Penderitaan pengungsi Rohingya belum usai
Merdeka.com - Sebuah lereng bukit berdebu di Kutupalong, Bangladesh, menjadi rumah baru bagi 800.000 pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari konflik di Negara Bagian Rakhine. Meski tempat baru tersebut terbilang aman dari serangan militer, namun penderitaan mereka belum berakhir.
Di kamp pengungsian terbesar dunia itu, para pengungsi harus dihadapkan pada tantangan baru. Awal tahun merupakan waktu di mana hujan lebat yang dapat membawa banjir bandang dan tanah longsor bisa melanda wilayah itu.
Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) telah memperingatkan akan bencana tersebut dan dampak yang akan dibawa olehnya. Kekhawatiran terus meningkat, namun solusi belum ditemukan untuk menangani masalah yang ada.
"Musim penghujan diperkirakan akan dimulai pada akhir Maret. Badan-badan bantuan khawatir rumah-rumah yang bertengger di lereng bukit itu bisa jatuh ke lembah yang dipenuhi air stagnan akibat hujan lebat," kata perwakilan UNHCR, Richard Evans, dikutip dari laman Sky News, Sabtu (27/1).
Evans memperkirakan, setidaknya 20 persen kamp pengungsian bisa berisiko terkena dampak bencana. Belum lagi penyebaran penyakit yang dibawa oleh bencana tersebut. Mereka berusaha untuk memindahkan para pengungsi ke wilayah lebih aman sebelum waktunya habis.
"Orang-orang menyebut ini adalah situasi darurat yang berada dalam kondisi darurat. Dari angka perkiraan, 100.000 orang bisa terkena dampak langsung dari banjir dan tanah longsor. Jangan lupa juga ada risiko kebakaran di wilayah dan penyakit menular," paparnya.
Sementara itu, Dokter Badan Amal Save the Children menyatakan, dalam kondisi kamp yang relatif sempit, risiko penyakit menyebar akan lebih cepat. Wabah difteri yang melanda sejak ribuan tahun lalu juga mengancam datang kembali.
"Selama musim hujan di Bangladesh, diare dan kolera menjadi penyakit umum yang mudah ditularkan. Belum lagi penularan penyakit lain. Kita harus memikirkan segala kemungkinan itu dari sekarang," ujar dokter Simour.
Pengungsi Rohingya merupakan orang termiskin di dunia. Hidup mereka sepenuhnya bergantung pada bantuan internasional. Namun, di tengah berbagai ancaman yang harus mereka hadapi, kelompok tersebut tetap berusaha bertahan.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lebaran menjadi momen hadirnya hidangan-hidangan khas daerah yang mungkin jarang ditemukan serta menambah suasana Idul Fitri semakin terasa.
Baca SelengkapnyaPeristiwa memilukan itu terjadi minggu petang sekitar pukul 18.30 WIB.
Baca SelengkapnyaKejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Berikut penampakan rumah mewah Ibu Ani anak jenderal yang tinggal di rumah bak hutan terbengkalai.
Baca SelengkapnyaDilansir dari Liputan6, ocah 6 tahun, AJ disunat jin yang memicu perhatian warga Mereka berbondong-bondong ke rumah AJ, . Simak kronologi selengkapnya!
Baca SelengkapnyaKendati diguyur hujan deras, komandan hingga deretan anggota Brimob tak bergeming dan tetap berdiri tegak.
Baca SelengkapnyaTeh hangat merupakan minuman kesayangan banyak orang pada saat berbuka puasa, sayangnya minuman ini tidak sehat dikonsumsi pada saat berpuasa.
Baca SelengkapnyaKudapan favorit masyarakat Palembang ini tak jauh berbeda dengan kue jala khas India. Perbedaannya ada pada kuah kari yang cenderung encer.
Baca SelengkapnyaPengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada tanggal 12 Maret 2024
Baca Selengkapnya