Menyoroti Narasi Fasisme dalam Perang Rusia-Ukraina

Rabu, 8 Februari 2023 18:28 Reporter : Hari Ariyanti
Menyoroti Narasi Fasisme dalam Perang Rusia-Ukraina Tentara Ukraina merayakan Natal di garis pertempuran lawan Rusia. ©REUTERS/Clodagh Kilcoyne

Merdeka.com - Tanggal 24 Februari nanti akan genap setahun invasi Rusia di Ukraina. Presiden Rusia, Vladimir Putin menyebutnya sebagai operasi militer khusus, dengan dalih untuk menyingkirkan pemerintahan fasis Ukraina.

Narasi "fasisme" itu disebut sebagai salah satu propaganda yang disebarkan Rusia untuk menjustifikasi tindakannya di Ukraina.

Penyebaran disinformasi menjadi salah satu 'alat' perang modern yang sejak lama disadari Rusia. Pakar komunikasi strategis dari Ukraina, Liubov Tsybulska mengatakan sembilan tahun lalu kepala staf militer Rusia menulis artikel yang menggambarkan perang modern itu semacam gabungan atau hibrida yang komponen utamanya adalah informasi, bukan hanya perlu senjata.

Rusia, lanjutnya, kemudian meluncurkan semacam kelompok buzzer di Facebook, menyebarkan disinformasi bahwa Ukraina adalah negara fasis.

"Tapi ini dibuat oleh bots. Lalu kami mulai menganalisis teknik-teknik disinformasi (yang disebarkan) Rusia," jelasnya dalam seminar yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Zinc Network tentang Misinformasi dan Disinformasi Seputar Invasi Rusia ke Ukraina di Jakarta, Rabu (8/2).

Liubov mengatakan, perang yang terjadi saat ini adalah perang anti koloni. Ukraina, tegasnya, sejak dulu tidak pernah secara sukarela menjadi bagian Uni Soviet.

"Secara historis, tidak benar Ukraina bagian dari Uni Soviet," ujarnya.

"Mereka ingin menghapus sejarah kami. Mereka melihat demokrasi dan melihatnya sebagai ancaman."

Liubov mengatakan, ada juga media di Rusia yang menyebarkan disinformasi dengan menyatakan pemerintah Ukraina ingin mengeruk keuntungan dengan memaksa rakyatnya berperang. Apalagi dukungan dana maupun persenjataan mengalir dari Barat untuk Ukraina.

"Padahal ini perang demi eksistensi kami. Kalau kami tidak melawan, mereka akan membunuh kami semua. Mereka ingin menghancurkan identitas dan semangat kami."

2 dari 2 halaman

Dia juga membantah narasi yang menyatakan bahwa yang sebenarnya terjadi adalah perang antara Rusia dan Amerika, bukan Ukraina. Seperti diketahui, AS telah menggelontorkan bantuan miliaran dolar untuk Ukraina sejak tahun lalu.

"Kalau kami tidak dapat dukungan Barat, kami akan tetap melakukan perlawanan. Walaupun mahal harga yang harus kami bayar," tegasnya.

Menurutnya Ukraina juga ingin mengakhiri perang dan terbuka dengan opsi perundingan untuk mencapai perdamaian.

Tapi, lanjutnya, ada syarat yang harus dipenuhi Rusia. Pertama, Ukraina harus menguasai kembali wilayah yang direbut Rusia. Kedua, Rusia harus ganti rugi atas semua kerusakan yang ditimbulkan selama perang, dan ketiga, penjahat perang Rusia harus diadili di Mahkamah Internasional.

"Baru kita akan bicara soal perdamaian," pungkas Liubov. [pan]

Baca juga:
AJI Temukan 69 Jenis Konten Medsos di Indonesia Lebih Pro Rusia Soal Invasi Ukraina
Ukraina Bakal Copot Menteri Pertahanan karena Skandal Korupsi
CIA: AS Tawarkan Putin 20 Persen Wilayah Ukraina Agar Akhiri Perang
Joe Biden Tolak Kirim Pesawat F-16 ke Ukraina
Sejumlah Pejabat Ukraina Dipecat karena Korupsi Anggaran Militer di Tengah Perang
Terinspirasi Perang Rusia-Ukraina, Pria Lempar Molotov ke Rumah Mantan
Rusia Salahkan Ponsel karena Sebabkan Tentaranya Banyak Tewas di Ukraina
Dunia yang Kian Terbelah dan Masa Depan yang Rawan

Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini