Ilmuwan Ungkap Gunung Everest Bertambah Tinggi Sampai 50 Meter, Ternyata Ini Penyebabnya
Tekanan dari tumbukan lempeng India dan Eurasia 40-50 juta tahun yang lalu membentuk Pegunungan Himalaya.
Berdasarkan studi baru, Gunung Everest lebih tinggi 15-50 meter dibandingkan seharusnya karena sungai mengikis batuan dan tanah di dasarnya, sehingga membantu mendorongnya ke atas..
Peneliti University College London (UCL) menyatakan, hilangnya daratan di daerah aliran sungai Arun yang berjarak 75 km menyebabkan puncak tertinggi di dunia itu bertambah sampai 2 mm per tahun.
-
Kenapa Everest dianggap gunung tertinggi di dunia? Kendati begitu, Gunung Everest akan selalu menjadi titik tertinggi di Bumi, dan itu berarti gunung tersebut akan selalu mendapat tempat dalam impian mereka yang ingin menaklukkan alam
-
Bagaimana cara mengukur ketinggian Gunung Everest? Cara paling tradisional untuk mengukur ketinggian gunung pasti melibatkan beberapa keterampilan trigonometri, seperti dikutip dari IFL Science, Rabu (11/9). Metodenya disebut triangulasi, yang mengharuskan mengetahui jarak antara dua titik di permukaan tanah, dan sudut antara kedua titik tersebut dan puncak gunung.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di Himalaya? Para ilmuwan menemukan tetesan air yang terjebak dalam endapan mineral yang kemungkinan besar merupakan sisa-sisa laut purba yang ada di wilayah itu sekitar 600 juta tahun lalu.
-
Apa yang membuat Mauna Kea lebih tinggi dari Everest? Tentu saja, titik tertinggi Mauna Kea tidak lebih tinggi dari Everest. Dengan ketinggian 13.796 kaki di atas permukaan laut, ketinggiannya kurang dari setengah ketinggian Everest. Jadi mengapa gunung ini menjadi penantang kuat untuk penghargaan gunung tertinggi? Semuanya bergantung pada tiga kata sederhana: 'di atas permukaan laut'. Jika membuang air yang mengelilingi Mauna Kea dan mengukur gunung tersebut dari dasar bawah airnya, Mauna Kea lebih tinggi dari Everest hampir 1.640 kaki.
-
Apa nama gunung tertinggi di Indonesia? Carstenzs Pyramid atau yang lebih dikenal sebagai Puncak Jaya memiliki ketinggian 4.884 mdpl. Gunung satu ini berlokasi di Papua. Bisa dibilang, gunung ini merupakan gunung tertinggi di Indonesia.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
“Ini seperti membuang muatan dari kapal,” kata salah satu penulis studi, Adam Smith kepada BBC.
“Kapal menjadi lebih ringan sehingga mengapung sedikit lebih tinggi. Demikian pula, ketika kerak menjadi lebih ringan… ia dapat mengapung sedikit lebih tinggi.”
Tekanan dari tumbukan lempeng India dan Eurasia 40-50 juta tahun yang lalu membentuk Pegunungan Himalaya dan lempeng tektonik tetap menjadi alasan utama kenaikan terus-menerus.
Namun, kata tim peneliti UCL, jaringan sungai Arun merupakan faktor yang berkontribusi membuat gunung Everest semakin tinggi.
Pengikisan Material
Everest berdiri di perbatasan antara China dan Nepal, dan bagian utaranya berada di sisi China. Sungai Arun mengalir turun dari Tibet menuju Nepal dan kemudian bersatu dengan dua sungai lainnya menjadi Sungai Kosi yang masuk ke wilayah India utara sampai bertemu Gangga.
Saat Arun mengalir melalui pegunungan Himalaya, ia mengikis material – dalam hal ini dasar sungai – dari kerak bumi. Hal ini mengurangi gaya pada mantel (lapisan berikutnya di bawah kerak bumi), menyebabkan kerak yang menipis melentur dan melayang ke atas.
Ini adalah efek yang disebut rebound isostatik. Penelitian yang dipublikasikan jurnal Nature Geoscience ini menjelaskan, gaya dorong ke atas ini menyebabkan puncak Everest dan puncak-puncak di sekitarnya, termasuk puncak tertinggi keempat dan kelima di dunia, Lhotse dan Makalu, naik ke atas.
“Gunung Everest dan puncak-puncak di sekitarnya tumbuh karena pantulan isostatik yang mengangkat gunung tersebut lebih cepat dibandingkan erosi yang melemahkannya,” kata salah satu penulis penelitian, Dr Matthew Fox, kepada BBC.
“Kami dapat melihat pertumbuhannya sekitar dua milimeter per tahun dengan menggunakan instrumen GPS dan sekarang kami memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mendorong pertumbuhan tersebut.”
Bersifat Dinamis
Arun adalah sungai dengan produksi lumpur yang sangat tinggi mengingat kecuraman pegunungan yang dilaluinya dan kekuatan yang dimilikinya, sehingga memungkinkan sungai tersebut membelah begitu banyak batu dan tanah di jalurnya.
Namun para peneliti UCL mengatakan kemungkinan besar kekuatan sebenarnya akan diperoleh ketika mereka “menangkap” sungai atau badan air lain di Tibet 89.000 tahun yang lalu, yang dalam skala waktu geologis merupakan peristiwa yang baru terjadi.
“Perubahan ketinggian Gunung Everest sangat menonjolkan sifat dinamis permukaan bumi,” jelas penulis utama studi dan akademisi dari Universitas Geosains China, Dr Xu Han.
“Interaksi antara erosi Sungai Arun dan tekanan ke atas mantel bumi memberi dorongan pada Gunung Everest, mendorongnya lebih tinggi dari yang seharusnya.”
Studi UCL mengatakan sungai Arun kemungkinan besar memperoleh kemampuan untuk mengukir batu dan material lain dalam jumlah yang luar biasa setelah sungai itu menangkap sungai atau sistem air lain di Tibet.
Beberapa ahli geologi yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa teori tersebut masuk akal, namun masih banyak penelitian yang masih belum pasti.