Merdeka.com - Mengapa begitu banyak orang yang telah divaksinasi terinfeksi Covid-19 belakangan ini?
Di sejumlah negara, kasus Covid-19 mengalami lonjakan parah. Lockdown kembali diberlakukan, termasuk berbagai pembatasan.
Sejumlah faktor berperan, mulai dari kemunculan virus corona varian Omicron yang sangat menular. Omicron lebih mungkin menginfeksi orang, bahkan walaupun varian ini tidak membuat orang mengalami sakit parah, dan lonjakan varian ini bertepatan dengan musim liburan di berbagai tempat di dunia.
Orang-orang mungkin keliru berpikir bahwa vaksin Covid akan benar-benar mencegah infeksi, tapi vaksin utamanya dirancang untuk mencegah penyakit parah. Hal ini disampaikan peneliti virus dari Universitas Minnesota, Louis Mansky, dikutip dari Al Arabiya, Rabu (5/1).
Dan vaksin masih melakukan fungsinya itu di garda terdepan, khususnya untuk orang-orang yang telah mendapat suntikan booster atau penguat.
Dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna atau dosis tunggal vaksin Johnson & Johnson masih memberikan perlindungan kuat terhadap penyakit parah yang disebabkan Omicron. Walaupun dosis awal tidak begitu baik dalam mencegah infeksi Omicron, suntikan booster - khususnya vaksin Pfizer dan Moderna, mendorong tingkat antibodi untuk membantu menghalangi infeksi.
Omicron tampaknya bereplikasi atau berkembang biak jauh lebih efisien dibandingkan varian virus corona sebelumnya. Dan jika menginfeksi orang-orang yang beban virusnya tinggi, ada kemungkinan besar mereka akan menularinya ke orang lain, khususnya kepada mereka yang tidak divaksinasi.
Orang yang telah divaksinasi yang terinfeksi virus Omicron lebih mungkin mengalami gejala ringan, jika ada, karena suntikan memicu beberapa pertahanan dalam sistem kekebalan Anda, sehingga jauh lebih sulit bagi Omicron untuk melewati semuanya.
Saran untuk tetap menjaga kesehatan tidak berubah. Dokter menyarankan agar kita memakai masker di dalam ruangan atau ruang tertutup, menghindari kerumunan, dan segera divaksinasi maupun booster.
Bahkan walaupun suntikan vaksin tidak selalu mencegah Anda tertular virus, vaksin membuat Anda jauh lebih mungkin untuk tetao hidup dan jauh dari rumah sakit.
Namun, Omicron juga membawa kabar yang sedikit menggembirakan. Ketika jumlah kasus melonjak mencapai rekor tertinggi, jumlah kasus parah dan rawat inap tidak terjadi lonjakan. Data tersebut, menurut beberapa ilmuwan, menandakan babak baru pandemi yang tidak terlalu mengkhawatirkan.
"Kita sekarang berada dalam fase yang sama sekali berbeda," kata ahli imunologi Universitas California di San Francisco (UCSF), Profesor Monica Gandhi.
"Virus ini akan selalu bersama kita, tetapi harapan saya adalah varian ini menyebabkan begitu banyak kekebalan sehingga akan memadamkan pandemi," lanjutnya, dikutip dari The Straits Times, Selasa (4/1).
Varian Omicron ditemukan di Afrika Selatan lebih dari sebulan yang lalu, dan para ahli memperingatkan masih ada banyak waktu untuk mengubah situasi. Tetapi data dari pekan lalu menunjukkan kombinasi kekebalan yang meluas dan banyak mutasi telah menghasilkan virus yang menyebabkan penyakit yang jauh lebih ringan daripada varian sebelumnya.
Satu penelitian dari Afrika Selatan menemukan pasien yang dibawa ke rumah sakit selama gelombang keempat wabah yang didominasi varian Omicron, 73 persen lebih kecil kemungkinannya mengalami penyakit parah daripada pasien yang dirawat selama gelombang ketiga yang didominasi Delta.
"Datanya cukup solid sekarang karena rawat inap dan kasus dipisahkan,” kata ahli imunologi Universitas Cape Town, Profesor Wendy Burgers.
Prof Gandhi dari UCSF mengatakan, walaupun jumlah kasus mungkin mencapai rekor, dia berharap kombinasi penularan tinggi dan infeksi ringan Omicron mungkin menandakan awal berakhirnya pandemi.
Dia menunjuk ke penelitian lain minggu lalu dari Hong Kong yang menunjukkan pasien yang divaksinasi yang terinfeksi Omicron menghasilkan respons kekebalan yang kuat terhadap versi virus lainnya juga. Ini, katanya, mungkin menjelaskan mengapa jumlah kasus memuncak dengan cepat di Afrika Selatan.
"Saya berharap varian ini menciptakan kekebalan yang mendalam pada populasi," katanya.
"Mudah-mudahan ini akan mengakhiri pandemi."
Baca juga:
China Pecat Pejabat Kota Xian karena Aplikasi Data Covid-19 Error
Kepadatan Penumpang Kereta di Tengah Lonjakan Covid-19 di India
WHO Tetap Rekomendasikan 14 Hari Karantina untuk Pasien Covid-19
Kasus Harian Covid-19 AS Tembus 1 Juta
WHO: Banyak Bukti Omicron Sebabkan Gejala Ringan Tapi Masih Ada Ancaman
Omicron Merajalela Tapi Akhir Pandemi Kian Nyata
Advertisement
Penelitian: Pengobatan Tradisional China Bisa Sembuhkan Kasus Covid Ringan
Sekitar 44 Menit yang laluMiliter Israel Identifikasi Senjata Tentara yang Tewaskan Jurnalis Shireen Abu Aqla
Sekitar 1 Jam yang laluSudah Menyebar ke Eropa dan Amerika, Seberapa Berbahaya Penyakit Cacar Monyet?
Sekitar 7 Jam yang laluMeski Salah Sebut, George Bush Akhirnya "Akui" Invasi ke Irak Sangat Brutal
Sekitar 18 Jam yang laluPengamat Militer Rusia Punya Pandangan Mengejutkan tentang Perang di Ukraina
Sekitar 19 Jam yang laluPolisi Militer Israel Tak Akan Selidiki Pembunuhan Jurnalis Shireen Abu Aqla
Sekitar 21 Jam yang laluAS Temukan Kasus Infeksi Cacar Monyet Pertama
Sekitar 23 Jam yang laluRusia Pakai Senjata Laser Generasi Terbaru di Ukraina
Sekitar 1 Hari yang laluAparat AS Temukan Terowongan Rahasia untuk Selundupkan Narkoba dari Meksiko
Sekitar 1 Hari yang laluBulog Diminta Distribusi Minyak Goreng Rp14.000 per Liter
Sekitar 40 Menit yang laluLarangan Ekspor Minyak Goreng Dicabut Karena Pasokan & Harga Sudah Stabil
Sekitar 3 Jam yang laluJokowi Buka Lagi Ekspor Minyak Sawit, DPR Nilai Moratorium Merugikan Petani Kecil
Sekitar 17 Jam yang laluSoal Pencabutan Ekspor CPO, Pemerintah Dinilai Gagal Kendalikan Harga Minyak Goreng
Sekitar 20 Jam yang laluDPR Setujui Tambahan Subsidi dan Kompensasi Energi Rp350 Triliun
Sekitar 1 Jam yang laluBenarkah Harga Pertalite Bakal Naik? Ini Kata Erick Thohir
Sekitar 1 Hari yang laluInflasi Indonesia 2022 Diproyeksi Bisa Capai 6 Persen, ini Alasannya
Sekitar 1 Minggu yang laluKonsumsi Pertalite Naik 46 Persen Saat Arus Mudik Lebaran 2022
Sekitar 1 Minggu yang laluKritik Rusia, Eks Presiden AS George W Bush Keceplosan Sebut Invasi ke Irak Brutal
Sekitar 21 Menit yang laluPermintaan Ambulans untuk Ukraina Meningkat di Tengah Invasi Rusia
Sekitar 2 Jam yang laluSri Mulyani: Tiap Negara Punya Strategi Hadapi Kenaikan Harga Energi dan Pangan
Sekitar 21 Jam yang laluIni Tentara Rusia Pertama yang Disidang Terkait Kejahatan Perang di Ukraina
Sekitar 22 Jam yang laluPenelitian: Pengobatan Tradisional China Bisa Sembuhkan Kasus Covid Ringan
Sekitar 59 Menit yang laluKetua DPR: Harkitnas 2022 jadi Momentum Bangkit dari Covid-19
Sekitar 4 Jam yang laluHari Kebangkitan Bangsa, Wamenkes Ajak Bangkit Bersama dari Pandemi Covid-19
Sekitar 5 Jam yang laluLapor Jokowi, Menko PMK Sampaikan Kasus Kecelakaan Mudik 2022 Turun 11%
Sekitar 21 Jam yang laluSurvei SMRC: 47 Persen Warga Memenuhi Persyaratan Mudik 2022
Sekitar 1 Hari yang laluPer 10 Mei, KAI Tolak Berangkatkan 707 Penumpang Terkait Covid-19
Sekitar 1 Minggu yang laluFrekuensi Belanja Masyarakat Meningkat Tajam di Ramadan 2022
Sekitar 1 Minggu yang laluAdvertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami