Presiden Soeharto Ungkap Cara Pilih Wapres era Orde Baru, Beda Dengan Pilpres Sekarang
Apakah ada lobi-lobi partai seperti sekarang? Atau dipilih sendiri? ini kata Soeharto.

Di era Orbe, Capresnya pasti Soeharto. Lalu bagaimana cara memilih wakil presiden?

Presiden Soeharto Ungkap Cara Pilih Wapres era Orde Baru, Beda Dengan Pilpres Sekarang

Di Era Orde Baru, belum dikenal pemilihan presiden secara langsung di Indonesia seperti saat ini.
Presiden dipilih melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Selama Orde Baru, Soeharto selalu menjadi calon tunggal untuk presiden.
-
Mengapa Soekarno tunjuk Soeharto? Akhirnya Bung Karno menyetujuinya dan dengan segera memerintahkan Sabur, pimpinan Cakrabirawa untuk menyiapkan pidatonya yang menjelaskan bahwa ia memberi tugas kepada Jenderal Soeharto mengenai pemulihan keamanan dan ketertiban di samping Jenderal Pronoto sebagai pelaksana harian.
-
Bagaimana Soekarno menunjuk Soeharto? Akhirnya Bung Karno menyetujuinya dan dengan segera memerintahkan Sabur, pimpinan Cakrabirawa untuk menyiapkan pidatonya yang menjelaskan bahwa ia memberi tugas kepada Jenderal Soeharto mengenai pemulihan keamanan dan ketertiban di samping Jenderal Pronoto sebagai pelaksana harian.
-
Kapan Soekarno tunjuk Soeharto? Akhirnya Bung Karno menyetujuinya dan dengan segera memerintahkan Sabur, pimpinan Cakrabirawa untuk menyiapkan pidatonya yang menjelaskan bahwa ia memberi tugas kepada Jenderal Soeharto mengenai pemulihan keamanan dan ketertiban di samping Jenderal Pronoto sebagai pelaksana harian.
-
Bagaimana cara memilih calon presiden? Proses pemilihan presiden dimulai dengan pemilihan awal, yang dikenal sebagai primari dan kaukus. Kegiatan ini dilakukan di tingkat negara bagian pada awal musim semi tahun pemilihan.
-
Soekarno memilih menteri bagaimana? Pemilihan menteri yang dilakukan oleh Soekarno didasarkan pada penilaiannya terhadap kinerja rekan-rekannya selama di badan pembentukan pemerintahan, serta disesuaikan dengan keahlian mereka di bidang masing-masing.
-
Kenapa Presiden Soeharto mengeluarkan pernyataan kontroversial di Pekanbaru? Pidato Kontroversi Sebuah pernyataan yang disampaikan Presiden Soeharto di Pekanbaru, Riau itu bukanlah pernyataan satu-satunya. Namun, Ia kembali mengulang pernyataan tersebut pada saat peringatan Hari Jadi Kopassus.Lantas, pernyataan tersebut membuat banyak pihak yang merasa kecewa dan mengundang kritik serta cemooh dari kaum intelektual maupun tokoh militer saat itu.

Jika Presiden sudah pasti Soeharto? Lalu bagaimana cara memilih wakil presiden?
Presiden Soeharto Mengungkap Bagaimana Caranya Memilih Wapres
Jauh sebelum sidang umum MPR tahun 1983, Soeharto sudah melemparkan isu soal pemilihan ini kepada TNI (ABRI saat itu) dan Golkar selaku pemenang Pemilu.
Namun peranan Partai Politik, hanya sekadar memberi saran, tidak dominan seperti dalam Pilpres kali ini dalam memutuskan calon.
Tidak ada pula yang namanya koalisi antar parpol dalam pemilihan capres.

Dari Golkar dan militer, muncul usulan beberapa nama.
Di tahun 1983, misalnya muncul nama-nama seperti Jenderal M Jusuf, Jenderal Panggabean, Amirmachmud, Umar Wirahadikusumah, Adam Malik, dan lain-lain.
Presiden Soeharto Menunjuk Panitia Lima
Menurut Soeharto, tim ini yang akan memberikan penilaian akhir dari nama-nama yang muncul untuk menjadi wakil presiden Soeharto.
"Saya tidak sendiri memilih wakil presiden," kata Soeharto.
Tahun 1983, berdasarkan berbagai pertimbangan, pilihan jatuh pada Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah.
Umar dilantik menggantikan Adam Malik sebagai wakil presiden.

Umar Wirahadikusumah memiliki hubungan cukup dekat dengan Soeharto.
Umar menjabat Panglima Kodam di Jakarta saat G30S/PKI meletus.
Dukungan Umar membuat Soeharto bisa menumpas gerakan tersebut dan akhirnya membubarkan PKI.
Karir Umar Melejit di Era Orde Baru
Dari Panglima Kodam, lalu menjadi Panglima Kostrad. Kemudian menjadi Kepala Staf Angkatan Darat.
Umar juga sempat menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) setelah pensiun dari militer.
Puncaknya saat Umar Wirahadikusumah dilantik menjadi wakil Presiden mendampingi Soeharto yang akan memasuki masa jabatan empat periode.

Soeharto mengaku bisa bekerja sama dengan baik bersama Umar sebagai wakil presiden. Intinya adalah tahu kewajiban masing-masing.
"Kerja sama dengan Pak Umar terasa lancar. Lagipula saya tidak mengajukan persyaratan yang sulit," kata Soeharto.