Mengenal Istilah Cancel Culture
Istilah cancel culture akhir-akhir ini kembali ramai disebut oleh para pengguna media sosial, khususnya netizen Indonesia.
Cancel culture sendiri berarti tindakan memboikot seorang artis atau publik figur yang ketahuan berbuat salah. Nggak cuma tindakan, terkadang cancel culture juga diterapkan pada orang terkenal bahkan sebuah brand yang salah berbicara ataupun bertindak kriminal.
Di Indonesia, penggunaan istilah ini sepertinya lebih ramai di media sosial, khususnya di kalangan generasi milenial muda dan Gen-Z.
Nah, apa sih sebenarnya istilah cancel culture? Biar lebih paham, yuk simak penjelasan berikut ini.
Laman The New York Post menjelaskan fenomena cancel culture diartikan sebagai ajakan untuk menolak seseorang, brand, acara, hingga film.
Sementara Dr Jill McCorkle seorang Profesor sosiologi dan kriminologi di Universitas Villanova mengatakan hal tersebut merupakan bentuk hukuman dari masyarakat terhadap seseorang yang berperilaku di luar norma sosial.
Dikutip laman Insider, gagasan penolakan tersebut diketahui muncul sejak 2017 yang diawali dengan kesadaran untuk meng-cancel selebriti karena tindakan atau pernyataan bermasalah.
Tren cancel culture juga disinyalir berakar dari blog Tumblr pada awal 2010, terutama sebuah akun bernama Your Fave Is Problematic.
Saat itu, berbagai fandom mendiskusikan mengapa bintang favorit mereka, khususnya selebriti asal Amerika tidak sempurna.
berita untuk kamu.
Cancel culture di Indonesia justru baru ramai beberapa tahun terakhir, tepatnya ketika musik K-Pop dan drakor berkembang.
Tindakan tersebut semakin masif dan dikenal berbarengan dengan perkembangan penggunaan sosial media para penggemar K-Pop di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, citra idola K-pop memiliki suatu nilai jual tersendiri bagi agensi yang menaungi mereka.
Namun, ketika mereka melakukan sebuah kesalahan, banyak penggemar khususnya warganet di Korea Selatan yang dengan mudahnya ‘mencoret’ selebriti tersebut dari industri hiburan.
Budaya meng-cancel selebriti itupun akhirnya diketahui oleh para penggemar K-Pop di seluruh dunia, nggak terkecuali Indonesia.
Lantaran perkembangan penggemar dan pengguna sosial media yang semakin masif, kini cancel culture juga diketahui masyarakat Indonesia.
Sebenarnya, cancel culture bisa saja menjadi sebuah hukuman atau sanksi sosial bagi para pelaku kriminal. Misalkan jika di Indonesia ada artis yang melakukan kesalahan atau kriminalitas, biasanya masih saja dielu-elukan oleh para penggemarnya.
Tapi, dengan cancel culture, kemungkinan menimbulkan efek jera dapat saja terjadi karena citra yang dibangun dengan baik, menjadi buruk karena perilakunya sendiri.
Meski begitu, cancel culture bisa menjadi bumerang jika ternyata kesalahan sang artis nggak terbukti, seperti di beberapa contoh kasus idol K-Pop. Hal tersebut bisa berbalik menjadi sebuah tindakan bullying yang dilakukan para penggemar terhadap idolanya.
Mengutip dari laman Very Well Mind, tindakan cancel culture bisa berubah menjadi penindasan terhadap objek yang di-cancel. Mereka cenderung akan merasa dikucilkan, terisolasi secara sosial, dan kesepian. Kondisi tersebut dikaitkan dengan tingkat kecemasan, depresi, dan bunuh diri yang lebih tinggi, lho.
Selain itu, alih-alih merasa jera dan belajar dari kesalahannya, cancel culture dapat membuat orang yang menjadi objek berusaha keras untuk mempertahankan ego dan reputasi mereka.
Nah, sekarang kamu udah tau banyak tentang cancel culture dan dampaknya. Bagaimana pendapatmu dengan tindakan tersebut? Apakah menurutmu cancel culture cocok diterapkan bagi publik figur atau bahkan brand Indonesia?
Reporter: Farhati Haqiya Silmi
- TP Stella Maris
Cancel culture dapat dilakukan secara pribadi atau melibatkan partisipasi massal untuk memberikan efek jera yang lebih dahsyat.
Baca SelengkapnyaMenurut Ganjar, sebanyak 37 persen millenial dan generasi z berisiko tinggi terpapar kabar bohong atau hoaks di kehidupan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaAkultruasi adalah wujud perkembangan budaya yang dinamis.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sebesar 55 persen pemilih dalam pemilu 2024 merupakan pemilih muda yang terbagi atas Generasi Z dan milenial.
Baca SelengkapnyaIstilah gabut atau gaji buta kerap mewarnai percakapan baik secara langsung ataupun di media sosial.
Baca SelengkapnyaSalah satu temuan paling signifikan dari survei ini adalah bahwa hal yang paling memengaruhi kebahagiaan Generasi Z adalah tujuan hidup mereka di tempat kerja.
Baca SelengkapnyaHypocrite adalah istilah dalam bahasa Inggris yang memiliki arti "munafik" dalam bahasa Indonesia.
Baca SelengkapnyaSecara filosofi, ketupat merupakan makanan khas dalam budaya Indonesia sebagai simbol perayaan keluarga dan sosial.
Baca SelengkapnyaDiketahui, kasus mengemuka berdasarkan unggahan di media sosial yang menunjukkan seorang pria berdarah di bagian hidung.
Baca Selengkapnya