Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sosok Kiai Situbondo Dalam Pertempuran 10 November di Jembatan Merah

Sosok Kiai Situbondo Dalam Pertempuran 10 November di Jembatan Merah Jembatan Merah Surabaya. ©2020 Merdeka.com/wikipedia.org

Merdeka.com - Jembatan merah menjadi saksi bisu para pejuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Jembatan yang berlokasi di Jalan Kembang, Surabaya, Jawa Timur, dahulu dibangun atas kesepakatan Pakubowono II dari Mataram dengan VOC sejak 11 November 1743.

Dalam perjanjian tersebut dituliskan jika beberapa daerah pantai utara, termasuk Surabaya, diserahkan ke VOC, termasuk Surabaya yang berada di bawah kolonialisme.

Setelah dibangun, Jembatan Merah tersebut menjadi kawasan komersial sekaligus merupakan satu-satunya jalan yang menghubungkan Kalimas dengan Gedung Residensi Surabaya. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Jembatan Merah merupakan infrastruktur yang sangat penting di era tersebut.

Saat itu Jembatan Merah pun menjadi bukti kekejaman Belanda dalam menguasai wilayah Surabaya, dengan mengklaim beberapa daerah pantai utara di Surabaya yang dianggapnya komersil.

Pada perjalanannya, memang benar jika Surabaya kala itu menjadi kota dagang tersibuk yang dikuasai penjajah Belanda.

Sementara pada pertempuran 10 November 1945, lokasi ini juga menjadi saksi atas perlawanan Arek-Arek Surabaya melawan tentara sekutu dan Belanda yang tengah berusaha menguasai kembali wilayah Surabaya.

Pertempuran yang dipicu dari tewasnya panglima Inggris Jenderal AWS Mallaby pada 30 Oktober 1945 yang menggemparkan dunia. Kemudian di tanggal 1 November 1945, Laksamana Muda Peterson didampingi 1.500 anak buahnya secara diam-diam mendarat di Surabaya dan disusul dengan 24.000 prajurit dengan persenjataan lengkap sepeti tank, panser, meriam dan kapal terbang.

Dikuti dari buku karangan Syamsul A. Hasan yang berjudul 'Kharisma Kiai As'ad di mata umat', perlawanan yang dikenal dengan pertempuran 10 November itu dimulai dengan penyerangan dan pengeboman dari Sekutu ke kota Surabaya lewat darat, laut, dan udara.

"Mendengar pertempuran di Surabaya yang begitu dahsyat, Kiai Haji Raden (KHR) As'ad Syamsul Arifin yang merupakan seorang tokoh ulama terkemuka dan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur lantas mengirimkan pasukan pelopor dan pasukan Sabilillah Situbondo ke daerah Tanjung Perak yang kemudian bertempur hebat di Jembatan Merah," tulis dalam buku tersebut.

Dalam pertempuran ini Kiai As'ad aktif memimpin pasukan, dan semasa berperang dia bermarkas di rumah Kiai Yasin di Blauran IV/25.

Rumah kiai Yasin memang digunakan sebagai markas para kiai yang memiliki ilmu kanuragan tinggi. Di antaranya kiai Gufron, kiai Ridwan, kiai Ali, kiai Muhammad Sedayu, kiai Maksum, kiai Mahrus Ali Kediri, dan beberapa kiai lainnya.

Dari buku tersebut dituliskan jika Kiai-kiai itulah yang mengobarkan semangat para Hizbullah Sabilillah dan juga pejuang lainnya. Mereka diperbekali doa, ijazah dan suwuk. Para kiai pun turut membentengi tempat-tempat vital agar tidak dikuasai Inggris, seperti gedung RRI yang tetap kokoh meski dijatuhi bom dari udara.

Diketahui sebelumnya jika panglima tentara Inggris memperkirakan akan menaklukan Surabaya dalam waktu lima hari, namun pada kenyataannya pertempuran sengit tersebut berjalan selama tiga minggu, sebelum akhirnya dapat dikuasai sekutu.

Di samping itu, sekitar tahun 1890-an, Belanda sempat melakukan renovasi besar-besaran terhadap Jembatan Merah, di mana pagar pembatas yang membatasi badan jembatan dengan sungai diganti. Dari yang sebelumnya berbahan kayu, kemudian diganti dengan besi. Warna merah dari jembatan tersebut menjadi ciri khasnya hingga sekarang.

Reporter: Putri Oktafiana

(mdk/cob)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kini Tanah Makamnya Dipindahkan ke Bojonegoro, Begini Kisah Perjuangan Raja Jawa Jadi Buruh Batu Bara di Pengasingan

Kini Tanah Makamnya Dipindahkan ke Bojonegoro, Begini Kisah Perjuangan Raja Jawa Jadi Buruh Batu Bara di Pengasingan

Samin Surosentiko dikenal sebagai penentang keras kolonialisme.

Baca Selengkapnya
Kota Semarang Dulunya adalah Lautan, Begini Sejarahnya

Kota Semarang Dulunya adalah Lautan, Begini Sejarahnya

Wilayah Kelenteng Sam Poo Kong dulunya berada di pinggir laut. Kini jaraknya sekitar 7 km dari bibir pantai

Baca Selengkapnya
Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jenderal Bintang Tiga Ini Ungkap Sosok Sersan Asal Papua yang Berani Bentak Dirinya

Jenderal Bintang Tiga Ini Ungkap Sosok Sersan Asal Papua yang Berani Bentak Dirinya

Cerita Prabowo Subianto saat masih menjadi Danjen Kopassus dan memimpin operasi penting di Papua.

Baca Selengkapnya
Ponpes Saksi Sejarah Dulunya Pos Komando Pertempuran 1945, Didatangi Sosok Penting Bawa 'Kado' Spesial

Ponpes Saksi Sejarah Dulunya Pos Komando Pertempuran 1945, Didatangi Sosok Penting Bawa 'Kado' Spesial

Potret pondok pesantren di Surabaya, Jawa Timur yang pernah dijadikan markas prajurit Indonesia pada perang 10 November 1945.

Baca Selengkapnya
Luas Tanah Dikuasai Prabowo Subianto Setara 4 Kali Singapura

Luas Tanah Dikuasai Prabowo Subianto Setara 4 Kali Singapura

Sejatinya penguasaan lahan oleh Prabowo berawal dari akuisisi sebuah pabrik kertas.

Baca Selengkapnya
Kata Bijak Soekarno tentang Perjuangan, Bakar Semangat Jiwa Muda di Bulan Kemerdekaan

Kata Bijak Soekarno tentang Perjuangan, Bakar Semangat Jiwa Muda di Bulan Kemerdekaan

Merdeka.com merangkum informasi tentang kata-kata bijak Soekarno tentang perjuangan yang perlu Anda ketahui.

Baca Selengkapnya
Teks Proklamasi Ternyata Pertama Kali Dibacakan di Cirebon, Begini Kisahnya

Teks Proklamasi Ternyata Pertama Kali Dibacakan di Cirebon, Begini Kisahnya

Pembacaan proklamasi kemerdekaan oleh Soedarsono dihadiri oleh sekitar 100 sampai 150 orang dari berbagai penjuru di kota pesisir Jawa Barat itu.

Baca Selengkapnya
Prabowo Temui Surya Paloh di NasDem Tower, Cucu Soekarno: Langkah Besar Pemimpin untuk Persatuan

Prabowo Temui Surya Paloh di NasDem Tower, Cucu Soekarno: Langkah Besar Pemimpin untuk Persatuan

Banyak pihak menilai jika Prabowo Subianto mengedepankan kepentingan bangsa dibandingkan kepentingan kelompoknya

Baca Selengkapnya