan perlengkapan lain dari front Pasifik juga sampai ke Angkatan Perang Kerajaan Belanda.
Akibat membludaknya alat-alat perang bekas milik tentara AS itu, Presiden Sukarno pun melontarkan protes keras kepada Presiden Harry S. Truman. Dalam suatu kesempatan, dia menyebut pemberian hibah itu 'mengotori' itikad baik bangsa-bangsa Asia terhadap Amerika Serikat.
Sukarno merasa terganggu dengan kenyataan bahwa tentara Belanda tetap memakai seragam Angkatan Darat AS dan membawa botol-botol air bertuliskan: US-Army.
Sejatinya, pemerintah Truman bereaksi positif atas protes keras dari Presiden Sukarno itu. Dia berjanji akan menghentikan transfer peralatan militer 'mematikan'. Lewat Menteri Luar Negeri James F. Byrnes, Truman juga meminta Angkatan Perang Kerajaan Belanda mencopot simbol-simbol AS dari peralatan tempur yang sudah terlanjur dikirimkan ke Indonesia.
Pamer Simbol AS
Dalam kenyataannya, permintaan itu tak pernah digubris oleh Angkatan Perang Kerajaan Belanda. Ketika prajurit-prajurit Belanda melakukan invasi ke Yogyakarta pada 19 Desember 1948, masih terlihat simbol-simbol AS di terpasang di badan pesawat-pesawat tempur mereka. Demikian menurut kesaksian George Mc T. Kahin, jurnalis cum intelektual AS yang saat kejadian tengah berada di ibu kota Republik Indonesia tersebut.
"Saya bahkan berhadapan dengan perwira-perwira Belanda yang seragam tempur mereka masih bertuliskan 'US-Marines'," ungkap Kahin dalam sebuah makalahnya berjudul 'The United States and Anti- Colonial Revolution in Southeast Asia'.
Dengan 'pamer simbol-simbol AS' itu, Kahin menduga Belanda ingin membuat kesan jika semua gerakan dan manuver mereka mendapat dukungan penuh dari AS. Mereka seolah ingin menggertak para pengawas dari Komisi Jasa-Jasa Baik yang dibentuk PBB bahwa apa yang dilakukan militer Belanda adalah sepengetahuan negara pemenang Perang Dunia II tersebut.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tangguh, Kekuatan Militer Indonesia Kalahkan Israel dan Jerman
Amerika Serikat Masih menjadi negara digdaya dengan kekuatan militer di peringkat pertama.
Baca SelengkapnyaSejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang
Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaTempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku
Simak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya
Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaMengenang Momen Kedatangan Pasukan Agresi Militer Belanda II di Jatim, Situasi Mencekam Warga Terpaksa Mengungsi
Kedatangan mereka yang tiba-tiba membuat gempar masyarakat pesisir Tuban
Baca SelengkapnyaPemberontakan PETA 14 Februari 1945, Berikut Sejarahnya
Tentara Pembela Tanah Air (PETA) merupakan pasukan militer yang aktif selama Perang Dunia II di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTerungkap! Jutaan Orang Kaya di Amerika Pindah ke Negara Kecil Demi Alasan Ini
Jutaan orang Amerika Serikat berlomba memiliki paspor dari negara lain demi menyelamatkan harta kekayaan mereka.
Baca SelengkapnyaSejarah Indonesische Persbureau, Kantor Berita Indonesia Pertama yang Didirikan Bumiputera
Selain penyalur informasi terkini, kantor ini juga menjadi sarana penghubung antara pers Belanda dan pers yang ada di Hindia Belanda.
Baca SelengkapnyaSikap Hakim Pengadilan Amerika ke Veteran Perang Dunia 2 Berusia 100 Tahun ini Jadi Sorotan, Putusan ke Kasus Tak Terduga
Seorang veteran perang dunia II di Amerika Serikat, terilbat pelanggaran lalu lintas.
Baca Selengkapnya