Arkeolog Temukan Bukti Manusia Purba Pernah Hidup di Wilayah Indonesia Jauh Sebelum Orang Mesir Bangun Piramida Pertama
Arkeolog Temukan Bukti Manusia Purba Pernah Hidup di Indonesia Jauh Sebelum Orang Mesir Bangun Piramida Pertama
arkeologArkeolog menemukan artefak-artefak batu dan tulang binatang di dalam sebuah gua di Pulau Timor.
Arkeolog Temukan Bukti Manusia Purba Pernah Hidup di Wilayah Indonesia Jauh Sebelum Orang Mesir Bangun Piramida Pertama
Wilayah ini jadi rumah bagi beberapa bukti tertua kehidupan manusia, bersama negara tetangga Indonesia dan Australia.
Arkeolog menemukan artefak batu dan tulang binatang di sebuah gua dalam di bagian utara Timor Timur.
Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang sejarah peradaban manusia purba lebih dari 35.000 tahun lalu, sebelum orang Mesir membangun piramida pertama.
Penelitian yang dilakukan arkeolog dari beberapa universitas Australia dan Inggris ini mengatakan, ribuan artefak batu dan tulang binatang yang ditemukan di sebuah gua, yang dikenal sebagai tempat perlindungan batu Laili, di bagian utara Timor Timur, menunjukkan manusia purba hidup di sana sekitar 44.000 tahun lalu.
Para peneliti mangatakan analisis mereka terhadap sedimen dalam, yang berusia antara 59.000 dan 54.000 tahun, dari gua dan lokasi lain di Timor Timur, juga dikenal sebagai Timor-Leste, mengungkapkan “tanda kedatangan” yang menunjukkan manusia tidak ada di wilayah itu sebelum 44.000 tahun lalu.
- Arkeolog Temukan "Gerbang Neraka" di Arab Saudi, Ada Jejak Manusia dan Sudah Ada Sejak 9.000 Tahun Lalu
- Arkeolog Temukan Tempat Tinggal Suku Aborigin 29.000 Tahun Lalu dan 4.000 Artefak Batu, Di Sini Lokasinya
- Arkeolog Temukan Gambar Hewan Ternak di Batu Berusia 4.000 Tahun, Jadi Bukti Gurun Sahara Dulu Pernah Hijau Subur
- Arkeolog Temukan Minuman Anggur Berusia 6.000 Tahun, Terungkap Cara Manusia Prasejarah Membuatnya
- Hasto PDIP Ungkap Tujuan Ketua TKN Prabowo-Gibran Temui Megawati Hanya 5 Menit
- VIDEO: Hotman Bocorkan Peran Pegi di Kasus Vina Cirebon, Disebut Memperkosa Korban
“Tidak seperti situs lain di kawasan ini, tempat perlindungan batu Laili menyimpan sedimen dalam yang tidak
menunjukkan tanda-tanda jelas manusia pernah tinggal di sana,” kata Shimona Kealy, arkeolog dan paleobiolog
dari Universitas Nasional Australia, yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Profesor Terhormat Universitas Nasional Australia dan arkeolog Sue O'Connor mengatakan sedimen yang baru diperiksa memberikan wawasan tentang kapan manusia tiba di Pulau Timor.
“Tidak adanya manusia di Pulau Timor lebih awal dari setidaknya 50.000 tahun lalu merupakan hal yang signifikan karena menunjukkan manusia purba ini tiba di pulau tersebut lebih lambat dari yang diyakini sebelumnya,” kata O'Connor, seperti dilansir Aljazeera, Kamis (23/5).
Temuan ini baru dipublikasikan di jurnal Nature Communications, pekan ini, oleh para peneliti dari Universitas Nasional Australia, Universitas Flinders, Universitas College London (UCL) dan ARC Centre of Excellence for Australian Biodiversity and Heritage.
Ini merupakan temuan terbaru di negara Timor Leste, wilayah yang dikenal dengan beberapa temuan arkeologi paling kuno yang memberikan wawasan tentang kehidupan manusia purba, selain di Indonesia dan Australia.
Banyak situs warisan budaya tertua di dunia ditemukan di Australia hingga selatan Timor Timur dan Indonesia.
Masyarakat Aborigin yang tinggal di Australia memiliki salah satu budaya tertua yang masih hidup di muka bumi, sebagaimana didokumentasikan oleh bukti arkeologi yang berusia setidaknya 60.000 tahun.
Di Murujuga di barat laut Australia, diperkirakan ada satu juta petroglif yang mencakup ukiran batu yang berasal dari 40.000 tahun lalu.
Ukirannya antara lain gambar binatang yang kini sudah punah, termasuk walabi ekor paku dan harimau Tasmania, yang juga dikenal sebagai harimau Tasmania.
Lanskap Budaya Murujugasecara resmi dinominasikan untuk status Warisan Dunia UNESCO awal tahun ini.
“Murujuga adalah lanskap bersejarah tempat nenek moyang Ngarda-Ngarli hidup dan berkembang selama ribuan generasi,” kata CEO Murujuga Aboriginal Corporation, Kim Wood.
“Setiap bagian dari lanskap ini diukir dengan sejarah, budaya, dan pengetahuan yang telah mengelola Ngurra [kata untuk 'negara' dalam bahasa gurun Pribumi Barat] selama 50.000 tahun,” kata Wood.