Merdeka.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan bahwa mereka tidak akan melakukan sertifikasi terhadap ulama maupun dai di seluruh Indonesia.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI Tengku Zulkarnain menjelaskan, pihaknya hanya ingin memberikan pelatihan kepada masyarakat maupun dai yang berkeinginan memperdalam ilmu mengenai agama Islam.

Nantinya, mereka yang akan mengikuti pelatihan bersama MUI akan mendapatkan berbagai macam materi, termasuk bagaimana mencegah adanya paham radikalisme. Kegiatan bisa dilakukan dari tingkat pusat maupun MUI di daerah.

"MUI bukan sertifikasi dai tetapi ingin mengadakan pelatihan dan memberikan sertifikat, jadi seperti training. Nanti itu akan sampai ke seluruh Indonesia dari nasional, provinsi, kabupaten, kalau perlu kecamatan," kata Tengku saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (8/1).

Lanjut Tengku, hal itu pulalah yang menjadi perbincangan mereka saat bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi), belum lama ini. Oleh karenanya, Dia menekankan bahwa sertifikasi yang dimaksud bukan berarti setiap dai atau ulama wajib lolos tes dari MUI untuk mencegah paham radikalisme.

"Enggak ada, MUI tidak ingin mensertifikasi semua orang," tegasnya.

Para dai maupun ulama yang selama ini berdakwah pun, kata dia, tidak diwajibkan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Pasalnya, mereka paham bahwa berdakwa merupakan kewajiban semua umat Islam dan MUI tidak memiliki keinginan untuk melakukan sertifikasi terhadap ulama maupun dai di Tanah Air.

"Jadi ini tergantung mereka (dai) mau ikut atau tidak, bagus kan. Mereka yang sudah dakwah mau ikut enggak apa-apa. Nanti kita belajar seperti kitab kuning. Kami tidak pernah ada keinginan untuk mensertifikasi (dai)," pungkasnya.