Abu Sayyaf bebaskan sandera asal Norwegia
Merdeka.com - Kelompok militan Islam Abu Sayyaf kemarin, Sabtu, membebaskan seorang sandera asal Norwegia, Kjartan Sekkingstad. Pria ini akhirnya bebas setelah disandera sejak September tahun lalu.
Sekkingstad merupakan manajer sebuah resor mewah di Pulau Samal di Davao del Norte. Pria Norwegia ini disandera bersama dengan dua warga Kanada dan seorang penduduk lokal.
Setelah dibebaskan, Sekkingstad mengucapkan terima kasih kepada Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.
"Terima kasih kepada Presiden Duterte," ucapnya Sekkingstad, dikutip dari pernyataan penasihat perdamaian kepresidenan Filipina Jesus Dureza.
Sementara itu, Channel News Asia, Minggu (18/9) melaporkan, Abu Sayyaf menyebutkan Sekkingstad ditahan di Kota Patikul di Kepulauan Sulu. Dia kini berada dalam lindungan Nur Misuari, pendiri Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) di wilayah Jolo.
Juru Bicara Militer Komando Mindanao Barat Mayor Filemon Tan, mengatakan, pembebasan Sekkingstad adalah hasil intens operasi militer terhadap Abu Sayyaf. Tan juga menyebutkan MNLF membantu pemerintah dalam membebaskan pria Norwegia tersebut.
Sekkingstad sendiri sebenarnya direncanakan akan bertemu dengan Duterte kemarin, sayangnya pertemuan tersebut gagal karena cuaca buruk.
Sementara itu, di Oslo, pemerintah menyambut pembebasan Sekkingstad dengan gembira. Namun, mereka masih berhati-hati sebab warga negara Norwegia sendiri masih belum berada di tangan pemerintah Filipina.
"Kami masih bekerja dan tidak akan terlalu bersukacita sampai Sekkingstad aman bersama dengan otoritas Filipina," ucap Menteri Luar Negeri Norwegia, Boerge Brende dalam pernyataan tertulis.
"Kami terus mengikuti situasi ini dengan cermat dan terus bekerja sama dengan otoritas Filipina untuk membawa Sekkingstad dengan selamat," lanjut dia.
Abu Sayyaf sudah memenggal dua warga Kanada yang disandera bersama dengan Sekkingstad. Hal ini membuat pemerintah Norwegia khawatir dengan keselamatan warganya.
Kelompok Abu Sayyaf awalnya meminta tebusan kepada masing-masing sandera sebesar 1 miliar Peso. Namun, hingga pemenggalan dua warga Kanada, permintaan tebusan mereka berkurang hingga menjadi 300 juta Peso.
Selain itu, masih ada setidaknya sembilan warga negara Indonesia yang juga disandera kelompok Abu Sayyaf. Mereka merupakan para anak buah kapal yang tengah berlayar di wilayah perairan 'jalur tengkorak', selatan Filipina.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah Sayur Lalap Khas Sunda yang Jarang Diketahui, Pernah Selamatkan Orang Belanda di Zaman Perang
Siapa sangka jika lalapan pernah jadi "juru selamat" warga Belanda di masa perang.
Baca SelengkapnyaSosok Christiaan Snouck Hurgronje, Mata-Mata Pemerintah Hindia Belanda di Aceh
Ia cukup fasih dalam berbahasa Arab yang pada akhirnya menuntun dirinya bisa berkunjung ke Tanah Suci pada tahun 1885.
Baca SelengkapnyaSosok Yusof Ishak, Presiden Pertama Singapura yang Menjabat hingga Akhir Hayatnya, Ternyata Keturunan Minangkabau
Dalam sejarah berdirinya negara Singapura, sosok presiden pertama yang menjabat adalah keturunan Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menilik Asal-Usul Kota Sabang, Pernah Jadi Jalur Perdagangan Penting setelah Pembukaan Terusan Suez
Dulu saat pedagang Arab berlayar hingga ke Pulau Weh, mereka menamakan Sabang dengan kata 'Shabag' yang berarti gunung meletus.
Baca SelengkapnyaBerpeci Putih & Sorban, Ini Sosok Tukang Pijat Jenderal Dudung Ternyata Bukan Orang Sembarangan
Berikut sosok tukang pijit Jenderal Dudung yang ternyata bukan orang sembarangan.
Baca Selengkapnya1 Tahun Bebas Berkeliaran, Serda Adan Pembunuh Casis Bintara Asal Nias Kini Ditahan Lantamal II Padang
Mirisnya, kondisi Iwan diketahui keluarga usai satu tahun wafat.
Baca SelengkapnyaSerahkan Surat Pengunduran Diri, Mahfud Ungkap Reaksi Jokowi: Beliau Bergurau Seperti Teman Lama
Mahfud telah menyampaikan surat pengunduran diri kepada Presiden Jokowi di Istana Negara.
Baca SelengkapnyaSosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat
Pria panglima perang ini dianggap penjajah Belanda sangat berbahaya dan kuat dibandingkan dengan pemimpinnya sendiri.
Baca Selengkapnya22 Desember 1948: Sjafruddin Prawiranegara Mendirikan Pemerintahan Darurat RI di Sumatra Barat
Berawal dari Agresi Militer Belanda Kedua pada 19 Desember 1948, PDRI pun didirikan di Sumbar.
Baca Selengkapnya