Bank Indonesia: Tuhan Masih Sayang Kita, Harga Komoditas dan Ekspor Kita Naik
Merdeka.com - Ekonomi Indonesia masih terus tumbuh di tengah gejolak ekonomi global. Ekonomi Indonesia terbantu kekuatan domestik dan tingginya harga komoditas.
Deputi Senior BI, Destry Damayanti menjelaskan, kekuatan domestik Indonesia berasal dari pangsa pasar yang besar. Tercermin dari tingkat konsumsi yang masih tinggi yakni 55 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kemudian peluang investasi yang sangat tinggi, hingga sektor ekspor yang masih menjanjikan.
"Tuhan masih sayang dengan kita, harga komoditas naik, kita ikut naik. Ekspor kita naik juga," kata dia dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Wilayah Bali Nusra di Bali, Jumat (9/12).
Tak hanya itu, pengembangan hilirisasi juga diperkirakan bakal menjadi sumber pertumbuhan baru ekonomi Indonesia. Lewat hilirisasi, Indonesia meraup untung dari nilai tambah hasil perut bumi.
Mengolah kekayaan alam Indonesia bisa mendatangkan banyak keuntungan. Tak hanya secara pendapatan, tingkat serapan tenaga kerja hingga nilai ekspor yang bisa berlipat ganda karena adanya nilai tambah produk yang dijual ke negara lain.
"Pengembangan hilirisasi industri yang tadinya mengekspor bahan mentah nikel, kemudian diolah jadi biji besi dan baja itu menghasilkan penerimaan ekspor kita berkali lipat," kata dia.
The Fed Naikkan Suku Bunga
Bank sentral Amerika Serikat, The Fed diperkirakan kembali menaikkan suku bunga acuannya. Bank Indonesia memperkirakan suku bunga The Fed akan naik lagi 50 basis poin (bps) di penghujung tahun ini.
"Kita masih lihat penguatan dolar luar biasa, dan suku bunga Amerika masih akan naik lagi Desember diperkirakan 50 bps atau 0,5 persen," kata Deputi Senior BI, Destry Damayanti dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Wilayah Bali Nusra di Bali, Jumat (9/12).
Kenaikan tingkat suku bunga di bulan Desember ini dilakukan dalam rangka meredam tingginya angka inflasi di Negeri Paman Sam. Sebab ketegangan politik global terus berlanjut dan memicu fragmentasi ekonomi, perdagangan, hingga investasi.
Destry menilai, situasi global di tahun 2023 tidak bisa diprediksi. Bahkan di tahun 2023 mendatang, Destry memproyeksi The Fed masih tetap agresif.
"Jadi ini kondisi yang memang global kita enggak bisa berharap banyak. Kekuatan kita di domestik," terang dia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu
Jokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.
Baca SelengkapnyaBI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaPakar UI Nilai Hilirisasi Dapat Menghasilkan Nilai Tambah Masyarakat dan Negara
Pemerintah harus serius menggarap industri hilirisasi ini dengan membangun roadmap
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah Klaim Reformasi Birokrasi 2023 Berhasil, Buktikan dengan Turunnya Angka Kemiskinan
Melalui rencana aksi reformasi birokrasi di sektor ini, pemerintah mengklaim berhasil menekan angka inflasi sebesar 2,61 persen di 2023.
Baca SelengkapnyaPengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia Belum Menggiurkan Buat Investor
Ekonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.
Baca SelengkapnyaStaf Ahli Wakil Presiden sebut Ketidakpastian Situasi Politik Akibat Pemilu 2024 Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Nurdin optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada pada kisaran 5 persen.
Baca SelengkapnyaKondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaKeuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnya